Selamat Membaca
***Jano tersenyum dengan gigi yang ia pamerkan persis seperti anak tk yang sedang kesanangan mendapat permen tapi bedanya kali ini Jano tidak mendapat permen melainkan dasinya sedang dibenahi oleh Maminya.
"senyum senyum aja yang mau ketemu cewe cantik"
"ini didepan Jano udah ada cewe cantik" perkataan Jano membuat wajah wanita yang sudah tak muda lagi itu tersenyum lalu mencubit pinggang sang anak bungsu dengan gemas.
Wanita yang sudah hampir berumur 56 tahun itu tersenyum setelah membenarkan keusilan kecil dari anak bungsunya ini, "Mami gak maksa kamu buat nanti setelah kenal dan menjalani ini untuk melanjutkan, No. Mami harap kamu mau untuk kenal lebih dalam dengan gadis yang nanti akan kamu temui, cukup jangan sakiti dia dan kenali gadis itu, lalu selanjutnya itu hak kamu untuk lanjut atau enggak" kata Davina—Mami Jano—sembari menyungging senyum tipisnya dan menepuk kedua lengan anaknya itu.
Sedangkan Jano yang mendapat wejangan dari wanita yang sangat dicintai itu hanya menyungging senyum tengilnya, dia tidak mau membuat hal ini jadi besar sih, dia udah tau gimana turun temurunnya hal hal berbau perjodohan seperti ini.
Dulu Mami dan Papinya juga hasil perjodohan, bahkan kedua kakaknya juga hingga sekarang kakak pertamanya sudah punya 2 anak.
Jarang ada yang gagal dari perjodohan ini seakan memang acara perjodohan ini adalah salah satu jalan utama untuk mempertemukan kita dengan jodoh kita.
Ya walaupun dibilang kuno dan ketinggalan jaman, apalagi Jano ini anak hitz yang gak percaya tahayul tahayul tapi untuk yang satu ini, dia gak mau untuk tidak percaya.
Keluarga besarnya ini sudah menghitung, mempertimbangkan bibit bebet dan bobot sebelum akhirnya calon yang akan dijodohkan bertemu dengan kita. Mau kaya atau Miskin nggak menutup kemungkinan karena Maminya yang bilang kalau dirinya bukanlah berasal dari keluarga kaya raya seperti keluarga Wisesa tapi entah kenapa dirinya bisa dijodohkan dengan Papi Jano.
Jano menghormati adat itu jadinya yaudalah di jaman yang maju ini dia masih harus mengikuti acara perjodohan ini.
Ya benefitnya gak susah susah lagi buat cari jodoh yang sempurna apalagi di jaman yang serba gila ini, sulit cari perempuan yang benar benar bersih dan sempurna secara duniawi ataupun akhirat. xixixi padahal Jano juga kagak sempurna duniawi maupun akhirat.
"iya Mi, Jano janji gak bakal ngecewain Mami"
"Mami yakin sama Jano, yaudah yuk berangkat. Takut macet"
Jano menatap ke arah cermin setelah sang Mami keluar lalu tersenyum menawan dan mengatakan, "siapa nih yang jadi jodoh gue, sangat sangat beruntung lah cewe yang dipilih bokap sama nyokap" ucap Jano pada dirinya yang ada di cermin.
Selain buaya Jano ini memang narsisnya minta ampun, mungkin efek karena dia punya dua kakak perempuan yang sejak Jano kecil sering diajak main salon salonnan jadinya ya sifat narsis kedua kakak perempuannya menurun ke Jano hingga dewasa sekarang.
Tapi nggak papa karena kata Jano dia memang tampan dan itu ada buktinya, dia nggak peduli dibilang narsis karena memang banyak gadis gadis yang jatuh cinta padanya hanya karena dia tersenyum.
Efek senyum Jano.
Jano masih menyungging senyum bangganya dan sedikit merapikan jas nya malam ini dan segera turun ke bawah untuk berangkat menemui keluarga dari gadis yang di jodohkan dengannya itu.
💮💮💮
Jano 😁😁😁 bener bener lu ye
Halo! terima kasih all udah baca, jangan lupa buat vote dan juga komen yaaa
See u :") chapter selanjutnya ayo kita ketemu cewenya Jano
KAMU SEDANG MEMBACA
Good To Me
FanfictionWhen you were born at sunrise and there I was lucky to have known you