PROLOG

421 164 87
                                    

P
R
O
L
O
G

___________
__________________________

Malam yang sunyi, suasana yang menusuk. Seorang gadis dengan tubuh yang selalu bergetar sedang mencari sebuah kebenaran dari berbagai kesimpulan. Pandangan buram dengan air yang menggumpal. Netranya yang tak lagi sebening kristal, melainkan sepanas hati yang terbakar. Netra yang senantiasa menatap sosok indah bak pangeran di depannya. Pangeran yang selalu ada dan menyembuhkan, namun juga memberi luka.

Lelaki dengan hoodie hitam kebangsaannya berbalik badan untuk menatap sang empu. Lelaki itu menghela napas berat lalu berujar, "Gue mau lo pergi, Va."

"Kenapa? Memangnya dengan aku pergi bisa menyelesaikan masalah?" Tangis gadis itu pecah. Lelaki itu terdiam, melihat gadisnya yang menangis membuatnya sangat tersayat. Dia tak ingin wanitanya menangis, apalagi karena dirinya. Akan tetapi, inilah yang terbaik. Ini yang harus dia lakukan untuk melindungi sosok gadis bernama Kaliva.

"Kenapa diam?"

"Kamu kaya gini apa karena temanku?"

"Apa karena sahabatku?"

"Atau Lita?" Gadis itu terus memberikan penekanan pada setiap pernyataannya. Tak dapat dipungkiri bahwa semua pernyataan Kaliva adalah benar adanya.

Kaliva dan lelaki didepannya mencari kebenaran dan ketepatan pilihan. Gadis itu tak ingin merusak hatinya sendiri dengan melepas sang pujaan hati. Lelaki itu pula tak ingin membuat gadis yang merupakan sang pujaan hati terluka lebih lanjut karena dirinya. Dia yang memikirkan perasaan sang pujaan hati berpikiran bahwa pergi adalah kunci dari masalah ini.

"Kalo lo gak mau pergi, gue yang akan pergi." Sebuah pecahan kaca yang sedari tadi bersembunyi di saku jaket dikeluarkan olehnya. Dia sudah siap hati untuk berpisah dengan Kaliva, sakit yang merupakan konsekuensi akan dia tanggung mandiri tanpa melibatkan pujaan hatinya.

'Gue harus nekat kali ini. Maaf, Va.'

Kaliva membelalakkan matanya kala dia meremas pecahan kaca itu hingga darah bercucuran dari tangannya. "Ja- jangan bercanda Rei," ujar Kaliva getar. Kaliva menahan dadanya yang sangat sesak melihat lelakinya yang melakukan hal itu hanya untuk mengusirnya.

Deg

"HA!"

Kaliva tersentak dari tidurnya. Semua itu adalah mimpi yang datang secara tiba tiba, "Mimpi?" tukasnya yang masih terkejut dengan mimpi. Pipinya basah oleh air mata. Tangisan yang terjadi dalam mimpi, ternyata terjadi pula di tempat tidurnya.

Mimpi buruk yang sangat menyedihkan.

______________________
_________

Streak of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang