03

11 2 0
                                    

PLIN-PLAN

Lemas juga hanya sarapan dengan sebungkus roti. Perutku yang terbiasa sarapan nasi ini sudah keroncongan bahkan sebelum jam istirahat tiba.

Ngomong-ngomong, aku jadi meminimalisir pengeluaran sejak sadar uangku terlalu sedikit untuk bertahan selama sebulan ke depan, sampai gajian lagi.

"Eh mas," panggilku pada seorang mekanik di depanku yang sedang mengotak-atik sebuah mesin. Ia lantas menoleh pada.

"Ukuran kaki mas berapa?"

Mata pria itu menyipit-bingung. Iya sih pertanyaan ku terlalu acak. "Aku mau jual sepatu, barangkali cocok sama masnya," jelasku pada akhirnya.

"Duh maaf mbak, sepatu saya udah banyak," katanya, sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.

Bibirku mengerucut dan aku bukan tipe orang yang pandai membujuk setelah mendapat penolakan.

Aku kemudian berjalan ke arah seseorang yang ku kenal baru beberapa minggu yang lalu, namanya Bintang. Jabatannya setingkat diatas ku tapi dia sangat ramah, sampai mau menyapaku duluan waktu itu.

"Hai A Bintang," sapa ku basa-basi, lalu ikut mengerjakan yang sedang dia pegang karena pekerjaanku hari ini tidak banyak. Lumayan buat cari muka.

Ia tersenyum manis seperti biasa. "Beres kerjaan Lo?"

Aku mengangguk. "A Bintang, pake sepatu ukuran berapa?" Tanyaku, langsung pada inti.

Sama seperti orang sebelumnya, A Bintang juga melayangkan tatapan heran padaku. "Mau beliin gue?"

Aku menggeleng sembari tersenyum, boro-boro beliin. "Aku mau jual, malah. Siapa tau cocok, a."

"Oh kamu punya sampingan?" Tebaknya, sembari terus mengerjakan pekerjaannya dengan telaten.

"Itu aku beli buat orang, tapi gak jadi aku kasih," jelasku dengan singkat, karena malas banyak-banyak cerita soal kejadian kemarin. Malas kalau harus ingat rasa kesal juga malunya.

Kali ini A Bintang tersenyum aneh pada ku. "Cie buat crush nya, tuh." Telunjuknya bergerak di depanku.

"Iiih, gak gitu." Ku tepis tangannya agar menyingkir dariku. "Dibeli dong a. Aku gak ada uang lagi nih."

"Lo ada fotonya?"

"Ada."

"Entar kita makan bareng ya, biar gue liat dulu fotonya."

Aku tersenyum sumringah, walaupun baru tertarik untuk sekedar melihatnya, itu sudah jadi harapan buatku. Ngomong-ngomong, kita memang tidak dibolehkan untuk menggunakan ponsel saat jam kerja, jadi harus menunggu jam istirahat.

🐻

Yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku membeli seporsi nasi dengan ayam goreng dan segelas es teh manis, sementara A Bintang membeli semangkuk soto lengkap dengan nasi dan es jeruk.

"Emang sepatunya mau kamu kasih buat siapa, tadinya?" Ia membuka percakapan sembari memeras jeruk limau diatas makanannya.

"Oh ceritanya panjang sih." Kali ini bolehlah ku ceritakan kisah dibalik sepatu itu, kan ada kemungkinan Bintang mau membelinya. "Jadi kemarin aku numpahin kopi ke sepatu orang."

"Kok bisa-bisanya Lo langsung ganti pake sepatu baru?" Bintang memotong.

"Soalnya dia harus ke acara penting, aku kan kasian. Ya walaupun akhirnya aku nyesel juga, karena aku jadi kurang uang sekarang."

FIKI, MIKI.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang