Malam pun tiba, suasana di dalam vila begitu sepi. Tiada satupun orang yang masih terbangun, kecuali Blue. Diam pada sisi lampu yang menyala di ujung jendela.
Menatap pada rembulan malam yang menghiasi bintang, perasaan kesepian itu tidak dapat ia lupakan selama hidup menjaga pantai Sumeru.
Rindu menanti ingin merasakan bahagia seperti manusia pada umunya, tapi sayangnya ia hanyalah seorang penjaga pantai. Dia adalah makhluk, bukan manusia.
Lusen tertegun melihat sosok Blue yang duduk di atas sofa dekat jendela, setelah aksi cekcokan dengan temannya mereka memilih untuk mengakhiri pesta dari pada terjadi pertingkaian yang dahsyat.
"Ada apa?" Tanyanya mendekat. Blue menatapnya dalam rasa seperti menusuk ke jantung pria itu, betapa cantiknya wanita ini.
"Lihat, bintang-bintang itu menari menatap kita dari atas"
Lusen melihat adanya kelembutan dari sosok Blue, selepas dari tadi ia terus diacuhkan dengan nada kasar.
"Apa kau benar tinggal di gua itu?"
"Tidak, aku ini tinggal dimana saja! Tidak seperti kalian para manusia terus mencari-cari rumah, bahkan ada diantara kalian ada yang masuk ke rumah tangga orang tanpa permisi" Lusen terkekeh, benar katanya terkadang manusia itu lebih parah dari pada makhluk-makhluk diluar sana.
"Bagaimana dengan orang tuamu?" Awalnya Blue mengidahkan kembali kedatangan Lusen, namun mendengar pertanyaannya dia seakan tidak bisa menahan apa yang ia pendam.
"Aku tidak punya orang tua, hanya lahir begitu saja tanpa tau dimana dan kapan aku lahir. Tidak ada yang aku ingat"
Maaf Blue, aku telah berburuk sangka padamu...
"Kalau begitu, bagaimana jika kau tidur saja? Besok kita akan pergi bersenang-senang" Tangannya meraih wanita itu, membawanya masuk ke dalam kamarnya. Blue kaget dengan sikapnya yang tiba-tiba saja berubah.
"Kau! Kenapa tiba-tiba saja kau berubah tersenyum seperti ada yang lucu. Hapus senyummu itu, tidak sudi melihat senyuman yang keluar dari orang sepertimu!" Tekan Blue, benar-benar cantik tapi wanita itu tidak mengenal kelembutan.
"Augh, geramnya wajahmu itu. Bersikap lembutlah sedikit padaku, aku sudah memberimu tempat tinggal dan makan bukan?"
BRAK!
Rimbun acuh dirinya, sungguh heran sekelas Lusen bisa ada yang cuek? Jika ada dia adalah wanita yang gila..Ceklek!
"Ehem, terima kasih lagi!" Lekas ia menutup lagi pintunya, tidak ingin memperlihatkan wajahnya pada Lusen. Sedangkan Lusen, ia berbalik dengan mood yang bagus, entah mengapa perkataan Blue tadi membuatnya ingin tertawa keras.Ehem, salting berat itu boleh Sen tapi kau harus tetap kalem. Kekeh Lusen.
***
Tok, tok, tok!
Ketukan itu terulang dan terulang, Alesia bingung kenapa Blue masih saja tidak membuka pintunya padahal ia hendak memberikan sarapan padanya."Blue, apa tidak apa jika aku menerobos masuk?" Segera tangan wanita itu menggenggam erat ganggang pintu, celah kecil itu tertampak saat Alesia menerobos masuk.
"Blue..?"
DEG!
"Sen, Sen, cepat keluar dari kamar mandi!" Ketuk Binsar. Pria itu tidak sengaja menerobos masuk ke kamar mandi, padahal Lusen tengah berada di dalam kamar mandi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Teen Fiction"kenapa kamu ingin sekali menjaga pantai ini?" -Lusen "pantai ini ciptaan Tuhan yang selalu indah, hari demi hari tiap keluarga harus menjaganya hingga tua. Begitupun denganku, aku punya tugas untuk menjaga pantai ini agar tetap sehat dan indah"...