Part 8

13.8K 837 17
                                    

"Asal lo tahu. Kali ini gue bakal bikin lo kapok dan menyesal." Kata Ryan. Kata-kata itu kemudian diikuti erangan menyakitkan dari Ethan. Entah hal brutal apa yang dilakukan orang itu sampai-sampai Ethan merintih seperti orang yang mau mati.

Mendengar kesakitan Ethan akibat efek kebrutalan Ryan, aku semakin ketakutan dan menutup mata lebih rapat. Tanganku terkepal erat hingga gemetar dan tubuhku terasa dingin.

"Yan, berhenti. Please..." pintaku dengan suara memohon. Wajahku menunduk dan mataku terpejam. Aku tidak kuat mendengar teriakan Ethan lebih lama lagi.

"Pacarnya belain dia bro!" Kata Ergi mencemooh.

"Gue ngga peduli. Biarpun belain, dia bisa apa?" sahut Ryan.

Setelah kalimat itu terucap, Ethan meringis kemudian suara beberapa pukulan terdengar. Bug bug bug, Ethan sepertinya menerima beberapa pukulan sekaligus. Erangannya terdengar semakin memilukan dan dia sudah memohon agar Ryan berhenti menyiksanya. Sayangnya Ryan seperti tuli. Tanpa mempedulikan kesakitan Ethan, dia terus melayangkan pukulan

Tidak lagi bisa menghindar dari apa yang terjadi di hadapanku, aku akhirnya membuka mata dan melihat Ryan memukuli punggung Ethan. Di sampingnya, Dimas menusukkan jarum ke salah satu jari Ethan yang tidak berdaya. Setiap Dimas menusukkan jarum, Ethan akan bergelinjang karena sakit.

"Ahhh... stop!" Teriak Ethan yang kemudian mengundang Ergi menutup mulutnya dengan tangan. Setelah Ethan tidak bisa berteriak, Dimas lanjut menusuk jari-jari yang lain. Saat itulah Ethan yang tidak pernah kulihat menangis malah meneteskan air mata. Dia yang tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya dengan teriakan, kini menangis dalam diam.

Penyiksaan brutal itu membuatku ngeri sekaligus pedih. Trio berandal itu sangat pintar. Mereka hanya menyiksa bagian-bagian yang tertutup pakaian dan menggunakan metode yang rapi agar tidak terlalu terlihat bekasnya. Bukan hanya menyiksa dengan hati-hati, rasa sakit yang dihasilkan siksaan itu juga terasa kuat. Jangankan Ethan yang langsung merasakannya, aku yang hanya melihat saja sudah merinding. Seakan jari-jariku yang ditusuk jarum itu, aku gemetar dan takut.

"Hentikan!" bentakku tidak peduli lagi. Aku tidak bisa melihat kelanjutan penyiksaan ini lebih lama. Apa yang trio berandalan ini lakukan sudah tidak lagi manusiawi. Jika aku melihat semua itu lebih lama, aku akan menjadi gila. Aku tidak sanggup lagi menjadi penonton yang hanya diam.

Tidak seperti yang kuperkirakan, Ryan dan Dimas ternyata berhenti begitu mendengar bentakan dariku. Meskipun begitu, ekspresi mereka tidak menunjukkan kalau mereka berniat untuk menghentikan kejahilan. Mereka hanya meninggalkan Ethan yang sudah belepotan tanah kemudian mengganti target mereka. Tiga pasang mata itu menyorot kehadiranku sekarang. Melihat tatapan keduanya ke arahku, aku bisa simpulkan kalau akulah target mereka.

"Kayaknya mereka beneran pacaran." komentar Dimas. Dia mendekat ke arahku sementara Ergi dengan cepat bergerak ke belakangku. Aku terjepit dan tidak bisa melarikan diri kemanapun.

"Gue punya ide." kata Ryan. Dia mengeluarkan ponselnya kemudian mengaktifkan kamera. "Lo harus berterima kasih karena gue berubah pikiran. Gue ngga akan menyiksa lu ataupun Ethan asalkan lo ngelakuin yang gue mau."

"Apa yang kamu mau?" tanyaku takut. Kalau dia meminta hal-hal buruk, aku tidak akan bisa mengabulkannya. Kalau begitu, apa aku akan disiksa juga?

"Lo harus ngaku kalau lo gay di depan kamera gue. Bukan cuma itu, lo mesti menyatakan cinta ke Ethan." kata Ryan. Dia sudah mengarahkan kamera ke wajahku. Tanpa memberikanku waktu berpikir, dia bicara lagi. "Gue hitung sampe tiga. Kalau lo ngga ngaku gay, kalian berdua akan gue habisin!" Ancamnya.

Ancaman itu adalah ancaman khas Ryan yang tidak boleh diragukan bahayanya. Ketika Ryan terdengar serius seperti ini, dia tidak main-main dan pasti akan menghabisi mereka jika tidak dipatuhi. Ditambah lagi, ekspresi dinginnya semakin terlihat angker. Karena itu, aku yang ketakutan tidak lagi bisa berpikir. Ketika Ryan mulai menghitung, aku langsung panik.

"Satu..." kata Ryan mulai menghitung.

"Jangan Lan! Lo bakal nyesel kalau nurutin maunya dia." teriak Ethan namun segera dihentikan Dimas yang menendang pinggangnya.

"Dua..." Ryan lanjut menghitung. Kedua mata cokelatnya menatap lurus ke pupil mataku. Hitungan kedua ini sudah mencabik logikaku. Aku semakin tidak mampu berpikir. Ketika Ryan membuka mulut lagi, aku merasa seperti berada di tiang gantungan.

"Ti-" Sebelum orang itu mengucapkan tiga, aku langsung mengucapkan semua yang dia mau.

"Aku gay dan aku suka sama Ethan." Kataku pasrah. Sudah tidak ada jalan kembali karena Ryan merekam semuanya.

"Bagus." sahut Ryan. Dia menyimpan apa yang sudah direkam kemudian meninggalkan aku dan Ethan. Begitu mereka tidak terlihat lagi, aku berlari ke arah Ethan untuk memeriksa kondisinya.

"Than, ada yang sakit?" Tanyaku.

"Ngga apa-apa." Jawab Ethan yang susah payah berdiri. Pipi dan dagunya terkotori tanah. Pakaiannya juga. Dengan khawatir, aku membersihkan wajah Ethan kemudian memeriksa jika dia punya luka di wajahnya. Syukurnya wajahnya hanya kotor tapi tidak ada luka yang tampak.

"Kamu jangan ikut campur lagi. Kamu tahu sendiri Ryan gimana. Biar aku aja yang meladeninya. Dia ngga akan terlalu kasar kalau ngga dilawan." Kataku menasehati karena khawatir.

"Lan, kamu harusnya ngga melakukan itu. Sekarang semua orang akan membully kita. Bukan Ryan aja." Keluh Ethan.

Saat itu aku memang tidak tahu dampak dari apa yang aku lakukan. Aku tidak bisa memikirkan apapun karena di bayanganku hanya berisikan siksaan menyakitkan yang dilakukan oleh Ryan. Tanpa aku sadari, aku mengundang bahaya yang lebih besar dan penghinaan yang lebih menyakitkan.

Tak kusangka Ryan mengunggah video itu di media sosial. Dalam waktu kurang dari sejam, video itu menjadi viral dan ditonton seluruh siswa di sekolah. Bukan hanya itu, khalayak umum juga menontonnya dan menjadikan itu cemoohan. Semua komentar yang diterima berupa hujatan serta ungkapan rasa jijik.

Setelah kejadian itu, neraka hidupku menjadi semakin buruk. Hanya dalam kurun waktu kurang dari sejam, seluruh sekolah memperlakukanku seperti kotoran hina.

***

"Oi homo!" Teriak orang yang tidak kukenal seraya melemparkan gumpalan kertas ke kepalaku. Meskipun banyak yang tahu kalau video itu adalah hasil ancaman Ryan, tetap saja mereka menghina dan memandangku jijik. Kali ini pandangan jijik itu lebih jelas dibandingkan sebelumnya.

"Ada yang minta disodomi tuh." Sahut yang lain. Bahkan yang dulunya tidak peduli padaku, kini tertarik untuk ikut membully.

"Udah jelek, homo lagi. Jijik gue!" Bisikan itu juga terdengar dari salah satu sisi.

"Mati aja lo. Ngga faedah banget hidup lo. Maksiat!"

"Jangan lewat sini. Homo dilarang lewat!"

"Kalau homo tapi ganteng sih ngga apa-apa. Lah ini, jelek!"

Hinaan yang ditujukan padaku berlipat-lipat lebih banyak. Aku tidak tahu lagi bisa bertahan sampai kapan. Keinginan untuk bunuh diri mulai membayangi pikiranku.

***

RYVAN 1 - Ugly Duckling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang