² : ruang baru

6 4 4
                                    

Setelah melewati perundingan seorang diri dan pemantapan hati, Xiena memutuskan untuk keluar dari tempat tinggalnya ini – tengah hutan belantara, menuju kota untuk mencari sebuah pekerjaan tetap

Setelah lulus dari masa pendidikan, ia harus bekerja untuk menghasilkan uang agar bisa melanjutkan hidup sesuai janji nya.

Meskipun rasa sesak di dada dan enggan untuk meninggalkan rumah kayu ini, Xiena harus merelakan sesuatu demi mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik kedepannya.

Xiena memejamkan mata, berdiri di depan halaman rumah nya dan berdoa kepada Tuhan agar ia bisa menjalankan hidup di lingkungan baru dengan orang-orang baru. Tak lupa ia meminta restu pada sang nenek, semalam.

"Selamat tinggal, kenangan."

11.48 – cafe dream

Bunyi lonceng menggema di dalam ruangan sesaat tiap seseorang membukakan pintu – pertanda pelanggan baru datang.

Pria bername tag 'Dallas Lee' tersenyum kearahnya. Sambutan yang hangat, batin dirinya.

"Selamat datang, ingin memesan sesuatu?" Satu pertanyaan yang membuat raut wajah Xiena yang tadinya tersenyum cerah kini merasa sedikit kebingungan. Pasalnya, ia datang kemari bukan untuk membeli atau memesan sesuatu.

"Eum ... maaf sebelumnya, aku kemari bukan sebagai pembeli. Aku sedang butuh suatu pekerjaan, apa tempat ini tidak membuka lowongan pekerjaan?"

Pria itu sedikit mengerutkan dahinya. "Cafe ini tidak membuka lowongan pekeejaan, tapi aku rasa kau bisa bekerja disini sebagai barista seperti ini, menemaniku."

Raut wajah Xiena yang tadinya tegang kini berubah menjadi antusias mendengan pernyataan tersebut. "Kau tidak bohong, 'kan? aku sungguh-sungguh membutuhkan pekerjaan. Kau bisa menempatiku dimana saja."

"Ya, aku tidak bercanda. Kau bisa mulai bekerja besok pagi. Dan, ya! Siapa namamu?"

"Terimakasih, Tuan. Namaku Xiena Dawn, panggil saja Xiena."

"Sama-sama, jangan panggil aku Tuan. Panggil saja aku Dallas."

Setelah mengucapkan kata perpisahan, Xiena pergi meninggalkan cafe tersebut.

Ditempat yang lebih dari kata asing, dirinya sulit mengadaptasikan diri di tempat ini. Ia sering merasa ketakutan saat semenjak memasuki daeeah perkotaan.

Katanya, "aku terbiasa ditempat sepi yang bahkan jarang sekali manusia datang berlalu lalang. Ditempat ini banyak sekali manusia yang sering membuatku merasa ketakutan."

Sejatinya, manusia lebih kejam daripada apapun. Sehingga Xiena lebih berhati-hati pada mereka, karena isi hati setiap manusia berbeda-beda dan ia tidak mengetahui apa isi hati tersebut.

"Bising sekali. Ya Tuhan, apa aku sanggup menjalani kehidupan seperti ini?" keluhnya.

Sesaat setelah mengeluh, ia tersadar bahwa dirinya tidak memiliki tempat tinggal di kota ini. Dimana ia akan tidur nanti malam?

"Tuhan, bantu aku untum memenukan tempat berteduh," gumamnya sembari beejalan kaki menyusuri kota, mencari sebuah tempat kecil guna tempat berpulangnya di tengah kota ini.

"Butuh bantuan, nona?" Bunyi sebuah klakson dari belakang mengagetkannya, membuar Xiena reflek menghindar, melindungi diri.

"Huh? Dallas?"

"Xiena? Sedang apa kau dipinggir jalan? Kau tidak tahu? Sebentar lagi turun hujan dan langit mulai gelap, segeralah pulang. Aku tidak ingin hari pertamamu besok menjadi buruk ditempat kerjaku, atau kau akan ku pecat nanti," guraunya.

Xiena menunduk. "Aku ... tidak ada rumah. Aku sedang berusaha mencarinya saat ini." Dengan sigap Xiena menjawab, "jangan pecat aku. Aku berjanji tidak akan terlambat besok!"

"Aku bercanda soal itu! Ngomong-ngomong, di dekat rumahku ada sebuah kost kecil yang bisa disewa perbulan, kau bisa tinggal disana. Aku punya nomor pemilik kostnya jika kau berkenan. Mau ku antar? Sekalian rute pulang."

"Terimakasih lagi, Dallas. Jika bangunan itu aman sebagai perlindungan, aku tidak bisa menolaknya!"

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Dallas Lee, barista sekaligus owner dari cafe dream

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dallas Lee, barista sekaligus owner dari cafe dream. Pria berumur 25 tahun yang sedang fokus merintis usaha kecilnya ini sehingga tidak ada waktu untuk sebuah percintaan – katanya, "karena aku tidak terlahir sebagai orang kaya, sehingga aku harus mengumpulkan banyak uang untuk menjadi orang kaya!"

𝐇𝐄𝐋𝐏 𝐌𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang