BAB 1

7 1 0
                                    

Sekilas mata teduh itu melirik jam yang melingkar dipergelangan ditangannya, jam menunjukkan pukul 06.33 pertanda masih ada waktu kurang lebih setengah jam untuk ia menempuh perjalanan menuju tempat kerjanya. Sepedanya dikayuh dengan kecepatan sedang sesekali ia memberikan senyum indahnya pada orang-orang yang ia lalui, cuaca cerah dipagi ini membuat moodnya semakin baik. Sambil bersenandung kecil ia melewati taman yang cukup sepi hanya ada satu atau dua orang yang berlalu lalang karena mengingat ini masih pagi dan dihari aktif kerja jadi orang-orang akan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Sedang asik bersenandung ria, pendengarannya menangkap suara seperti seorang wanita meminta tolong. Rasa penasarannya membunca ia memelankan laju sepedanya guna mencari sumber suara itu, tidak jauh dari tempatnya berada sekelebat bayangan seorang laki-laki berbadan kurus dengan tubuh dipenuhi tato sedang merebut sebuah tas seorang wanita paruh baya. Tidak ingin membuang waktunya ia mengayuh sepeda ontelnya dengan kecepatan sangat kencang, namun saat sepeda itu melaju kencang ia teringat akan sesuatu bahwa rem sepedahnya sudah tidak berfungsi.

"Astagfirullah Risa lupa remnya blong" gumamnya sambil mencoba menghentikan laju sepedanya namun apalah daya nasi sudah menjadi lontong sepeda itu tetap melaju dengan kecepatan kencang

"Tabrak aja deh in syaa Allah cuma luka doang" imbuhnya dengan tekat yang kuat

"IBU AWAS MINGGIR REM SEPEDA RISA BLONG AWAS IBU,,Risa mau nabrak preman kecil itu" ia berteriak sekuat mungkin sambil mengayuh kembali sepedanya. Dalam keadaan panik wanita itu menjauhi preman yang ingin merampoknya mencoba mengikuti perintah Risa..Dalam sekedip mata

BUMMM GEDEBUAk "Aduuyy"

Tepat sasaran Risa menambrakkan dirinya pada sang preman terlempar jauh preman itu dan laju sepedahnya pun berhenti. Sakit dibadannya sudah tidak ia rasakan lagi saat ini tas ibu itu lebih penting, Risa bangun dan mengambil batu besar yang tidak jauh dari jangkaunnya ia menodongkan batu itu seolah-olah akan melempari preman itu.

"Heh preman kecil,kembaliin gak tas ibu ini atau gak aku lempar nih pake batu " arahannya kepada sang pereman walaupun dalam hatinya ada rasa takut namun ia halau karena tubuh kecil pereman itu hampir sama dengan tubuh kecilnya.

"Jangan ngesok lu ya bocah" marah sang preman 

"Idih bocah,,atau aku teriakin malingn ya biar digebukin warga"

"Tolong ada preman mau maling,maliiinnggg maalliingg tolong" teriak Risa dengan kencang menakut nakuti sang preman. Tanpa fikir panjang preman itu melemparkan tasnya kesembarang arah dan kabur ketakutan.

"Cemen huh" gumamnya Risa sambil mengambil tas milik wanita paruh baya itu

"Ibu gak papa atau ada yang luka dicek dulu bu takut ada barang yang dibawa" ujarnya sambil mengembalikan tas wanita itu. Dipandangnya wanita paruh baya itu sambil tersenyum manis menunjukan lesung pipinya

"Ibu gak papa ko terimakasih banyak ya cantik kalo gak ada kamu mungkin tas ibu udah dibawa kabur tadi" jawabnya sambil tersenyum 

"Alhamdulillah,,ibu mau kemana kenapa jalan disini sendirian?" tanya Risa khawatir

Belum sempat wanita itu menjawab sebuah mobil marcedes benz dengan nuansa hitam menghampiri mereka,Risa sudah was-was takut ada rampok part dua berdiri dihadapan sang wanita paruh baya tersebut. Wanita yang melihat perilaku Risa hanya mampu tersenyum ia sudah tau siapa pemilik mobil mewah tersebut. Kaca pada pintu mobil dibuka perlahan

"Masuk" suara dingin itu mampu mengalihkan atensi mata Risa ia menoleh kebelakang dan melihat wanita itu tersenyum teduh padanya

"Tidak usah khawatir ibu mengenalinya" jawab wanita itu seakan paham akan tatapan Risa 

Tuanku Eddgar ZhariefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang