³ : kesialan

2 3 0
                                    

Pekan ke tiga, dimana sejak pertama kali Xiena mendapatkan pekerjaan tetapnya dan rumah kecil untuk ia singgah.

Semua masih sama, terasa semu dan terkesan 'flat'. Dan di minggu ke 3 ini, kedekatan Dallas dan dirinya berjalan seperti biasa – sebatas teman, atasan dan karyawan.

Entah kenapa, pagi ini Xiena yang biasa sebagai karyawan rajin terlambat datang satu jam dari shift yang sudah dijadwalkan.

Bunyi lonceng menggema diseluruh ruangan, sebagian karyawan yang bertugas dan pengunjung memberi atensi pada gadis berambut hitam panjang itu.

Xiena membungkuk di depan Dallas yang kini telah memakai apronnya, bermaksud meminta maaf atas kelalaiannya pada pagi ini. "Saya minta maaf, karena telah datang terlambat hari ini."

"Pakai apron mu dan bekerjalah, hari ini pelanggan datang bergerombol," balas Dallas tanpa menoleh kearahnya dan tetap melayani pembeli.

Teriknya mentari membuat Xiena sedikit merasa gerah, padahal fasilitas di dalam cafe memiliki AC disetiap sudut. Banyaknya pembeli yang datang hari ini membuat dirinya dan Dallas sedikit kewalahan, beruntungnya bos itu memberi jeda istirahat kepada para karyawannya setiap pukul 12.00 sampai pukul 13.00 sehingga Xiena bisa memanfaatkan waktu istirahatnya 1 jam itu untuk tidur.

Kejadian dini hari pukul 3 sore membuat kedua netranya enggan untuk terlelap, otaknya terus berputar memikirkan tawaran yang sedikit menggiurkan.

"Kau sedang membutuhkan uang, bukan? Aku bisa memberimu banyak, semaumu. Jika kau sudah selesai membantu ku. Aku bersungguh-sungguh, Xiena."

Pria sialan itu, tampangnya sedikit memikat dirinya. Tapi, style pakaiannya sungguh aneh membuag Xiena harus berhati-hati barangkali pria itu penipu berkedok meminta bantuan.

Kata Dallas, kota yang ditempati akhir-akhir ini mendapatkan banyak berita simpang siur tentang sosok pria penculik. Apa mungkin pria itu termasuk dalam komplotannya?

Aroma wangi yang tiba-tiba saja menusuk hidung Xiena membuat kedua netranya terpaksa membuka dan mengatensikannya pada Dallas.

"Sebelum kau pulang, masuk ke dalam ruanganku. Kita bicarakan tentang kelalaian dalam bekerjamu tadi." Setelah mengucapkan satu kalimat dengan nada yang tak seperti biasanya, Dallas pergi dengan bersorak "Waktunya bekerja kembali!"

"Sialan, akan ada masalah baru apa hari ini? Tuhan, aku mohon. Cukup pria asing tadi saja yang membuat masalah, jangan lagi," batinnya.


Besar kemungkinan hari ini adalah hari sial bagi Xiena. Sejak kedatangannya yang terlambat, Dallas menjadi uring-uringan, kesalahan kecil baginya sudah membuat bosnya itu naik pitam dan membentak dirinya meskipun bentakan itu tidak keras.

Hari ini pukul 17.00 dan shiftnya sudah berakhir, sesuai janji setelah membereskan semua ia akan pergi menemui pemilik cafe ini. Semoga saja ia tidak dikeluarkan.

Tiga kali ketukan tangan yang ia ayunkan pada pintu, akhirnya ia mendapat balasan dari dalam. "Masuk."

Dengan berhati-hati, Xiena melangkah memasuki ruangan yang berdominasi warna putih-hitam itu.

Bisa dilihat, Dallas berdiri bersandar pada meja kerjanya, kedua tangan yang dilipat dan menampilkan wajah datarnya. Membuat Xiena tidak mempunyai nyali untuk membalas tatapan bosnya itu.

Sepersekian detik dirasanya tubuh itu sedikit terhuyung kebelakang, tubuhnya menghangat karena pelukan erat seseorang.

Tidak, tubuhnya tidak terbiasa dipeluk oleh seseorang selain nenek dan pamannya. Kedua tangan yang lebih mungil itu berusaha menjauhkan tubuh Dallas darinya. "Tuan —"

"Jangan bicara dan jangan bergerak, ini perintah atasan jika kau tidak ingin kupecat." Seperti sihir, tubuh Xiena diam membeku, tatapan yang bingung dan canggung.

Berbeda dengan Dallas, pria itu mengusap lembut surai rambutnya. Memejamkan mata dan menenggelamkan wajah tampan itu di bahu dan tertutup dengan beberapa helai rambutnya.

"Gadis bodoh! Kau ini sedang berada di kota orang, tidak bisakah kau mengabariku jika memang akan datang terlambat? Berkali-kali panggilan dari ku tidak kau ladeni."

Masalah panggilan, dua minggu setelah bekerja dia mendapatkan sebuah hadiah. Ponsel bekas milik Dallas yang terhitung masih layak pakai, dan di dalamnya sudah terpasang GPS.

Saat hendak menyusul keberadaan Xiena pagi tadi, pelanggan bergilir datang dan pulang sehingga Dallas tidak sempat meninggalkan cafe itu, membuat ia merutuki diri sendiri dan akan memarahi Xiena jika gadis itu datang. Seperti saat ini.

"Diam, aku sedang marah padamu. Biarkan aku memelukmu sampai amarah ku hilang."

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐇𝐄𝐋𝐏 𝐌𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang