Destiny~

981 47 2
                                    

→ONE-SHOT←

Don't like? Don't read it.

~~~HAPPY READING \^^~~~

Hujan deras mengguyur tanah tandus dan menguarkan aroma khas bumi, hujan bukanlah hal baru untuk gadis musim semi itu yang kini terduduk seorang diri dihalte bus, memang bukan hal baru tapi gadis itu harus membiasakan dirinya dengan musim di Konoha yang sejak kemarin duguyur derasnya air hujan.

Ya, gadis berhelaian soft-pink itu baru pindah dari kota kelahirannya di Iwa, gadis itu mendengus pasrah saat diberitahu keluarganya akan pindah ke sebeuah desa yang rimbun dengan pepohonan dan jauh dari keramaian kota hanya untuk meneruskan bisnis Kizashi Haruno ayahnya. Dengan arti lain dirinya juga harus meneruskan sekolahnya di Konoha.

"Hhhh~" helaan nafas itu terdengar untuk kesekian kalinya.

Kubangan lumpur, hawa dingin, mantel tebal, juga cipratan air kotor dimana-mana adalah hal yang kurang disukai gadis musim semi itu. Seperti dirinya yang terlahir saat musim semi Sakura lebih menyukai musim semi, dimana bunga 'sakura' bermekaran disepanjang pepohonan jalan.

Perhatiannya beralih pada pemuda raven dengan gaya emo yang baru saja ikut meneduh setelah berlarian menghindari buliran air hujan. Jaraknya hanya terpisahkan empat bangku karena mereka duduk saling berujung. Dengan seksama emerald Sakura memperhatikan dari bawah hingga atas pemuda raven itu, beruntunglah Sakura karena dirinya 'belum' ketahuan sedang memperhatikan secara diam-diam.

'Lumayan.' pikir Sakura disertai senyum. Emeraldnya menyipit ketika melihat bordiran berbentuk kuparan dengan ujung lancip tersemat pada saku bleazernya, bleazer yang sama yang Sakura pakai saat ini. Sakura mengangguk sembari memperhatikan juga saku bleazernya. Terlihat aneh?

"Apa lihat-lihat?" ujar pemuda berambut raven itu yang memergoki Sakura tengah memperhatikan dirinya, seolah onyx kelam yang menawan itu menangkap emerald indah Sakura terperangkap dalam tatapan dinginnya yang berkilat.

"E-eh?" ucap Sakura tersadar gelagapan. "Tid-tidak." lanjutnya sok buang muka, padahal jika didengar detak jantungnya berpacu lebih cepat dari normalnya karena efek terpegok tadi.

"Hn." respon tak berlebih terdengar samar dari pemuda tampan itu.

"Hh~" desah Sakura lega. Kembali emerald memperhatikan tetesan hujan yang kini mulai melambat turun, tapi bus tak kunjung datang membuat kakinya menghentak-hentak bumi tak sabaran.

Samar terlihat dari jauh bus bercat kuning mendekat, Sakura melonjak bangun dari posisi duduknya ia yakinkan bahwa itu bus tujuannya karena cukup sudah Sakura tertipu 2 bus sebelumnya yang melintas bukan bus yang menuju komplek perumahan.

"Mati kau!" gumam pemuda raven itu sembari menatap tajam Sakura yang berjalan memasuki pintu bus begitu terbuka. Sayangnya tidak terdengar jelas karena teredam suara air hujan.

Sebelum bus kembali melaju, Sakura sempat melihat pemuda itu melalui kaca transparan bus yang beruap, pemuda yang baru saja ditemuinya itu masih terdiam ditempatnya, entah mengapa onyx kelam itu menatap dirinya seakan memberikan tatapan yang mengancam dan membunuh membuat Sakura berigidik ngeri dalam diam.

'Kenapa?'

.

.

.

Keesokan harinya dengan cuaca masih tidak bersahabat apalagi dengan pelajaran Guy-sensei yang membosankan membuat sesekali murid-murid yang berada diruangan itu menguap, terutama lelaki berambut nanas bernama Nara Shikamaru. Tanpa merasa akan terpegok atau kena hukuman malah asyik tertidur dengan kepala yang menunduk diatas meja.

Tap.. tap.. tap..

Langkah santai terdengar menggema diujung lorong menuju kelas XI-1 bagi Sakura waktu seolah terhenti ketika mendapati sosok pemuda berambut raven itu berjalan santai sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana, karena memang tak ada ruangan lain setelah kelas XII-2 yang kini ditempati Sakura, selain kelas XII-1 berada paling ujung. Sakura berigidik sendiri ketika tatapan dingin sang onyx balas menatapnya tajam.

'Apa sih? hanya perasaanku atau dia memang membenciku? entahlah.' batin Sakura tak tenang, karena memang dirinya merasa tak punya salah apapun dan pada siapapun. Tapi pemuda itu seolah membencinya, rasa benci itu tergambar jelas setiap kali onyx kelamnya itu menatap tajam. Jika memang iya, apa salah Sakura?

.

.

.

.

Angin malam bertiup memainkan anak ravennya, berdiri sembari berpangku siku pada pembatas balkon kamarnya keheningan malam begitu sunyi, sesunyi hatinya saat ini.

Mansion megah yang dulu terhiasi oleh keceriaan kini sepi ditelan kesunyian. Fugaku Uchiha sang ayah, Mikoto Uchiha sang Ibu, juga Itachi Uchiha sang kakak telah lebih dulu meninggalkannya lebih dulu. Karena itulah sikapnya berubah menjadi dingin, jahat, kasar, dan tak mau mengalah, apapun itu si Uchiha bungsu ini sangat alergi dengan kata 'Kalah' membuat persaingan bisnisnya semakin panas.

Pemuda raven ini harus menghadapi kelamnya hidup seorang diri meneruskan bisnis ayahnya diusia yang terbilang masih sangat muda, saat lulus nanti pun tanpa syarat yang memberatkan dirinya akan memegang saham ayahnya sendiri.

Sasuke Uchiha, posisinya saat ini adalah calon pimpinan Uchiha Corp kelak saat usianya menginjak 18 tahun.

Kejadian beberapa tahun lalu masih sangat membekas dalam memorinya, dimana semua anggota keluarganya dibantai secara terang-terangan tepat didepan matanya, tangannya terkepal setiap kali mengingatnya, dada bidangnya bergemuruh menahan setiap luapan emosi yang selalu ditahannya dan semua itu meninggalkan dendam yang belum terbalas, ya! belum terbalas karena sampai saat ini Sasuke sudah hampir menemukan titik celah dimana pembunuh yang membantai keluarganya dengan mudah ia temukan.

#Flashback On~

"TID-TIDAAAK!! AAAARGGGH!"

SLEB!

Samurai panjang begitu mulus mendarat tepat dijantung Mikoto hingga menembus sampai punggungnya. Seketika tubuhnya terkulai lemas tak berdaya, tubuhnya ambruk tak dapat menopang berat badannya sendiri. Darah segar mengalir melalui celah lukanya membanjiri lantai putih yang sangat kontras dengan warna darah. Semua itu juga dilakukan pada Kakak serta Ayahnya terlebih dulu sebelum menyisakan Ibunya seorang diri, ceceran darah dimana-mana ratusan benda tajam tergeletak disembarang tempat.

Semua itu adalah ulah pesaing Uchiha corp dengan mengatas namakan bisnis pesaingnya bahkan tak tanggung-tanggung untuk mengotori tangannya sendiri.

"Ka-Kaa san.. Tou-san.. Ita-nii... hiks." tragedi itu hanya menyisakan Uchiha bungsu yang menangis seorang diri dalam lemari besar yang pintunya tidak tertutup rapat hingga dengan mudah anak berusia 10 tahun itu menyaksikan sendiri pembantaian keluarganya.

Beberapa menit berlalu bocah malang itu masih menangis sesenggukan menunggu seseorang yang datang untuk menghapus semua kejadian mengerikan ini.

Bukan karena tidak ada penjaga, penjaga pribadi mansion itu kalah jumlah juga kalah teknik sampai ikut terbunuh dimalam tragedi itu. Malam itu bagaikan lautan darah penjaga mansion sebanyak 20 orang dapat ditaklukan dengan mudah hingga musuh dengan mudah menyusup keadalam dan membantai keluarga Uchiha, dan tanpa sepengetahuan mereka atau mereka memang lengah nyatanya masih ada satu Uchiha yang tertinggal.

Destiny~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang