Chapter 1

12.7K 858 15
                                    

Langit senja kemerahan perlahan menaikkan tirai malam berbintang dengan cahaya redup rembulan, angin dingin menggelitik dalam kesepian, udara hangat perlahan naik memenuhi paru-paru, suara-suara berpadu dalam harmoni. Kehidupan malam yang indah dan panjang baru saja di mulai. Jalanan ramai oleh pengendara yang sibuk menekan klakson, kelelahan hari ini terbawa dalam kegaduhan, macet. Semua orang ingin pulang ke rumah lebih cepat, entah itu untuk istirahat, atau melihat mereka yang menunggu, dan bahkan sekedar mencari kenyamanan.

Serambi cahaya penuh warna datang dari berbagai sudut, aroma khas makanan mulai melayang di udara, para pedagang mulai mendirikan kios mereka, di antaranya mulai bersuara menggoda pembeli. Tawa ringan datang dari sisi berbeda, hangat dan penuh vitalitas.

"Paman, aku ingin dua porsi, seperti biasa." Suara pemuda yang garing dan sedikit nada lengket terdengar, berjalan mendekat ke salah satu kios penjual makanan. Ketika berbalik, tatapan paman itu sudah melembut dengan cahaya samar kebahagiaan, "kamu datang hari ini." Sapanya dengan hangat, dia mengundang sang pemuda untuk duduk di kursi plastik yang tersedia.

Pemuda itu terkekeh dengan suara menyenangkan, "bagaimana mungkin aku bisa melewatkan mie paman untuk sehari saja. Aku akan menyesal." Candanya lagi mengundang tawa riang paman penjual. Seolah telah lama mengenal satu sama lain, ada pemahaman diam-diam dalam percakapan mereka. Percakapan itu juga berlanjut lebih dalam ketika paman itu bertanya tentang pekerjaannya hari ini. Benar saja, pemuda itu telah menjadi pelanggan setia paman penjual mie selama lima tahun, tidak ada satu hari pun dia absen dari membeli mie paman, kecuali paman itu libur.

"Ah, lihat siapa yang kita punya di sini." Suara halus seorang wanita paruh baya dengan apron merah muda datang, membawa segelas teh susu yang baru saja di buat. "Ini untuk xiao Xue kita, gratis." Ungkap bibi itu dengan cengiran khas.

Pemuda itu yang masih terkejut, kemudian tertawa, menatap dengan kerinduan di matanya, "oh, bibi. Bagaimana kamu bisa memberikan ini secara percuma. Teh susu bibi adalah yang terenak di kota, jangan biarkan aku memilikinya dengan sia-sia. Bibi, ini." Dia mengeluarkan selembar uang untuk di serahkan pada bibi penjual teh susu itu, menggenggam.

Bibi menolak dengan tegas, menyembunyikan tangan di belakang punggung sambil terus menghindar. "Aiyo, xiao Xue begitu baik." Dia menolak karena pemuda itu telah memesan teh susu dari kiosnya beberapa kali untuk perusahaan. Jadi, segelas teh susu yang halus dan harum ini ia dedikasikan pada pemuda itu, tulus meskipun sederhana.

Han Xue, nama pemuda yang sering datang ke tempat para penjaja kaki lima berdarah telah sedikit banyak mengenal mereka. Kepribadian yang cerah dan ramah membawa senyum untuk mereka sendiri, terlebih lagi ketika dia banyak membantu dengan membeli dan mempromosikan barang dagangan mereka ke perusahaan tempat ia bekerja. Sudah lima tahun sejak ia datang ke kota dan mengenal para penjual yang baik itu. Dan suasananya masih sama ketika ia pertama kali datang, tersesat dan menyedihkan. Mereka membawanya duduk, memberinya makanan.

Bibi dan paman penjual bercanda beberapa kali lagi, pedagang lain yang juga mengenal Han Xue memuaskan rasa ingin tahu mereka mengenai kehidupan sosialnya. Sambil menyeruput kuah mie yang bening dan gurih, kental menggugah selera, dia menjawab pertanyaan mereka dengan sedikit candaan yang mana sangat menghibur. Harus di akui, tempat yang terlihat begitu sempit dan tertinggal ini menyimpan banyak sekali kenangan. Dia merasa agak merindukan mereka yang ada di kampung halamannya.

Hari semakin malam, cahaya bulan yang tadinya bersinar dengan cahaya perak perlahan di lapisi gumpalan awan gelap. Seakan semua cahayanya telah di renggut paksa. Bintang-bintang yang bersinar dengan megahnya juga ikut bersembunyi, menyisakan pemandangan hitam dan gelap tak berujung di langit. Dia harus buru-buru pulang sebelum turun hujan, pikir Han Xue. Usai membayar makanan, dan mengucapkan selamat tinggal pada para paman dan bibi, dia berjalan pulang.

[END] He's Out Of The ScriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang