01. Benang merah

107 16 3
                                    

Binar dimatanya meredup seiring berjalannya waktu, Yeonjun merasakan dunianya hancur, ketika satu-satunya keluarga yang dia miliki, kakak laki-lakinya harus mengalami gangguan mental cukup berat. Membuatnya mau tidak mau berjuang sendirian dalam kehidupan sulit yang tengah dijalaninya. Yeonjun sudah empat tahun lebih menjalani kehidupan seperti ini, tapi bukan hanya itu saja, sejak kematian kedua orangtuanya hidupnya tidak baik-baik saja.

Helaan nafas lelah keluar dari mulutnya, weekend ini ia gunakan waktunya untuk bekerja, dari pagi hingga malam. Kakaknya, ia titipkan pada tetangganya, seorang wanita paruh baya berusia lima puluh tahunan yang bersedia ia sewa jasanya untuk mengurus kakaknya.

Seharusnya kakaknya di tempatkan di rumah sakit jiwa, namun Yeonjun sendiri tidak tega melihat kakaknya berada disana. Yeonjun ikhlas merawat dan menjaga kakaknya, karena kakaknya adalah satu-satunya keluarga yang di milikinya kini.

"Choi Yeonjun! bantu aku mengantarkan makanan dan minuman ini ke depan!" teriak pelayan seniornya.

"Iyaaa.." balasnya. Yeonjun segera melepas sarung tangan karet yang ia pakai, lalu mengambil nampan berisi minuman yang tersedia di meja pantry yang menunggu giliran untuk di antar.

"Ini meja nomor berapa?"

"Nomor 13!" teriak temannya yang lain.

Hari ini cafe tempatnya bekerja sangat ramai, mungkin karena efek hari libur, jadi pengunjung cafe membludak. Pasti jam kerjanya akan bertambah dan... jika dia tidak segera pulang kerumah, Bibi Jang bisa marah kepadanya.

"Silahkan dinikmati."

"Terima kasih." jawab singkat seorang gadis yang menerima makanannya.


Satu setengah jam kemudian...


Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam, akhirnya shiftnya selesai juga. Seharusnya shiftnya selesai pukul empat sore, tapi karena kebetulan temannya terlambat datang dan ada sedikit halangan maka shiftnya jadi molor hingga satu jam lebih. 

"Aishh.. Sial!" umpatnya pelan.

Dia lupa jika tidak membawa motor, karena motornya sedang rusak dan menunggu diperbaiki. Tanpa pikir panjang ia berlari menuju halte bus, menunggu bus yang menuju ke rute arah rumahnya. Tapi, sebelum sampai halte, dia menyenggol bahu seorang gadis.

"Maaf maaf." ujarnya sambil menatap gadis itu. Tapi gadis itu hanya memberikan tatapan menusuknya.

Karena ungkapan maafnya tidak digubris, Yeonjun langsung berlari lagi menuju halte. Tapi hal yang tidak disangka adalah, benang merah seperti benang rajut tersangkut pada resleting tas selempangnya. Dan benang itu berasal dari sweater rajut yang dipakai gadis tadi.

"Yak! Astaga! berhenti!" teriak gadis itu kencang.

"Hey! berhenti!" teriak gadis itu lagi sambil mengejar Yeonjun.

Ternyata benang yang tertarik dari sweaternya sudah sampai sebatas perut dan kulit perut gadis itu sedikit mengintip. Karena Yeonjun belum berhenti berlari, gadis itu berteriak kembali.

"Aku bilang berhenti!" teriakan gadis itu lebih keras kali ini.

Yeonjun langsung menghentikan langkahnya, namun gadis yang meneriakinya menubruk tubuhnya lalu terjatuh.

"S-sakit" rintihnya pelan. Lalu dengan cepat berdiri kembali namun sambil menahan rasa sakit di pergelangan kakinya.

"Kau memanggilku?"Yeonjun nampak kebingungan melirik ke sekitar.

Gadis itu menatap Yeonjun tajam, "Yak! apa kau tidak bisa melihat! benang sweaterku menyangkut di resleting tas mu!" Gadis itu menunjukkan sweater merahnya yang sudah sebatas perut.

Meloholic || YeonRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang