SATU

12 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalaamu'alaykum
Semoga bermanfaat
Sebelum membaca jangan lupa vote terlebih dahulu!

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama!

Oke...lanjuut?

~•~•~•~•~•~

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (Q.S. At-Tiin ayat 4)

~•~•~•~•~•~


Aku, As-Syifa Alleeya Khansa. Berbagai panggilan yang ku dapatkan. Terkadang Syifa, Alleeya, Khansa, bahkan ada yang memanggil Lele. Hahahaha aneh bukan?

Sekarang aku masih kelas sebelas, atau orang sebut kelas 2 SMA. Sekolah ku hanya SMA umum bukan lah Madrasah Aliyah atau sekolah Islam

Banyak sekali orang bilang "kenapa nggak masuk sekolah Islam aja? Kan kakak kamu seorang santri, umi mu juga ustadzah"

Helooo semua nya, cukup deh. Aku ya aku, bukan umi ataupun Abang. Suka heran sama human zaman sekarang, hobi nya ngurusin hidup orang hahaha bercanda

Kenapa aku tidak masuk sekolah Islam? Ya benar! Aku tidak sanggup hafalan, hahaha. Bukan seperti Bang Hafidz yang sudah hafal banyak juz di dalam Al-Qur'an. Masyaa Allah bukan?

Dan juga di sini hanya ada Madrasah Aliyah, tetapi full day sampai jam empat sore baru pulang, juga libur nya hanya hari Minggu. Sungguh melelahkan. Itu lah alasanku tidak mau masuk sekolah Islam

"Adeeek!" Panggil umi tercinta mengetuk pintu kamarku

"Kenapa Umiii?" Jawabku langsung bangkit dari kasur untuk membuka pintu

Menampilkan wajah umi yang sangat cantik dengan kerutan wajah yang sempurna. Umur umi bisa dibilang tak muda lagi, tapi wajah nya tetap cantik seperti masih remaja

"Adek udah sholat Ashar belum?" Tanya umi lembut kepadaku

Astaghfirullah aku lupa!

Aku belum mengerjakan sholat Ashar, karena pulang sekolah langsung tidur dan sekarang jam menunjukkan pukul 16.30

Aku pun menggaruk kepala yang tak gatal, tersenyum kikuk menampilkan deretan gigi putih ini "hehehehe belum umi"

"Astaghfirullah....!! Sana cepet sholat! Habis itu mandi terus tadarus Al-Qur'an sambil menunggu Maghrib" perintah Umi yang sudah berkacak pinggang

Ya, begitulah rutinitas ku setiap harinya. Selalu tak lupa umi mengingatkan semua itu

Walaupun aku paling susah menghafal, setidaknya aku selalu tadarusan Al-Qur'an. Dan umi selalu mengingatkan hal itu

Umi pernah berkata kepadaku "kalau kita tidak sanggup menghafal ayat-ayat Al-Qur'an, setidaknya minimal kita membaca Al-Qur'an setiap hari karena pahalanya tidak berbeda dengan menghafalnya. Asalkan kita jangan saja tidak membaca satu ayat pun  dalam sehari. Tapi lebih bagus keduanya, membaca dan menghafal walaupun sulit tapi kita berusaha"

Umi memang wanita yang ter the best dalam hidupku. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya di dalam hidup ini

Setelah semua selesai, malam kini sudah dihiasi rembulan dan bebintangan menambah kesan cantik di langit

"Umiii, Abang kapan pulang? Adek kangen tauuu" ucapku manja tidur di pangkuan umi

Bang Hafidz melanjutkan kuliahnya di negara orang. Universitas Cairo, Mesir. Ia mendapatkan beasiswa di sana karena dapat menyelesaikan hafalan 30 Juz nya dengan sempurna

Beruntung sekali aku mendapatkan Abang seperti dirinya. Apalah daya aku yang masih jauh dari kata sempurna, bahkan masih pecicilan

"Kata nya satu bulan lagi libur kuliah, mungkin aja bentar lagi dek. Coba telpon aja Abang, tanya sendiri sana" jelas umi dengan mengelus lembut rambut panjang ku

Aku mengangguk sebagai jawaban, otak ku berputar dan memikirkan hal yang random untuk ditanyakan kepada umi

Aku emang senang menghabiskan waktu bersama umi ketika malam hari. Apalagi malam ini tidak memiliki tugas sekolah

Aku menatap wajah umi lekat-lekat membuat umi mengerutkan kedua alis nya bingung "Umi...kenapa hidung umi mancung banget?" Tanya ku tiba-tiba

Umi tertawa mendengarnya "hahaha kan aljaddu orang Arab, sayang" jawab umi

|Aljaddu : kakek|

Umi emang keturunan Arab, tetapi campuran Indonesia "kenapa muka adek nggak mirip arab-arab nya ya, umi?"

Lagi-lagi umi menggelengkan kepala sambil tersenyum geli mendengar pertanyaanku, emang ada yang salah kah? Ku rasa tidak ada

"Kata siapa hm? Lihat mata Adek, indah seperti keturunan Arab. Lihat alis nya rapi dan tebal" jelas umi sambil menunjuk mata dan alis ku

"Tapi hidung adek pesek, Umi"

Umi tertawa kembali, tapi emang kenyataannya hidungku pesek. Berbeda dengan hidung umi dan Abang yang mancung sekali

"Hidung adek nggak terlalu pesek masyaa Allah. Masih mancung kok, cantik. Inget ya, Allah menciptakan hidung, mata, bibir, alis, intinya yang ada di wajah itu sesuai dengan bentuk wajah kita. Coba bayangin, bentuk wajah adek kayak gini tapi Allah beri mata yang sipit gimana?" Tanya umi kepadaku

"Ih aneh dong um..." Jawab ku

"Nah itu! Jadii Allah menciptakan bentuk tubuh manusia dengan sebaik mungkin dan sesempurna mungkin. Seperti pernyataan Allah dalam firman-Nya Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" jelas umi yang sangat mudah dipahami

Ya, seharusnya aku terima saja apa yang Allah beri tanpa adanya mengeluh. Dasar diriku kurang bersyukur

______________

.

.

.

.

.

.

.

Sedikit gambaran tentang keluarga Syifa nih!

Siapa yang ingin merasakan jadi Syifa? Beruntung banget ya?

Eittss tunggu lagi aja kisah dari Syifa selanjutnya

Jangan lupa tinggalkan komentar kalian!

AS-SYIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang