3

56 10 6
                                    

Malam yang menyenangkan bagi Atsumu. Tidak seperti malam-malam biasanya. Malam ini dia berdagang sembari menemani Sakusa yang entah kenapa justru ikut bersantai nongkrong di angkringannya. Walau sejak awal kedatangannya Sakusa duduk di bagasi mobilnya sendiri sih, nggak kebagian tempat soalnya. Tapi Atsumu rela bolak balik cuma buat menemani Sakusa saat dia senggang.
Mereka mengobrol banyak hal. Lebih tepatnya Atsumu yang selalu mendapatkan topik pembicaraan untuk mereka berdua.
Gelas teh melati itu juga sampai di refill 3x oleh pembuatnya. Selain untuk pelepas dahaga, teh melati itu akan menjadi saksi setiap detik percakapan mereka malam ini.

Atsumu sudah selesai beberes sekarang. Pukul 2 pagi, angkringannya baru tutup. Dagangan juga sudah habis semua. Bahkan tadi mereka mengecewakan beberapa pembeli karena sudah kehabisan makanan dan minuman.
"Pelanggan baru mu betah banget ngobrol." Sindir Suna yang ikut membantu beberes sejak tadi.
"Dia ternyata kepo juga. Gak tahu banyak hal soal angkringan dan sejenisnya. Makanya betah disini. Penasaran anaknya." Jawab Atsumu.
"Dah, duluan aja Na. Ini ntar biar aku yang bawa aja. Aku mau pamitan dulu sama Omi." Lanjut Atsumu sambil nunjuk ke arah Sakusa yg masih duduk santai di bagasi mobilnya.
"Jangan pulang pagi." Tandas Osamu. Lalu dia pulang diantar Suna seperti biasanya. Si sipit pemilik konter ini emang suka bantu-bantu Osamu pas angkringan udah mau tutup.
"Iya iya bawel amat!" Balas Atsumu sewot.

Atsumu lalu berjalan kembali menghampiri Sakusa. Lelaki itu rupanya sedang sibuk menulis pesan di ponselnya. Wajah datarnya nampak semakin tampan di mata Atsumu, terlebih saat ini Sakusa sedang mode serius. Padahal pencahayaan saat ini minim, namun ketampanan Sakusa bisa dilihat dengan jelas oleh kedua mata Atsumu.
"Omi, angkringannya udah tutup. Omi nggak pulang?" Tanya Atsumu.
"Ini mau pulang." Sakusa beralih, dia memasukkan ponselnya itu ke saku. Kemudian dia berdiri lalu sedikit merapikan bagasi mobilnya sebelum akhirnya dia menutupnya.
"Hati-hati ya, Omi."
Sakusa menoleh. Dia mendapati Atsumu sedang tersenyum lembut padanya. Seumur-umur, dia belum pernah mendapatkan kalimat seperti itu yang disertai dengan sebuah senyuman sehangat ini. Meski orang tuanya dulu selalu berucap begitu, namun mereka sama sekali tidak menyunggingkan senyuman yang sehangat ini. Hanya terdengar seperti basa-basi saja di telinga Sakusa.
"Aku permisi." Ucap Sakusa sambil masuk ke mobilnya.
Melihat hal itu, Atsumu langsung membungkuk sekilas kemudian berjalan menuju ke angkringannya yang sudah tutup tadi.

Sakusa masih belum melajukan mobilnya. Dia masih fokus memperhatikan Atsumu di depan sana. Pria itu sedang menggendong tas dan ditangannya menenteng sebuah totebag. Sakusa lalu memicingkan kedua matanya saat dia melihat Atsumu mulai berjalan menjauh dari tempatnya berjualan tadi. Anak itu pulang jalan kaki rupanya.
Dan entah malaikat apa yang merasuki Sakusa Kiyoomi ini, saat melihat Atsumu berjalan sendiri di trotoar pada malam yang larut ini, Sakusa dengan segera menginjak pedal gasnya untuk menghampiri Atsumu.

Tin!

"Asu!" Umpat Atsumu barbar.
Dia terkejut bukan main, spontan dia mengumpat. Bahkan ponsel ditangannya hampir saja jatuh. Dia lalu melihat kearah mobil hitam yang kini berhenti tepat disampingnya itu. Hampir saja dia hendak mengamuk pada si pengemudi mobil itu jika saja dia tidak segera sadar bahwa itu adalah mobil milik Sakusa. Lalu tak lupa, dari balik kemudi stir itu ada Sakusa yang sedang menatapnya datar.
"Masuk. Aku anterin pulang."
Perkataan Sakusa sukses membuat Atsumu melongo.
"Heh! Buruan!"
"E-Ehh nggak usah, Omi. Aku pulang sendiri aja bisa. Hehe." Jawab Atsumu canggung banget.
"Ck!"
Sakusa lalu turun dari mobilnya. Dia lalu menarik Atsumu agar mau masuk ke mobilnya.
"Omi Omi! Beneran aku dah biasa pulang malem-malem begini. Nggak usah dianter woy lah!" Panik Atsumu.
"Aku nggak pantes naik mobil mewah kek gini, Omi! Aku belom mandi. Nanti mobilmu bau arang!" Tambah Atsumu semakin panik. Pasalnya lengannya itu ditarik kuat oleh Sakusa dan dia tidak bisa melepaskan diri dengan mudah.
Tanpa menghiraukan penolakan dari Atsumu, Sakusa langsung mendudukkan Atsumu di kursi sampingnya. Setelah selesai mendudukkan Atsumu, Sakusa lalu kembali masuk, dan mulai menyetir.
"Rumahmu dimana?" Tanya Sakusa.
"Serius ini mau dianter?"
Dan pertanyaan Atsumu barusan dijawab Sakusa dengan lirikan sengitnya.

Atsumu lalu menjelaskan alamatnya pada Sakusa. Sakusa tahu jalan pulang itu, namun jika pakai mobil perjalanannya agak sedikit lama karena harus beberapa kali memutar jalan sebab rambu lalu lintasnya banyak yang searah. Bukan masalah bagi Sakusa. Dia hanya tidak tega melihat Atsumu yang capek jualan terus pulang jalan kaki sendirian. Padahal yang dikasihani sudah sering pulang jalan kaki. Selain bisa ambil jalan pintas, dia juga suka jalan-jalan malam sambil melepas penat bersama adik semata wayangnya.

Beberapa menit dalam perjalanan, mereka berdua sama-sama diam. Atsumu mendadak berubah jadi pendiam. Jujur saja, dia hanya canggung sekarang, dia nggak tau mau ngomong apa. Dia hanya duduk tegak kaku bak manekin baju. Awalnya Sakusa hanya melirik sekilas posisi duduk Atsumu yang aneh itu, masih dimaklumi. Namun menit-menit berikutnya itu agak mengganggu pikiran Sakusa dan malah bikin Sakusa cemas, dia takut kalau nanti Atsumu malah sakit punggung atau pinggang.
"Senderan aja gapapa kali."
"Punggung ku keringetan tadi, Omi. Belum mandi, nanti jok mobilmu bau."

Ckit!

"Anjir!" Umpat Atsumu lagi.
Atsumu kaget bukan main saat Sakusa mendadak mengerem mobilnya. Menjadikan punggungnya mau tak mau harus menempel di jok. Sakusa melirik Atsumu sambil diam. Nampaknya dia sama sekali tidak berniat menjalankan kembali mobilnya.
"Kog berhenti?" Tanya Atsumu.
"Duduk yang bener. Baru nanti jalan lagi."
"Ini udah bener."
"Yang. Bener." Balas Sakusa sambil melotot.
"Ini loh udah bener. Duduk sikap tegap."

Mendapat jawaban Atsumu yang ngeyel, Sakusa nampaknya gedeg juga. Dia lalu melepas seat belt nya, kemudian badannya dia condongkan kearah Atsumu.
Kedua tangan Sakusa memegang lengan Atsumu, posisi mereka seperti orang yang hendak berciuman. Atsumu yang terlihat cukup panik itu sebisa mungkin menahan badan Sakusa agar tidak terlalu dekat padanya.
"Omi! Mau ngapain kamu, hah!?" Atsumu panik karena posisi ini.
"Benerin posisi duduk."

Memang benar itu niat Sakusa. Namun sepertinya, Tuhan ada niat lain dengan posisi mereka yang seperti itu. Salah satu lutut Sakusa yang ia jadikan tumpuan meleset dari jok kulitnya tanpa perhitungan. Membuat tubuh Sakusa oleng dan langsung saja menindih tubuh Atsumu yang ada dibawahnya. Tak hanya itu, mereka juga tanpa sengaja kini malah berciuman.
Ya, berciuman.

'Sial.'

.
Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEH MELATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang