Tetangga julid

7 1 0
                                    

Mereka pun sampai di sebuah restoran ternama di Jakarta.

Sila sungguh dibuat kagum dengan kemegahan restoran itu desain yang indah membuat siapa saja akan betah berlama lama di restoran dengan corak warna hitam bercampur oren tersebut. Harga makanan nya jangan ditanya lagi pasti sangatlah mahal.
Sila merasa ragu karena uang ia pasti tak cukup untuk membeli makanan disini.
Ia menyesal seharusnya tadi ia saja yang memilih tempat makan yang ada di pinggir jalan walaupun makanannya

tak mewah yang terpenting harganya pas di kantong.

Arga mengernyitkan dahinya melihat sila yang hanya berdiam diri mematung.

"Sil kok Lo bengong ayo masuk lo pasti udah laper banget kan".
Ujar Arga.

Namun sila tak menggubrisnya ia tetap berdiri mematung di luar sana.
Arga menghela nafasnya kasar.

"Sil hey ayo malah bengong disitu". Ujar Arga .

Namun sila sepertinya tak menyadari bahwa Arga sudah berada didepan nya.

Arga lagi lagi menghela nafasnya kasar.

"Sil... Sila". Ujar Arga sembari melambai lambaikan tangan nya tepat di wajah sila . Sontak sila terkesiap melihat Arga yang tiba-tiba sudah berada didekatnya.

"Eh iya maaf Ar aku cuman kagum aja sama kemewahan restoran ini". Ujar sila sedikit berasalan padahal ia sebenarnya ia tidak ingin masuk ke restoran itu karena ia tak memiliki uang untuk membeli makanan yang mahal-mahal tersebut.
Arga hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

"Yaudah yuk masuk". Ujar Arga lembut sembari menggenggam lengan kanan sila. Ia menuntun sila masuk kedalam restoran itu.

Sila terkesiap Arga benar benar membuat jantung sila berpacu lebih cepat. Sila hanya bisa menatap lengannya yang digenggam oleh Arga ia menurut pasrah mengikuti kemana saja langkah Arga pergi.

Miko, Zico dan putra hanya mengangga melihat pemandangan yang ada di pandangan mereka saat ini.

"Gue rasa ya si Arga memang ada rasa deh sama sila". Ujar Zico sedikit berbisik di telinga Miko.

"Iya kayaknya". Ujar Miko sembari mengangguk angguk kan kepalanya sembari menatap Arga dan sila tanpa berkedip sedikit pun . Sedangkan putra hanya memasang wajah bengong kearah sahabat nya itu.

"Woy! tiga curut kenapa bengong aje disitu ayo masuk malah bengong aja kayak kambing cengo Lo pada". Ujar Arga sedikit nyaring kepada ketiga sahabatnya yang masih berada di tangga bawah tersebut.

"Sialan lo! ganteng ganteng gini dibilang curut plus dikatain kambing cengo pula". Ujar Zico menggerutu sembari berjalan menaiki tangga tersebut.
Arga hanya terkekeh geli mendengar sahabatnya mendumel.

"Ayo sil". Ujar Arga sembari menggenggam tangan sila lagi.

"I.. iya " . Ujar sila sedikit terbata bata.

Saat Zico melangkah kan masuk ia tiba tiba merasakan ada sesuatu yang mengganjal.

"Bentar bentar kayak ada yang kurang tapi ape ye". Ujar Zico sembari menempelkan jari telunjuk kanannya di dagu seolah olah sedang berfikir keras. Ia pun mengedarkan pandangannya ia baru tersadar ternyata dua sahabatnya tidak ada disampingnya mereka saat ini masih betah berdiri mematung di tangga bawah itu. Zico hanya bisa menepuk keningnya bisa bisanya kedua sahabatnya itu masih betah diam mematung disana. Ia pun turun kembali menghampiri kedua sahabatnya itu.

"Etdah ni bocah masih aja bengong disini buruan masuk malah diem diem Bae, udah kayak patung Pancoran aja lo berdua yok buruan masuk". Gerutu Zico sembari menyeret lengan Miko dan putra.

sila sigadis Cupu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang