2. Suka

255 155 139
                                    

2. Suka
____________

"Ketika berharap dengan seseorang yang rusak."
____________

Gadis berambut hitam bergelombang berjalan santai melewati koridor yang panjang dan menuju langsung perpustakaan. Suasana koridor sangatlah sepi. Semua orang sedang melihat perkelahian di lapangan utama.

"Pagi pagi udah ada yang berantem aja." Gadis itu melipat tangannya di depan dada sembari menggerutu secara fasih.

Keramaian yang diciptakan dari sebuah pertengkaran membuatnya lelah, telinganya masih berusaha beradaptasi dengan sunyi-nya koridor yang sedang ia lewati. Sembari telinganya beradaptasi, mulutnya mengeluarkan suara yang penuh dengan cibiran, "Emangnya dengan berantem kaya gitu keren? kek preman pasar malahan," cibirnya.

"Kak," sapa gadis itu secara spontan dengan senyum kepada kakak kelas yang mulai melewatinya. Ia sudah terbiasa dengan hal tersebut, meskipun sebagian orang menganggap bahwa kakak kelas itu menakutkan. Namun, tidak baginya karena kakak kelas juga manusia biasa yang memiliki sebuah emosi. Menurutnya pula, tidak ada seseorang yang berani mengancam Kaliva, disebabkan nama kakaknya yang sudah terkenal dengan nama "Macan Perkasa".

Meskipun begitu, gadis itu tetap memiliki sebuah ketakutan di sekolah ini. Lalu kali ini ketakutan itu sedang mendatanginya dengan gagah, yang ia takuti adalah kakak kelas laki-laki. Kaliva benar benar tercengang melihat kumpulan lelaki yang berjalan ke arahnya. Kakinya mulai bergetar, tangannya mulai mengepal, dan jantungnya mulai berdegup kencang. Ia ingin bersembunyi, akan tetapi tak bisa. Akhirnya dia memutuskan untuk tetap tegar dan berjalan dengan santai. Kepalanya menunduk kala kumpulan lelaki itu melewati dirinya.

"Nggak jelas." Kaliva terhenti setelah mendengar suara itu. Hatinya yang semula merasa takut tiba-tiba menjadi tenang. Pikiran dan perasaannya terasa tak asing dengan suara itu. Seperti merasa bertemu dengan sosok yang selama ini ia cari, "Who's that?" ujarnya.

Ia termenung.

"Iva!" Lamunannya buyar bersamaan suara yang menyebut namanya itu menggema di telinganya.

"Risa, kok lo disini?" tanya Kaliva yang menemukan sosok Arisa yang berjalan ke arahnya, "Aku habis dari kelas sepupu aku," jawab Arisa dengan senyuman permatanya.

Kaliva mengangguk pelan. Ia tiba tiba terpikirkan sesuatu yang membutuhkan partisipasi Arisa, "Tunggu, gue ke perpus dulu, lo tunggu disini ya?" ujarnya tiba tiba. "Ha?" Arisa terkejut dengan perintah Kaliva yang tiba tiba.

"Tunggu aja pokoknya," perintah Kaliva yang langsung bergegas menuju ruangan penuh ilmu itu. Arisa yang kebingungan hanya bisa melaksanakan perintah Kaliva dengan berdiam diri.

Selang beberapa menit, Kaliva keluar dari perpustakaan setelah mengembalikan buku dan meminjam buku baru tentunya. Kaliva keluar dengan tangan yang penuh dengan buku.

"Sebanyak ini?" tanya Arisa yang terheran melihat tumpukan buku di tangan Kaliva. Gadis kutu buku itu menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebar, "iya."

Arisa hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa berkomentar melihat tingkah temannya yang satu ini.

Kaliva adalah pribadi yang malas, tetapi kepribadiannya itu hanya berlaku untuk kegiatan yang tidak disukainya dan buruknya hal yang tidak disukainya adalah sesuatu yang positif dan penting untuk kehidupan. Membaca tidak termasuk ke dalam kegiatan yang tidak disukainya, dia tidak bisa tidak menyukai membaca karena menurutnya membaca membuatnya pergi ke dunia yang tak akan di temui di dunia nyata tanpa bergerak.

Arisa dan Kaliva berjalan beriringan menelusuri koridor, berencana untuk memasuki kelas mereka. Bincang sana bincang sini, membuat mereka tidak pernah kehabisan topik.

Streak of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang