07

16 1 0
                                    

Aku senang letak kostku yang strategis, kemana-mana bisa dijangkau dengan jalan kaki. Seperti sekarang, aku berjalan kembali pulang setelah mengirim sepatu Fiki (beserta uang lebihan yang dia berikan padaku waktu itu) yang tertukar dengan kotak berisi mieku lewat pos.

Jalanan masih ramai karena hari belum terlalu gelap, tapi aku merasa takut saat seseorang terus membunyikan klakson di belakangku. Aku berjalan lebih cepat, bahkan hampir berlari kalau saja orang itu tidak memanggil namaku. Suaranya tidak asing di telingaku.

"Miki!"

Aku pun akhirnya menoleh dan bernapas lega saat tahu siapa pelakunya.

"Kok malah lari sih?" Tanyanya sembari menahan tawa lalu mematikan mesin motornya.

"Lagian kenapa sih gak langsung manggil aja?" Bibirku mencebik. "Gak bareng Anne?"

A Bintang menggeleng. "Gue mau nyari makan. Lo abis dari mana jalan-jalan sendiri?"

"Abis kirim sepatu."

"Yang kemarin itu?" Aku mengangguk. "Makan yuk."

Harusnya itu adalah ajakan makan malam biasa kalau saja aku tidak tahu A Bintang adalah pacarnya Anne, orang yang baru ku kenal tapi sudah sangat baik padaku. Ia bisa saja salah paham kalau aku makan berduaan dengan pacarnya kan?

"Nggak deh, a. Aku mau langsung pulang aja."

"Katanya penasaran sama nasi bebek depan situ, ayo cobain," katanya.

Benar, aku sangat penasaran karena sedang populer di dikalangan teman-teman kerja kami. Tempo hari aku, A Bintang juga Evi dan Utina pernah membahasnya. "Kapan-kapan aja deh." Aku melambaikan tangan dan segera melangkah pergi. "Duluan, ya."

A Bintang membawa motornya mengejarku tanpa menyalakan mesinnya. "Yaudah kalo gitu gue anter pulang."

"A Bintang kan mau makan, tadi. Aku sendiri aja, udah Deket juga." Aku semakin mempercepat laju kakiku.

🐻

- gue suka sepatunya.
- thanks ya
- duit lebihannya ngapain ikut dikirim?

Mataku menyipit membaca pesan itu baik-baik.

Sabtu pagi, yang gak pagi-pagi banget karena aku bangun jam sembilan tepat. Lalu menemukan pesan itu saat membuka ponsel. Ini aku yang belum bisa mencerna atau memang perkataan Fiki gak senyebelin sebelumya? Dia juga ngapain repot-repot bilang makasih? Sok akrab. Biasanya juga nyebelin.

- tuh gue balikin.

Kali ini Fiki mengirim bukti transaksi. Ia mengembalikan uang itu padaku. Dia kenapa sih?

- sumpah, di read doang?

Alisku semakin menaut membaca tiap pesan yang terus masuk darinya.

- gue tuh idol lho.
- kali aja Lo lupa.
- ada banyak orang yang mohon-mohon minta gue notice.
- Lo malah read doang DM gue.
- sumpah?
- gak habis pikir.

Aku menggeleng heran. Mungkin otak Fiki terganggu. Apalagi terakhir Shandy bilang kalau dia sedang sakit.

- heh
- Miki!!
- Miki, Fiki
- ih lucu ya ternyata.

Kamu kenapa sih? -
Kepalanya sakit? -

- iya.
- kebanyakan mikirin kamu.

Duitnya ngapain di kasih aku lagi sih? -
Bukannya kamu gak ikhlas? -

- kata siapa gak ikhlas?

Soalnya kemarin kamu bahas duitnya -
pas ngomongin kotak yang isinya mie itu -
Aku balikin ya -

- eh ya jangan dong.
- ikhlas kok, gue.
- serius.
- kalo Lo balikin, entar gue kirim dua kali lipat ke Lo.
- itung-itung ganti mie Lo yang akhirnya di makan Gilang.
-

  hehe.

Alah. Masa bodoh, aku tetap mengembalikan uang itu dengan mentransfer ke rekeningnya. Soal dia bilang akan mengirimnya kembali dua kali lipat, aku yakin itu hanya gertakan.

Lantas ku tinggalkan ponselku di tempat tidur, saat ku dengar Anne memanggilku dari luar.

"Iya?" Kataku saat ku buka pintu.

"Buat kamu." Anne menyodorkan sebuah kotak padaku sambil tersenyum cerah.

"Apa nih?"

"Nasi bebek. Dari Bintang," jawabnya.

Dahiku mengkerut.

"Dia beliin aku, katanya sekalian buat kamu juga."

Aku hanya ber-oh sembari menerimanya. Semoga ini bukan apa-apa, semoga Anne tidak berpikir macam-macam. "Sampein makasih ya."

🐻

Inginnya bermalas-malasan, namun hari liburku adalah jadwalku mencuci baju, mukena dan selimut. Belum lagi harus membersihkan kamar lebih ekstra dari biasanya karena seminggu terakhir aku cukup malas melakukannya, sampai bentuknya sudah tidak enak dilihat.

Seharian sibuk dengan ini dan itu membuatku sejenak lupa dengan ponsel. Maka, saat semuanya sudah beres, aku merebahkan diri di kasur setelah mandi dan makan nasi bebek dari Bintang.

Aku melongo saat mendapati pemberitahuan dari aplikasi transaksiku kalau seseorang telah mengirimkan banyak sekali uang padaku. Dari pengguna bernama Muhammad Fiki Aulia.

Jumlahnya bukan hanya dua kali lipat dari yang ku kirim padanya, ini bahkan lebih dari tiga kali lipat. Sudah gila ya, dia itu?

Kamu kenapa deh? -

Ku kirim dm lagi padanya, namun tak kunjung di balas.

Fiki -
Pokoknya aku mau balikin duit kamu -
Tolong jangan balik dikirim, ya -

- apa sih?
- kangen ya?

Aduh -
Tolong dong jangan bercanda dulu -
Aku mau balikin uangnya -

- balikin langsung sini.
- kalo cuma di transfer, gue balikin lagi.

Ini maksudnya dia modus mau bertemu apa gimana sih? Tapi buat apa? Tolong ya, aku ini tidak cantik, sampai membuatnya harus jatuh cinta dan melakukan modus-modus murahan seperti itu untuk pdkt.

Dan aku tidak bodoh untuk menebak kalau dia pasti punya niat jahat. Sudah jelas kalau dia ini mencurigakan, jadi aku harus berhati-hati padanya.

✨🍋✨

•Min, 09 April 2023•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Min, 09 April 2023•

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIKI, MIKI.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang