Hidup dan mati yang dipertaruhkan, seolah gambaran dari kesepakatan dengan iblis, lambat laun denyut nadi yang bersembunyi dibalik selimut peraba pucat tak berhayat, sebatas indikasi ada tidak nya nyawa, bukan melainkan ada tidak nya tekad berhidup manusia. Perasaan kalut memilukan menggerayangi tiap inci sel otak nya, mengecewakan. Bahkan pelacur sekalipun tak segan memperjual belikan harga diri tuk sekedar mengenyah yang di ingini nya. Pendirian, arah hidup, tujuan. Yeonjun tak punya itu.
Ibarat anjing liar tanpa adanya pijakan kemana lagi langkah perlu mengarah, tanpa ada nya tempat sah untuk berumah, tanpa runtutan alur pada buku tak berjudul, ditinggalkan dan tak tersorot. Yang terjadi, terjadilah. Karma tidak absolut didunia maya, keberuntungan memiliki peran terbesar. Jika keberuntungan tak memilih mu, maka satu satu nya titik terang ialah menjalani dengan sedemikian rupa.
Dan Yeonjun sudah tahu, ia bukan salah satu nya.
Pria berbaya tanggung 30 tahun, tak segelintir pun terkait keistimewaan dalam jiwa hampa tak berharap nya. Mengungkitkan ulang bagaimana takdir memporak porandakan hidup sang pria, tanpa ia mematai garis hidup empu lain. Dan beringasnya Beomgyu, seinsan jaka muda menelan mentah beribu kebengisan semesta dengan awak setengah hidup nya. Realitas yang jauh lebih mengerikan sekaligus memilukan yang menampar batin Yeonjun menggoyahkan itikad akan takdir yang berat sebelah.
Lengan lunglai itu bergerak menggapai tas hitam pekat sang empu yang tergeletak di tanah, jari jari nya menyapu lamban permukaan tas yang diselimuti duli berserak, sehari sudah ia bermalam di gubuk tua itu. Membuka tas, lengan nya menyelundup merogoh isian tas tersebut, mengeluarkan sebungkus roti yang sedikit koyak.
Diberinya panganan itu pada sang anak. Sorot iris ranah nya beralih, tak lama beragak meraih pemberian sang pria di hadapan nya menilik Yeonjun penuh tanya. Bilah bibir pucat Yeonjun menguak, telunjuk nya teracung mengacu pada mulut nya, sekedar berisyarat tuk sang anak memakan roti yang ia beri. Kepala nya terangguk beberapa kali.
Kedua manik Yeonjun terpaku, meratap roti yang dirobek dan dilahap dengan intensi tuk mengisi perut. Terkemuka keingintahuan, bagaimana rasa nya terobek dari luar dibanding dari dalam? Apakah rasio antara kedua nya sebanding? Apakah lebih baik atau lebih buruk?
Rasa keingintahuan yang diluar batas daya nalar bersifat merenggut.
Segi pandang Yeonjun terhadap Beomgyu adalah murni empati, tak seorang pun juga akan mampu menyaksikan jaka muda sedikit demi sedikit terbunuh oleh takdir kehidupan yang tak dapat ia cegah. Lambat laun sang kematian akan hampir, rasanya takdir hanyalah penentu cepat lambat kedatangan nya.
Yeonjun harus pulang. Kembali. Pekikan manajer layak nya gonggongan anjing, riuh kendaraan yang mengganggu tidur nya, desahan dari tetangga apartemen sang penggila wanita, interaksi sosial, komputer, berkas, bising. Sebagaimana penguasa menempatkan nya.
"Menemui psikolog banyak tanya itu mungkin akan jadi pilihan terbaik setelah kembali." bermonolog diikuti helaan napas panjang. Raga setengah sadar itu bangkit dari rehat panjang, rasa nya sebagian dari jiwa kelam itu terlahir kembali. Diraih nya tas sang empu, melangkahkan kedua kaki jenjang penat keluar dari gubuk tak bernyawa itu.
Aroma dedaunan serta pepohonan dari alam liar sana menggelitik indra penciuman Yeonjun, seakan akan mengalir tersebar ke dalam tiap bagian organ tubuh yang ia miliki. Menyegarkan dan menenangkan. Andai saja hal fenomenal seperti ini dapat ia miliki setiap hari selain asap rokok dan kendaraan.
"Aku harus pergi."
Raga goyah itu berbalik, kedua sorot netra pekat itu mengatup, diraup nya kembali udara memasuki liang indra nya, kedua netra tersebut kembali terbuka. Sorot iris Beomgyu tak lepas dari pria di hadapan nya se inci pun, menyaksikan hampir tak berkedip. Bilah bibir nya terbuka lebar.
Yeonjun berteriak. Pria penuh sirat itu berteriak, tanpa ada nya penyia nyiaan, tanpa ragu yang kerap menghantui nya, tanpa pemikiran intruisif akan diri dan dunia. Hanya diri nya, pilu nya, dan Beomgyu. Seakan berteriak pada dunia nyata bahwa ia melakukan nya, ia berhasil mengalahkan keraguan akan diri nya untuk pertama kali.
Terkekeh pelan yang secara bertahap berubah menjadi tawaan terbahak, "HAHAHAHAHAHA." deret gigi nya bahkan hingga tampak. Cukup yakin apa bila psikiater nya akan menyerahkan Yeonjun ke rumah sakit jiwa apa bila ia menyaksikan apa yang Yeonjun lakukan saat itu juga. Tak paham, namun seakan perlahan rasa yang membebani hati dan pikiran nya sedikit terlepas.
Berhenti sejenak dari hasrat yang memuaskan nya, kembali memusatkan kedua netra itu terhadap pria yang menyaksikan kondisi tak lazim nya itu. Betapa terkejut nya Yeonjun melihat anak jaka itu membasahi pipi nya oleh air yang mengalir keluar dari netra lentik sang empu.
"Apa yang kau tangisi? Kau seharus nya tersenyum, berteriaklah! Kau sama dengan ku, dunia memperlakukan mu sama dengan ku!" seringai yang tak pudar sedikit pun, kedua kaki pendek yang bergetar ringan itu bergerak perlahan.
"Lakukan seperti kau berteriak saat memainkan piano mu itu, dan rasakan kepuasan nya." Langkah itu mengikis jarak diantara kedua insan, diiringi hembusan angin menerpa tubuh mereka. Seketika hampir mendekati pria berbaya lebih tua dari nya, kedua kaki nya bergerak cepat berlari mendekat. Kedua lengan penuh sayat luka dengan sekuat tenaga mendorong Yeonjun hingga tubuh nya tersungkur mencium tanah berbatu dibawah nya.
"Apa yang kau-UGHH..!!" sebelum kalimat itu terampung, Beomgyu membebani tubuh nya di atas sang pria yang terjatuh, telapak lengan itu bergerak melesat melingkar pada tengkuk dan leher, dicengkram nya kuat tanpa keraguan sedikit pun, seolah diri nya tengah menyalurkan amarah nya. Pasokan oksigen perlahan lahan menipis seiring cekikan itu bertambah kuat, bising aneh keluar dari bilah bibir sang anak seolah mencoba berucap, seolah ingin menyatakan sesuatu.
"LEPAS-AKHHH..AN..KHH..!" lengan Yeonjun meraih pergelangan sang anak meremat nya kuat sekedar melonggarkan cekikan, sekujur tubuh itu meronta hebat mempertaruhkan nyawa. Sang anak kalah telak tentu nya, Yeonjun berhasil melepaskan cekikan nya, meraup tamak oksigen agar masuk sebanyak banyak nya ke dalam organ pernapasan nya. Saat tengah tersengal setetes air dirasakan Yeonjun mendarat pada pipi nya. Netra itu perlahan terbuka menyaksikan Beomgyu dengan air mata yang menggenang hebat, semakin lama semakin banyak dan tetesan nya semakin bertambah.
Sorot itu gelap dan kosong seolah tak ada kehidupan di dalam nya, raut tak berekspresi itu ia ratapi saksama, mengais empati. Memahami dengan pasti apa yang dirasakan sang anak. Kali ini tak ada belas kasihan, hanya murni kesamaan. Mengingat takdir tak pandang baya, yang terjadi maka terjadilah, begitulah hukum nya bukan. Lengan kasar sang empu bergerak, kedua nya meletak pada pipi tirus sang anak, ibu jari nya bergerak menyapu linang air mata yang membasahi hampir sekujur wajah nya.
Apa yang anak itu lakukan kepada diri nya, rasa nya Yeonjun membatin bahwa diri nya telah melakukan kesalahan. Namun yang ia lakukan hanya berteriak, dan tertawa. Mungkinkah ia benci melihat orang berteriak? Meski demikian Yeonjun merasa Beomgyu tak ingin melihat ia melakukan itu, apapun itu. Dibandingkan kesedihan, Yeonjun merasa amarah lebih menguasai emosi asang anak. Mungkinkah berkaitan dengan masa lalu yang dialami membekaskan trauma mendalam bagi nya.
Membuat Yeonjun bertanya tanya, apa yang salah dengan Beomgyu? Apa yang salah dengan diri nya? Apa yang salah dengan mereka berdua yang takdir pertemukan secara tak tereka? Seakan menantang tuk menghadang bayang bayang khayalan.
Bak anjing liar yang mencari majikan nya.
[6] A Stray Dog Perspective : Selesai
tbc — ©aonorae
Notes :
WOWWW SERIUS AKU GAK NYANGKA AKHIRNYA BISA NGELANJUTIN BOOK INI SETELAH SEKIAN LAM AJAHAHAHHAAHAH. Terimakasih banyak buat yang udah nungguin book ini upload, hampir setahun gak sih? But i finally made it yay!! And ofc aku harus minta maaf sama kalian para pembaca setia karena udah bikin kalian nunggu lama banget nget nget:(( i hope u guys enjoy this chapter and ill see you guys next time in the next chapter (as soon as possible i hope) BYE BYEEEE<3333
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me Before I Lost || YeonGyu
FanfictionThe moon dances with me in ways the sun will never know. Yeonjun - Switch Beomgyu - Switch [BXB/MXM] [R T-M] [YeonGyu Area] [IND] ©aonorae