Lima - Butuh rumah

31 26 11
                                    

happy reading

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Jakarta, 30 November, 2016.

"Bang, bang Jendra? Bangun, sudah jam delapan pagi, ayah bilang kita bakal pergi ke taman kota." jelas Layang, adik tiri Jendra yang punya paras cantik, dan sikap yang lemah lembut.

Jendra menggeliat, "Lima menit, Layang, abang masih ngantuk." ucapnya langsung menutup wajah

Layang menghela nafas, "Cepat mandi, nanti ditinggal." ingat Layang

Setelah kepergian adiknya, Jendra langsung menyingkirkan guling yang ia dekap dengan erat tadi. "Memangnya ayah sejak kapan mau mengajak aku si anak tiri nya?"

Jendra langsung bergegas pergi mandi, mungkin ada keajaiban ia akan diajak jalan oleh sang ayah tiri.

Seperti biasa, Jendra hanya menghabiskan waktu 15 menit untuk mengguyur tubuhnya dibawah guyuran air dari shower.

Setelah keluar dari kamar mandi, pemuda tampan itu merasa lapar, ia hendak pergi ke meja makan menyusul keluarga nya yang mungkin sedang sarapan.

Jendra melihat adik dan ayah tirinya sedang bercanda gurau bersama ibu kandung nya. Tersenyum pahit melihat pemandangan didepannya yang mungkin memang lebih baik tak ada dia di tengah-tengah keluarga ini.

Ayah tiri Jendra, Seno menoleh melihat Jendra. "Mau kemana kamu, Ndra?" tanya Seno tak bersahabat

"Aku ... mau ikut kalian," jawab Jendra ragu-ragu

Seno dengan cepat berdiri, menunjuk-nunjuk Jendra, "Siapa yang mengajakmu? Anak sialan! Tak ada yang mengajak, tak ada yang menawarimu." Seno langsung memberitahu secara inti

Jihan, ibu kandung Jendra langsung menyela perdebatan Seno dan Jendra, mengelus bahu kanan Seno "Sudah, No, sabar. Jendra, kamu jaga rumah, biarkan kami liburan." Jihan memberi solusi yang benar-benar tidak dapat mengatasi.

Jendra menghela nafas sedih, "Oke, Ma." Tanpa aba-aba apapun ia langsung pergi menuju ke kamarnya.

"Tak apa, dirumah juga seru." ia berusaha menghibur dirinya, ia tidur diatas kasur sambil mendongakan kepalanya, kakinya terayun bebas, berusaha menahan butiran air mata yang hendak turun.

Suara pintu yang dibuka membuat perhatian Jendra pada langit-langit kamar langsung teralihkan.

"Jendra." suara itu, membuat Jendra langsung mendudukan tubuhnya sempurna.

Bumi yang retak, 2016. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang