00 | Prolog

607 46 23
                                    

Malam hari di sebuah rumah, terlihat seorang pemuda sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan dingin. Manik berwarna merah miliknya tampak bersinar saat kilat menyambar beberapa kali. Terlebih, suasana semakin mencekam ketika seluruh listrik di sana padam. Akan tetapi, itu tidak memberikan efek apa-apa pada sang pemuda. Karena dia sudah memakukan atensinya ke satu titik.

Di ruangan tamu kediaman tersebut terlihat ada sesuatu yang tergeletak begitu saja di lantai. Meskipun keadaan agak gelap, tetapi bukan berarti tidak dapat melihat apa pun. Pemuda itu justru amat sangat jelas menemukan bahwa sesuatu di sana bukan benda, melainkan mayat.

Pemuda itu segera berjalan mendekat. Tidak lupa sambil memindai keadaan di sekitarnya dengan harapan menemukan bukti lain. Namun, hasilnya untuk sekarang nihil.

Ketika tiba di samping mayat tersebut, keningnya tiba-tiba saja dikerutkan. Ia berjongkok dan memperhatikan dengan saksama. Mulai dari setiap bagian kepala hingga ke seluruh tubuh. Tidak begitu banyak luka goresan, tetapi semuanya berada pada titik vital. Hanya saja, dia masih merasa ada kejanggalan. Oleh karena itu, dia segera merogoh saku jaketnya dengan tangan kiri yang tak ditutupi oleh glove kemudian menekan satu kontak seseorang.

"Cepat kemari."

"Heh kalo menelpon itu harusnya bilang salam dulu, bukan langsung ngasih perintah." Seseorang di seberang sana membalas cepat. Dari suaranya dia terdengar agak kesal.

Namun, tampaknya dia tidak peduli sama sekali.

"Lama."

Decakkan terdengar dari ujung telepon sebelum membalas. "Ck, mengerti."

Setelah itu, sambungan telepon tersebut terputus. Pemuda itu kembali menaruh ponselnya ke dalam saku, lalu untuk ke sekian kalinya mengamati sosok mayat tersebut.

Pemuda itu menarik napas panjang kemudian dihembuskan pelan. "Gue nggak tahu apa yang terjadi padamu sebelumnya, tapi gue minta maaf. Mungkin kematian lo ada hubungannya sama gue. Maka dari itu, penyelidikan ini nggak akan berhenti sampai pelaku utama ditemukan."

Baru saja akan berdiri, tanpa sengaja tangan kirinya menyenggol salah satu lengan sang mayat hingga terjatuh. Awalnya terkejut, tetapi perasaan itu terganti menjadi penasaran saat sebuah kertas terlihat berada di bawah mayat itu. Pemuda itu menipiskan bibirnya sedikit ragu. Namun, ada dorongan dalam hatinya agar mengambil kertas tersebut.

Karena tidak mau jatuh dalam rasa penasaran, akhirnya dia meraih kertas itu. Jika diperhatikan secara saksama ada noda darah di sebagian sisi dan noda lain. Namun, fokus utamanya adalah pada isinya. Itu sebuah surat. Hanya saja ditulis dalam sebuah kode.

"Kenapa gue ngerasa kalo kode ini cukup akrab ya?" Pemuda itu bergumam pelan. "Kayaknya entar ditanyain ke Blaze atau Ais."

BRAK!

Pintu utama kediaman itu dibuka agak kencang hingga membuat pemuda itu tersentak. Ia menoleh kepala dan mendapati temannya sudah tiba di lokasi. Suara terengah-engah berasal dari orang itu menandakan bahwa dia berlari.

"Halilintar, bilang ke gue apa yang lo temuin."

Pemuda yang dipanggil Halilintar itu menolehkan kepalanya saat namanya disebut. Ia melihat seorang pemuda berambut ungu gelap berdiri di ambang pintu dengan napas terengah-engah. Menandakan jika dia langsung kemari setelah dihubungi oleh Halilintar.

Halilintar menipiskan bibirnya tak menjawab langsung. Ia kembali menatap kertas di tangannya sejenak, lalu pada mayat pria di lantai dan terakhir pada temannya itu.

"Kayaknya gue emamg gak bisa rehat walau cuman sehari aja. Mereka udah mulai bergerak kembali. Fang, tolong nanti kabarin ke pihak pusat kalau dalam waktu dekat gue harus pulang ke rumah." Halilintar menegakkan tubuhnya. Kertas di tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. "Oh iya, lo udah ngehubungin bagian forensik?" tanyanya.

Fang mengangguk. "Tapi kayaknya bakalan tiba agak lambat." Ia melirik sekilas pada mayat pria yang tergeletak itu, lalu pada Halilintar lagi. "Tampaknya lo kenal mayat pria itu. Dia siapa?"

"Cuman kenalan dulu. Tapi, karena terlalu tahu banyak hal, orang itu enggak biarin dia buat hidup lebih lama." Embusan napas lelah lolos dari bibirnya sambil melepaskan sarung tangan dan memasukkannya ke dalam plastik zipper.

Fang terdiam. Ia tahu maksud dari perkataan sahabat sekaligus rivalnya itu. Ini bukan sebuah pertanda yang baik. Namun, Fang berharap mereka dalam melalui dengan sebaik mungkin.

Ketika larut dalam pikiran, suara sirene ambulans terdengar dari luar. Pihak dari forensik sudah tiba di lokasi. Oleh karena itu, Halilintar dan Fang saling berpandangan sebentar seolah-olah sedang berbicara lewat tatapan mata. Keduanya mengangguk singkat, lalu berjalan keluar kediaman tersebut. Permasalahan ini diserahkan pada pihak yang berwenang.

Ketika di luar, Fang kembali membuka percakapan. Ia teringat dengan ucapan Halilintar.

"Oh iya, Hali," panggil Fang.

"Apa?"

"Gue lupa bilang tahu kalau kapten bolehin kita buat pulang. Katanya untuk beberapa waktu ini semua kasus akan ditangani oleh divisi lain. Cuman, kapten bilang buat berjaga-jaga saja." Kepalanya ditengokkan pada Halilintar di sebelahnya. "Jadi, kapan lo akan pulang?"

Halilintar tak langsung memberikan jawaban, tetapi sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Fang yang melihat itu agak tercengang dan merasa kalau itu hanya halusinasinya saja. Setahunya Halilintar itu jarang bahkan nyaris tidak pernah melakukan itu. Gerangan apa yang membuatnya sampai kelihatan senang begitu.

Namun, perkataan Halilintar menjawab rasa penasaran Fang.

Dengan suara tenang, Halilintar membalas pertanyaan sang sahabat. "Malam ini gue mau bersiap untuk kepulangan besok."

***

Hello everyone!

Kali ini aku kembali dengan genre case solved kesukaanku. Seperti biasa, Halilintar bakalan menjadi peran utama karna aku ingin menistakan elemental yang hobi diculik ini wkwkwk.

Tapi beneran lho, selama nonton BBB dari zaman tiga musim pertama sampai on the way di BBBGLXS2, nih elemental sering banget diculik musih. Di episode 6 BBB musim satu dia diculik Adu Du dan ngenalin diri sebagai Ada Da, kemudian di BBBM2 sekali lagi dia culik sama Retak'Ka dan untuk kesekian kalinya dia kembali diculik sama Kira'na.

Pokoknya dia emang secocok itu buat genre angst hahahaha

Anyways, see you in next chapter!

Anyways, see you in next chapter!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Regards

Aprilia Hidayatul

The Case SolverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang