Prologue

7K 407 6
                                    

𓇢𓆸 Dunia memang senang mempermainkan takdir manusia.

⋆⋅☆⋅⋆

       Menatap indahnya laut biru yang sangat indah, Di iringi suara ombak yang berdesir pelan, membuat siapa saja enggan untuk beranjak.

Aldair Lacava Menatap indahnya laut yang di taburi warna oranye dari langit, memantulkan cahaya matahari yang akan tenggelam seiring berjalannya waktu.

"Aku menikmati hidup." Kata-kata yang akhir-akhir ini Aldair ucapkan. jujur saja, dia sudah berdamai dengan keadaan yang sekarang.

Aldair juga sadar, di dunia bukan hanya di dirinya saja. Walaupun dirinya berteriak sekeras-kerasnya pada dunia untuk mengeluh dan mempertanyakan keadilan kehidupannya. Dunia tetap tidak akan mendengar, menoleh pun rasanya pasti enggan.

Aldair juga tau, ia kebanyakan mengeluh. Tanpa berusaha sedikitpun untuk keluar dari dendam yang mendalam. Ia terlanjur nyaman, hingga ia melupakan cara bahagia. Jujur saja, itu sangat menyedihkan.

Dirinya seperti kehilangan jati sendiri, karena peristiwa  yang menewaskan semua anggota keluarganya.

Jatuh dari jurang yang sangat dalam, dan berusaha bangkit mendaki jurang. Sudah Aldair rasakan, hingga dirinya tersadar. Dirinya hanya perlu berdamai dengan kehidupan yang sudah di tulis tuhan, untuk nya.

Aldair bangkit dari duduknya, menepuk pelan celananya, untuk menghilangkan pasir-pasir yang menempel. Menatap langit yang sudah tak memancarkan cahaya oranye,  pertanda malam pun tiba.

T
B
C

Anyinghaseo, kangen ga nih sama Aldair? Duh kok jadi kalem gini si Aldair tu a

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dair; You (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang