Part 13

196 8 0
                                    

Gita memandang tetes hujan yang kian deras, ia ingin duduk manis di post satpam menunggu hujan reda, namun saat melihat Dio yang berjalan ke parkiran, gadis itu langsung menerobos hujan kemudian berlari ke halte sebab ia sedang menghindari Dio.

Lengannya masih sakit ditambah lututnya yang tidak sengaja luka akibat tersungkur tadi membuat penderitanya lengkap kali ini.

Sebagian bajunya basah, ia kedinginan. Gita memesan jasa ojek mobil di aplikasi dengan tangan gemetar akibat kedinginan.

Angin bertiup makin kencang membuat gadis itu menggigil, giginya gemelatuk pelan.

Gadis itu menghembuskan nafas lega melihat mobil berhenti di depannya.

"Gitana Denia Raniva?"

"Iya, itu saya." Gita pun masuk ke dalam mobil.

Setelah sampai, Gita segera mengganti baju dan mandi air hangat kemudian tertidur hingga melewatkan makan malam.

Paginya gadis itu terbangun dengan kepala pening, napasnya panas, tenggorokannya sakit.

Ia sangat ingin izin, namun mengingat bahwa hari ini akan diadakan kuis, ia jadi mengurungkan niatnya.

Setelah bersiap, tak lupa ia menyiapkan bekal untuk Galang. Sandwich kali ini menjadi pilihannya.

Terlalu asik dengan kegiatannya, Gita sampai lupa akan menit yang terus berjalan. Segera ia menyelesaikan sandwich-nya lalu berangkat ke sekolah dengan terburu-buru.

Gita berlarian di koridor, pening kepalanya tidak dihiraukan gadis itu, yang penting ia tidak terlambat untuk ulangan harian hari ini.

Bruk!

Gita sedikit terhuyung ke belakang karena tidak sengaja menabrak punggung seseorang.

"Gita!"

Gita berusaha menajamkan matanya yang sedikit berkunang-kunang, namun gagal, penglihatannya memburam dan pening di kepalanya kian parah.

"Git, gue mau minta maaf soal kemarin, gue salah terlalu---GITA!"

Gadis itu kehilangan kesadarannya, terakhir ia ingat adalah suara Dio yang terus memanggil namanya.

Dio panik, ia membawa sepupunya itu ke UKS dengan menggendongnya ala bridal style, mengabaikan beragam tatapan yang ditujukan padanya.

"Periksa dia, cepat!" Beberapa anak PMR segera memeriksa Gita.

Dio mondar mandir dengan gelisah.

"Dia demam kak, kelelahan juga," ucap salah satu anak PMR.

Setelah beberapa menit, Gita terbangun dengan bau minyak kayu putih memenuhi indera penciumannya.

"Kak tolong beliin teh hangat dong di kantin." Dio menatap tajam pada anak PMR itu.

"Kenapa gak bilang dari tadi, babi!" Dio berlari ke kantin dan memesan teh hangat.

Galang bergerak gelisah melihat Gita belum memasuki kelas, tidak biasanya gadis itu terlambat saat mengetahui akan ada ulangan harian.

"Giska Ranaya."

"Hadir, Bu!"

"Gitana Denia Raniva,"

Hening.

"Tadi saya liat dia digendong Dio ke UKS, kayaknya pingsan Bu."

Bruk!

Galang berlari ke UKS, ia mengabaikan kalimat Dio menggendong Gita, baginya keadaan Gita adalah yang terpenting.

Langkahnya terhenti kala melewati kantin, matanya menajam kala melihat Dio sedang berpelukan dengan seorang gadis.

"Bangsat!" Tanpa aba-aba, Galang menghampiri Dio dan melayangkan bogem mentah padanya.

"Woi, apa-apaan Lo, anjing!"

Dio berusaha menangkis semua serangan Galang, walaupun percuma. Lelaki di hadapannya ini sedang dipenuhi emosi, keinginan membunuhnya sangat tinggi.

Kana yang panik melihat pacarnya, segera meminta tolong ke guru yang sedang piket.

Di UKS, Gita mengambil kotak bekalnya. Ia harus memberikannya pada Galang.

Gita beranjak dari tidurnya.

"Kak mau ke mana, istirahat dulu, kak!"

Gita tidak menghiraukan anak PMR itu dan segera ke mencari Galang.

Di perjalanan, ia yang tidak sengaja mendengar perkelahian Dio dan Galang, Gita berlari ke ruang ruang BK, mengabaikan pening di kepalanya.

Langkahnya terhenti saat Brianna dan beberapa orang yang ia ketahui sebagai mantan Galang itu menghadang jalannya.

"Mau ke mana Lo?"  Ucap Letta salah satu mantan Galang yang berada di kelas 12 IPA 3.

"Bukan urusan Lo, minggir!" Gita sangat tidak ingin berurusan dengan dengan mantan-mantan Galang untuk saat ini. Pening di kepalanya kian parah, ia tidak bisa fokus.

"Eits, Lo tau gak alasan kita diputusin Galang tuh gara-gara Lo! Galang juga masuk BK cuma gara-gara belain Lo dari pacar Lo yang ketahuan selingkuh itu. Anggap aja itu karma buat Lo!" Ucap Cessa, yang Gita ingat pernah membawakan Galang bekal nasi kuning buatan emak Agil.

"Terserah."

Gita ingin meninggalkan mereka namun tangannya dicekal kuat oleh Brianna. Bekas cekalan Dio yang kemarin belum sembuh dan sekarang makin diperparah oleh Brianna.

"Lepas, anjing!" Kesabaran Gita kian menipis. Gadis itu menepis kasar tangan Brianna hingga membuat cekalan adik kelas itu terlepas.

Brianna geram, ia mengambil kotak bekal yang ada digenggaman Gita dan membantingnya, sandwich yang ia buat pun terhambur mengotori lantai. Brianna kemudian menarik rambut Gita dengan kasar.

"Lo tuh ya, jangan mentang-mentang Galang suka sama Lo terus lo mau seenaknya. Lo itu gak ada apa-apanya kalau lagi gak bareng temen-temen Lo itu!"

Gita berusaha melepaskan cengkraman Brianna dari rambutnya. Pergelangan tangannya sakit, kepalanya makin pening, penglihatannya memburam, Gita tidak cukup tenaga untuk melawan mereka.

Saat gadis itu sudah pasrah, tiba-tiba cengkraman Brianna terlepas.

"Apa yang Lo lakuin?" Ucap Galang dingin. Cengkramannya pada lengan Brianna kian menguat seakan siap menghancurkan lengan indah itu.

"Aw, lepas sayang, sakit." Galang tak menghiraukan rintihan gadis itu dan makin menambah kuat cengkramannya.

"Gue tanya apa yang Lo lakuin, jalang!"

Gita membelalakkan matanya, Galang yang di hadapannya bukan Galang yang ia kenal. Aura mengintimidasi mengular dengan pekatnya hingga mampu membuat Brianna bergetar ketakutan.

"A-aku cuma ngasih pelajaran ke Kak Gita, gara-gara dia godain kamu mulu, k-kamu jadi mutusin aku."

Letta memejamkan matanya pasrah mendengar kalimat bodoh adik kelasnya itu. Ia tau Brianna adalah murid kelas 10 yang tidak tau apa-apa tapi segitu bodohnya kah ia sampai tidak mau mencari tahu dulu?

Ia sebagai anak kelas 12 yang tau seberapa bucin Galang pada Gita pun harus segera mencari cara agar kabur dari situasi ini. Ia menyesal menyetujui rencana bodoh Brianna yang ingin menyiksa Gita, ia tidak ingin berada di situasi sulit.

Sedangkan Gita, gadis itu tidak mendengar apapun lagi, tubuhnya terasa ringan, kesadarannya direnggut paksa.

Yang terakhir Gita ingat, ia seperti jatuh ke pelukan seseorang, rasanya nyaman dan hangat.

GALANGGA DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang