Prolog

0 0 0
                                    

Sneakers putih Vilia membawanya berlari sekencang mungkin. Jam tangan di pergelangan tangan terus berdetak sesuai ritme jantungnya yang berpacu. Vilia akhirnya sampai di lobi sebuah gedung pencakar langit. Tanpa ragu Vilia mengambil tempat yang tersisa di kotak besi yang akan membawanya ke lantai dimana meja dan berkas-berkasnya menunggu.

Ting!

Lift menunjukkan angka 10 yang berarti 2 lantai lagi Vilia akan sampai di lantai tujuannya. Akhirnya lift berhenti di lantai 12, Vilia secepat kilat melesat dari kotak besi tersebut dan mengindahkan sapaan Adistya resepsionis di lantai 12 ini.

"Selamat pagi, Mbak Vilia" sapa Adistya ramah ketika Vilia melintas dengan cepat. Adistya mengikuti arah hilangnya Vilia dengan takjub. "Bisa gitu ya, cepat banget larinya Mbak Vilia" Adistya geleng kepala melihatnya.

--

"Terimakasih atas perhatiannya, sampai jumpa di pertemuan kita selanjutnya untuk membahas progres proyek ini" Pak Budiman selaku pimpinan Divisi Operasional menutup rapat di siang yang sangat cerah dengan senyuman manis.

Setelah rapat ditutup Pak Budiman menghampiri Dani selaku leader dari tim yang telah mempresentasikan hasil perencanaan awal proyek tadi. Pak Budiman memberikan selamat dan jabatan tangan yang erat untuk Dani.

"Selamat ya Dani, tim kamu memang yang terbaik." Pak Budiman berkata dengan senyuman bangga.

"Terimakasih Pak, ini semua juga berkat dukungan bapak dan kinerja tim kami." Dani berusaha rendah hati di depan Pak Budiman.

Vilia yang melihat hal tersebut ikut tersenyum dan lega, pengorbanannya untuk berlari sekencang mungkin tadi pagi berbuah manis.

"Vilia juga kamu hebat sekali dalam melakukan presentasi, sangat jelas dan persuasif,"

Vilia yang mendengar hanya berucap terimakasih dan mengangguk sopan.

Setelah itu, Pak Budiman dan sekretarisnya keluar dari ruang rapat di lantai 12 itu. Tersisa Dani dan Vilia yang akhirnya bisa bernafas lega. Tiga hari tiga malam tanpa tidur mereka membuat perencanaan awal proyek ini, jadi jika gagal meyakinkan investor pasti mereka akan sangat kecewa. Apalagi proyek ini dinilai bisa membawa keuntungan jutaan dollar untuk perusahaan mereka.

"Good job Vil, Rooftop Alaska yuk!" Dani ber-high five dengan Vilia.

"Males ah mas, jangan Alaska, kafe aja. Boncos nanti, proyek baru persetujuan awal ini"

Dani tertawa kemudian mengajak Vilia untuk kembali ke ruangan kerja mereka.

--

Vilia bekerja di sebuah perusahaan engineering consultants berskala nasional. Perusahaan ini cukup terkenal dengan inovasi dan karya-karya yang semakin beradaptasi dengan perubahan yang pesat. Pradhana Wiratama Karya adalah perusahaan tempat Vilia bekerja.

Lima tahun mengabdi pada perusahaan yang bonafit bukan berarti Vilia menjadi perempuan independen yang kaya raya. Setiap uang gajiannya cair mereka akan berpindah ke tagihan-tagihan pokok dan paylater tagihan tersiernya. Gajinya yang dia kumpulkan dengan sepenuh hati di bawah tekanan fisik dan mental beban kerja korporasi benar-benar cair seperti air terjun. Maka dari itu, mulai saat ini Vilia bertekad untuk menjadi orang yang hemat dan kaya raya.

Vilia Nafita Azani bangkit lagi setelah lima tahun dirinya tenggelam dalam gemerlap harta gajiannya yang ternyata tidak ada sisa untuk di tabung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You've InvitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang