01 | This Is Our Routine

374 42 10
                                    

Disclaimer : BoBoiBoy Galaxy milik Monsta Studio, cerita dan karakter original milikku.

Main Genre: Thriller/Action/Mystery

Others : Friendship-Family

Warning! OOC! Elemental as Siblings, humanoid alien and robot, OC etc.

~•~•~




Perumahan semi elit di Pulau Rintis tampak tenang saat pagi hari. Suara burung terdengar mencicit satu sama lain seolah sedang berbincang. Bahkan di sepanjang jalan saja sudah ada beberapa orang memulai aktivitas mereka. Namun, tampaknya perasaan tenang tersebut tidak berlaku untuk satu kediaman. Karena setiap pagi pasti selalu ada kejadian tidak terduga. Seperti-

"KAK TAUFANNNNNNNNNNN!"

-suara teriakan yang sangat kerasa dari arah kediaman berlantai dua tersebut. Para burung yang bertengger di atas genteng rumah itu pun sontak saja berterbangan menjauh. Orang-orang di sekitar pun ikut terkejut meski sebentar, lalu kembali melanjutkan aktivitas. Membuktikan jika itu bukan kejadian pertama kali. Mereka sama sekali tak peduli dengan alasan dibalik teriakan itu.

Sedangkan di dalam kediaman itu, Taufan sedang tertawa terbahak-bahak. Dia tidak menyangka jika ulahnya itu mampu membuat targetnya mengamuk.

"Hahahahaha ternyata emang bener ya usilin orang panas baran itu seru! Aduh perut gue jadi kram akibat kebanyakan ketawa!" Taufan melirik ke lantai atas masih dengan tawanya. "Oy, Blaze! Lain kali lo kudu lihat muka kaget lo pas bangun tidur! Kocak banget anjir!" cetusnya.

"Stop ketawa, Angin Muson!" Blaze berseru kencang, tidak peduli kalau semisalnya itu mengganggu saudaranya yang lain.

Taufan memasang wajah konyolnya. "Gak mau! Wleee!" ledeknya sambil meleletkan lidah.

Untuk sesaat Blaze merasa jika Taufan bukan kakak keduanya. Pemuda bemata biru safir itu lebih terlihat seperti adiknya. Karena saat ini tingkah laku Taufan benar-benar menyulut emosinya. Ingin rasanya Blaze melemparkan panci di tangan kanannya, tetapi dia tidak mau menanggung amukan Gempa. Oleh karena itu, Blaze memilih melemparkan sesuatu di tangan kirinya.

"Hah males banget kalo ladenin lo, Kak. Mungkin ini yang dirasakan Kak Hali setiap dikerjai."

Blaze membuang napas lelah dan berbalik kembali menuju kamarnya.

Setelah berhasil menghindar dari lemparan centong dan melihat kalau Blaze kembali ke kamarnya, Taufan mulai berkata provokasi. "Huuuuu baru segitu aja udah nyerah. Payah."

Blaze berhenti, lalu menengok pada kakak keduanya itu dengan gerakan pelan. Aura suram sudah menguar dari tubuh anak keempat itu.

"Kak Taufan, coba sekali lagi bilang kayak barusan," kata Blaze dalam.

"Yang mana? Bilang kalo lo itu payah?" Taufan mengerling jenaka. "Boleh, dengan senang hati gue ulangin kembali," ucapnya sambil memasang seringai.

"Oh? Coba kalau berani," tantang Blaze.

"Siapa bilang takut? Oke, dengar baik-baik ya, Adik. Ehem! Ehem!" Taufan berdehem beberapa kali.

"BOBOIBOY BLAZE BIN AMATO ITU PAYAH PAKE BANGET!"

BUAK!!

Sebuah tendangan berhasil mengenai telak perut Taufan tanpa disangka-sangka. Ia terdorong mundur ke belakang beberapa langkah. Kekuatannya memang tidak begitu seberapa, tetapi Taufan karena sedang dalam keadaan tidak siap hingga membuat mundur.

The Case SolverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang