𝟰𝘁𝗵 𝗽𝗮𝗿𝘁

12 5 0
                                    

𝘌𝘷𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘺𝘰𝘶 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘬 𝘦𝘷𝘦𝘳𝘺𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘪𝘴 𝘢 𝘫𝘰𝘬𝘦 𝘰𝘧 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘴𝘩𝘪𝘱, 𝘸𝘩𝘺 𝘥𝘰𝘦𝘴 𝘵𝘩𝘪𝘴 𝘩𝘦𝘢𝘳𝘵 𝘴𝘵𝘪𝘭𝘭 𝘴𝘦𝘵𝘵𝘭𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘺𝘰𝘶?

.

.

.

. . . ╰──╮  *ੈ✩‧₊˚✧.*  ╭──╯ . . .

"Apa harus sekarang, Hitoka-chan?" Raut cemas (Y/n) tunjukkan.

"Harus! Memangnya kau mau kalau pernyataan cintamu terlambat dan Hinata terlanjur dengan perempuan lain?!" Yachi Hitoka semakin membuatnya tertekan.

Jujur saja bahwasanya (Y/n) cukup meragukan rencana pernyataan cintanya ini. Membayangkan bagaimana nantinya, membuatnya takut-takut. Terlebih lagi saat mengingat kalau Hinata Shoyo itu tak pekaan terhadap dirinya. Lantas ia harus memilih pilihan yang mana?

Sungguh, ini terlalu seperti sebuah lelucon bagi si lelaki jeruk itu. Lantaran hubungan persahabatan yang terjalin sangat lamanya, Hinata tak menganggap serius pernyataan cinta (Y/n) waktu itu.

Pernah satu kali (Y/n) mencoba. Tanggapan yang ia dapat sangat mengecewakan. Lelah dirasa cukup besar, (Y/n) mengambil jalan awal, dengan cukup berteman saja. Namun, Yachi Hitoka mengusulkan pernyataan omong kosong itu lagi.

"Tentu saja aku tidak mau kalau Shoyo berpacaran dengan perempuan lain."

"Nah, yasudah kalau begitu jangan patah semangat dong!"

"Bagaimana jika Shoyo menganggapnya sebagai ucapan sayang dari seorang teman, lagi?" Tanya (Y/n) cepat.

Yachi Hitoka menggaruk tengkuknya yang tak gatal disana, "Y-ya, kalau begitu lagi...a-aku tidak tahu."

• • •

Dan berakhir (Y/n) benar-benar mencoba usulan temannya itu. Diri sedari tadi tak henti-hentinya meneriaki dalam hati untuk terus semangat. Pun berharap semoga langit ikut mendorong tekadnya.

Detak jantung semakin berirama di dalam sana kala (Y/n) mulai menapaki kakinya ke gymnasium. Kedua manik emerald green miliknya dengan sigap menangkap sosok pujaan hati. Sudut bibir terangkat, tersenyum hangat memandangi aksi luar biasa Hinata Shoyo disana.

Daksa dibawa semakin mendekat. Kemudian mendaratkan diri pada salah satu kursi. Melanjutkan perhatian penuh binaran itu pada si lelaki jeruk disana.

Semoga kali ini tidak gagal.

Suara peluit panjang terdengar. Akhirnya tiba juga penantiannya. Dilihat Hinata Shoyo langsung berlari kencang kearah (Y/n). Tak lupa dengan senyuman manis menyilaukannya, Hinata menyapa si jelita dengan penuh antusias.

"(Y/n)-chan!"

(Y/n) melambaikan satu tangannya lalu memberi respon, "Kau hebat seperti biasanya, Shoyo."

"Arigatou gozaimasuu!!! Kau memang yang terbaik, (Y/n)-chan!"

Kupu-kupu kembali berterbangan di perut. Kalimat itu menjadi kesukaan (Y/n). Meski diri selalu saja mendengar itu, pipi masih saja bersemu menerimanya.

Sialnya, Hinata Shoyo tak cukup dapat menyadari hal tersebut. Menjengkelkan memang. Tak apa, untung sayang.

Apa sekarang saja kubilang?

Tak ambil pusing lagi, (Y/n) memantapkan hatinya. Tak ada salahnya mencoba, daripada tak berusaha apa-apa. Tak masalah dunia memberi garis takdir seperti apa, yang terpenting diri jangan pernah berhenti meraih puncak.

"Sukidayo, Shoyo." Ucap (Y/n) dengan penuh perasaan.

"Uhm! Aku juga menyukaimu!"

Namun, tali rasa cinta itu tak bisa sampai di Hinata. Selama ini hanya menggantung saja. Tanpa satu titik yang pasti. Sekali lagi, langit tak melihat dan mendorongnya 'tuk maju.

Benar 'kan? Apa kubilang, ini semua tidak dianggapnya serius. Apa dia tak menganggapku seperti perempuan pada umumnya? Kenapa selalu saja menganggapku teman kecilmu terus?


. . . ╰──╮  *ੈ✩‧₊˚✧.*  ╭──╯ . . .

.

.

.

𝘈𝘯𝘥 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯 𝘦𝘷𝘦𝘳𝘺𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘤𝘢𝘮𝘦 𝘣𝘢𝘤𝘬 𝘵𝘰 𝘴𝘵𝘢𝘣 𝘮𝘦. 𝘊𝘢𝘯'𝘵 𝘺𝘰𝘶 𝘫𝘶𝘴𝘵 𝘣𝘦 𝘢 𝘭𝘪𝘵𝘵𝘭𝘦 𝘢𝘸𝘢𝘳𝘦 𝘰𝘧 𝘮𝘺 𝘧𝘦𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘺𝘰𝘶?

YOU LIGHT ME UP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang