HOLIDATE [1]

222 24 11
                                    

Jeon Jungkook asJuan Sagara Ardianto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Jungkook as
Juan Sagara Ardianto

Kim Yerim as
Juaninda Septa Angelista

*****

*****

"You are the best thing I never planned."

Suara langkah kaki, obrolan ringan, sampai gelak tawa terdengar bersahutan tanpa jeda bersamaan dengan deru hujan dan bunyi klakson yang memekakkan telinga. Lagu-lagu berbahasa Inggris bertema natal pun mulai terdengar membahana bersamaan dengan aroma manis yang menguar ke seluruh ruangan.

Jam di dinding yang diapit dua jendela besar dengan penampakan hujan di senja jalan protokol ibu kota itu menunjukan pukul lima lewat dua puluh sembilan menit. Jelas sekali kenapa kafe premium itu nampak ramai dengan penghuni gedung-gedung tinggi Jakarta yang setengahnya nampak ingin pulang namun jelas terlalu malas karena hujan deras dan terpaksa berakhir di sana, harus melanjutkan sesi ramah tamah yang rasanya sudah cukup melelahkan walau hanya dilakukan sembilan jam dalam sehari.

Juaninda menatap sekelilingnya dengan acuh tak acuh, terkadang mulutnya ikut menggumamkan lagu yang sedang diputar, dan jelas jemarinya masih berlarian dengan lincah di atas keyboard laptopnya yang sedang menampilkan jatah pekerjaan akhir tahunnya. Ia menghela napas perlahan, memijit pelipisnya ketika lagi-lagi grafik yang baru saja diselesaikannya masih menunjukan hasil yang menurut pendapat pribadinya masih tidak memuaskan. Sungguh, jika bukan karena gaji bulanannya yang dua kali lipat upah minimum regional itu, Juaninda bersumpah ia akan segera mengajukan surat pengunduran diri. Yang benar saja, setiap akhir tahun begini bagaimana pekerjaanya bisa lebih menumpuk dari pada pekerjaan kuarter pertama dikali dua? astaga naga, memangnya ini jaman perbudakan?!

"Nih, paket lo."

Suara rendah itu terdengar di telinganya bersamaan dengan sebuah kotak seukuran kotak sepatu yang dilapisi plastik merah muda serta Double Chocolate Chip Frappuccino yang diletakan di hadapannya. Wajahnya yang semula tak bereskpresi kini mengulas senyum sempurna ketika seorang pemuda familiar menghempas diri tepat di depannya.

Tangannya bergerak untuk menutup layar laptopnya tepat setelah ia memastikan pekerjaannya sudah tersimpan, dan tanpa pikir panjang langsung menyeruput minuman manis itu.

"Thank you banget."

"Widih, gue dateng langsung matiin laptop." Pemuda itu menyadarkan tubuh dan menyeruput es Americano nya dengan ekspresi bingung yang jelas dibuat-buat. "Antara gue lebih penting atau lo takut rahasia perusahaan lo gue intip."

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang