Semerbak angin mengiur di tengah pantai, lelaki itu menarik napasnya mencium indahnya kebebasan.
"Lusen, kamu tidak turun? Anak-anak bermain ria dibawah.." Ucap Bilkui, sosok lelaki berambut pirang dengan kemeja hitam terbuka menampakan dadanya berdiri di balik tubuh Lusen.
"Kau pergilah, aku ingin menikmati indahnya pemandangan terlebih dahulu" Tak lama, sosok Bilkui menghilang dengan sendirinya.
Tak kusangka, gemara langit melintas menampakkan indahnya berdiam tanpa sadar. Entah mengapa sosok gadis yang ada dimimpi itu membuatnya terlempar kedunia nyata.
Mencari sosoknya ditiap kali dirinya berada, Mengapa engkau tidak menunjukan dirimu sendiri wahai putri pertamasari...
Sorot mata pria itu tiba-tiba diambil oleh sekelompok anak muda yang bermain di ujung pantai Sumeru, pulau terindah yang pernah ada. Kesempatan yang bagus mereka ambil saat libur semester tiba.
Asisten Lusen, menempatkan mereka di vila yang tak jauh dari pantai Sumeru. Banyak tourist luar datang untuk mengenyam rasa penasaran mereka.
Meskipun, para nenek moyang berdalih bahwa pantai sumeru adalah pantai yang diwarisi oleh keluarga moyang Bentara man dukku.
Beribu-ribu tahun yang lalu, pesan dari leluhur nenek moyang tidak diindahkan oleh sekolompok masyarakat zaman sekarang.
Mereka tidak tau apa bahaya dari pantai Sumeru.
***
Duruhan ombak, menguas pasir pantai dengan lambat. Saat soreh hari, sinar matahari yang terpancar pada lautan di pantai Sumeru begitu indah. Itulah mengapa banyak yang ingin datang mengabdikan keindahan pantai ini.
"Hei lusen, sudah menikmati pesona pantai?" Tiba, gadis berambut pink datang menyambut kedatangan pria besar berkemeja biru itu. Jus yang masih tersisa di atas meja putih itu tiba ia ambil dengan sergap memberikannya pada Lusen.
"Apa kalian menunggu diriku? Mulailah memanggang, dengan senang hati aku akan membantu kalian"
"Biarkan Bilkui saja yang mengurusnya Lusen, bagaimana kalau jemarimu kotor karena terkenak amisnya ikan? Jijik bukan?"
"Kenapa harus saya coba?" Bingung Bilkui.
"Jika jemari Lusen kotor, kau harus ganti rugi!"
"Bagaimana jika kita membagi tugas masing-masing? Agar tidak ada yang hanya duduk bersantai saja" Kalimat itu terlintas usai pria berkacamata kuning itu lewat dengan kayu ditangannya.
"Setuju" Tetiba, seorang wanita dengan paras imut itu bersuara dari tempat duduknya.
"Setuju"
"Setuju, biar aku gak menjadi babumu" Bilkui menjolorkan lidahnya pada Lusia mengejeknya seolah-olah menang dalam percecokan itu.
"Kau benar Binsar, mungkin aku akan mencari kerang di ujung sana" Ucap Lusen.
"Sedangkan kau Lusia, bagaimana jika kau mengambil piring yang ada divila?" Lanjut Alesia, wanita berambut pirang berparas imut itu dengan tegas menyuruh Lusia.
"T-tapi aku ingin bersama Lusen"
Yang benar saja, tidak sudi rasanya berkerja dengan wanita sepertimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Teen Fiction"kenapa kamu ingin sekali menjaga pantai ini?" -Lusen "pantai ini ciptaan Tuhan yang selalu indah, hari demi hari tiap keluarga harus menjaganya hingga tua. Begitupun denganku, aku punya tugas untuk menjaga pantai ini agar tetap sehat dan indah"...