Dua - Manusia lemah

31 31 17
                                    

happy reading

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

Jakarta, 27 November, 2016.

Kal bangun dari tidurnya akibat suara kokokan ayam yang mengganggu. Sinar matahari menembus korden kamar Kal, sepertinya hari ini sangat cerah ya? Setelah mengumpulkan nyawa sebentar, Kal turun dari kasur nya dan bergegas mandi.

Kal hanya menghabiskan 15 menit untuk membersihkan tubuhnya dengan air. Kal memakai seragam sekolahnya dengan benar dan keluar dari kamarnya menuju ruang makan sembari menggandeng tas yang sudah diisi.

"Sarapan apa, ya?" tanya Kal pada dirinya sendiri.

"Roti aja, ah!" ucapnya lalu mengambil sebungkus roti di laci dapur dan membukanya, mengambil setoples selai nanas. Mengambil selembar potong roti dan mengoleskannya dengan selai nanas, Kal langsung mengunyah sedikit demi sedikit.

"Dulu, aku, mama dan papa memenuhi ruang makan ini." gumam Kal, matanya berair.

"Mama, pasti sudah bahagia entah dimana. Papa, memang sudah bahagia dengan keluarga barunya." ucap Kal, air matanya sudah tak bisa dibendung.

Kal menyelesaikan kunyahan terakhirnya lalu mengusap kasar air mata yang turun, "Ingat kata Raden, enggak apa-apa keluargaku enggak berhasil, nanti keluarga yang berhasil akan berawal dari aku." ucap Kal menyemangati dirinya sambil tersenyum

Kal merapikan meja dapur sedikit dan mengambil tasnya yang ada disebelah kursi makan, lalu memakainya di punggung.

Kal berjalan keluar rumah tak lupa menutup pintu dan menguncinya, "Naik bus atau motor, ya?" bimbang Kal.

"Ah, motor aja!" putus Kal, ia beralih berjalan menuju garasi rumahnya untuk mengeluarkan motor yang ia beli dari hasil kerjanya sejak umur 15 tahun di sebuah cafe.

Kal memakai helm dan menaiki motor nya, memutar kunci dan menyalakan mesin, setelah itu Kal langsung berangkat meninggalkan pekarangan dimana ia mengenal apa itu luka sesungguhnya, apa itu dipaksa kuat oleh keadaan.

Selama di perjalanan, Kal memikirkan beberapa pertanyaan yang jawabannya ia pun tak tau. Apakah dari banyaknya orang di dunia ini, hanya ia yang bertakdir seperti ini? Kalau ada yang lain, kenapa bisa mereka kuat?

Ayahnya pernah bilang, "Belajarlah dengan giat, kita berdua akan selalu bersama mu." Apakah Kal kurang giat dalam belajar? Buktinya, mereka tak lagi bersama Kal.

Ibunya juga pernah bilang, "Jadilah orang baik, lalu ayah dan ibu akan selalu menjagamu." Apakah Kal kurang menjadi orang yang baik? Buktinya, mereka tak menjaga Kal lagi.

Oleh karena itu, Kal selalu berusaha belajar dengan giat, agar ayah dan ibunya kembali untuk bersama.
Kal juga berusaha menjadi orang yang baik, membahagiakan orang, menjadi bahu sandaran, tempat kokoh untuk berteduh, walaupun ia butuh tempat teduh, agar ayah dan ibunya kembali untuk menjaga Kal.

Bumi yang retak, 2016. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang