Dendam diantara cinta

600 38 1
                                    

"Jaga dirimu baik-baik yah." kalimat yang diucapkan Mikoto itu seolah pertanda malapetaka yang akan terjadi, senyum tulus mengembang diwajah cantiknya, Sasuke kecil hanya memandang Ibunya dengan mulut menganga, yang disusul dengan senyuman Ayah serta Kakaknya.

Dan memang itulah senyum terakhir yang mereka berikan sebelum malam pembantaian itu terjadi. Meninggalkan Sasuke seorang diri, menjadikan dirinya pribadi yang dingin, kasar, jahat, dan lebih banyak menutup diri.

#End of flashback~

"AAAARGGGHHHT!!" raung Sasuke kesal jelas sekali terdengar luapan emosi bergemuruh didalam dirinya. "Akan kubalas kau Kizashi!! Kau tak akan kuampuni!!! Detik ini juga aku akan membantai keluargamu... hahaha.," Sasuke terkekeh jahat. "ternyata kau pindah untuk masuk kedalam kandang singa yah? Cari mati! Tenang saja aku akan melakukannya dengan cara halus.. sangat halus.. bahkan sampai kau tidak menyadarinya hahaaha."

"Tuan muda Sasuke," seru suara barithone dari arah belakangnya, Sasuke berbalik menanggapinya. "Maaf jika saya mengganggu, ada laporan masuk tentang Kizashi Haruno." ucap pria berambut silver masker yang dikenakannya membuat dirinya terlihat lebih memperlihatkan ciri khas nya.

"Bagus! Kakashi kau bekerja sangat baik, apa itu?" tanya Sasuke to the point.

"Kizashi Haruno bukanlah satu-satunya pelaku pada malam pembantaian itu," onyx Sasuke berkilat tentu saja dirinya tahu akan hal itu. "Tapi tuan, jangan bertindak gegabah karena dia belum dipastikan sebagai tersangka utama." ucap Kakashi yang sudah bertahun-tahun dengan setia tunduk pada anak bungsu Uchiha ini sudah lama dirinya menjadi asisten pribadi Sasuke.

"Hn." respon sang Uchiha datar. 'Aku tidak peduli, musuh adalah musuh tanpa diundang pun muncul dengan sendirinya aku akan lebih dulu mengincar putri kesayangannya, dengan tanganku sendiri.' batinnya.

Ucapan Kakashi hanya dianggapnya sebagai angin lalu saja, karena pikiran Sasuke sudah terkotori oleh dendam. Ambisinya untuk membunuh semakin kuat karena itulah jalan hidupnya.

"Dan kami masih menyelidiki seluk beluk tentang keluarganya, Kizashi hanyalah pengusaha makanan, karena itu jangan bertindak gegabah tuan." jelas Kakashi berusaha meyakinkan.

"Hn, kau bukan orang tuaku, jangan sok mengaturku!" ketus Sasuke seraya melenggang pergi menuju kamarnya Kakashi menanggapinya dengan tenang, ia sudah biasa diacuhkan si bungsu Uchiha.

.

.

.

.

"Oh iya? bagaimana dengan cowok berambut batok itu?"

"Siapa?"

"Si Lee, ahahaha.. kuarasa dia menyukaimu Sakura."

"Ehh?" merasa namanya disebut-sebut, gadis itu jadi ikutan nimbrung pada kerumunan Ino, Hinata, juga gadis bercepol dua Tenten.

"Tuh kan Sakura juga kayaknya suka.. ahaaha.." tawa membahana ketiganya bergema, membuat Sakura gelagapan menanggapi ketiga teman perempuannya itu.

"Heh kalian bicara apa sih." rengut Sakura mengerucutkan bibir cherrynya, berpura-pura sok ngambek.

"Huh payah gitu aja ngambek." ejek Ino seraya menjulurkan lidahnya meledek.

"Huh.. Week!" balas Sakura ikut menjulurkan lidahnya, Tenten dan Hinata tertawa lepas melihat tingkah keduanya. "Oh iya, boleh aku bertanya?" ucap Sakura tiba-tiba yang disambut wajah penasaran ketiga temannya.

"Tanya apa?" tanya Tenten.

"E-eum.. itu, kalian tahu anak berambut raven itu?"

"Raven?" Ino menopang dagu tampak berpikir.

"I-iya, yang gayanya mirip pantat ayam itu." jelas Sakura.

"Oh.. maksudmu Uchiha-san?" tanya balik Hinata yang langsung semua pandangan beralih pada gadis berambut indigo panjang itu.

"Uchiha?" jidat lebar Sakura berkerut.

"Mak-maksudnya, Uchiha Sasuke." ucap Ino tergagap.

"Oh, dia anak kelas sebelah. XI-1 kenapa? kau suka padanya Sakura?" tanya Tenten mengintrogasi.

"Heh tidak! Aku hanya bertanya." elak Sakura. 'memangnya kenapa? Ada apa?' batin Sakura yang terus terang merasa penasaran.

"Baguslah, lebih baik kau jauhi dia." ucap Tenten lagi yang membuat Sakura semakin mengernyit bingung.

"Kenapa?"

"Jika kau tidak mau berurusan dengan monster."

Suasana yang tadinya mencair entah mengapa sekarang menjadi agak canggung dan kaku nama 'Sasuke Uchiha' begitu terdengar tabu pada pembicaraan ini, Sakura salah yah jika memang penasaran dengannya?

Apalagi saat Tenten memberi saran bahwa lebih baik Sakura menjauhi orang itu, rasa penasaran Sakura tak bisa hilang begitu saja karena dirinya memang terlahir sebagai perempuan yang selalu penasaran dengan suatu hal yang belum jelas dan terungkap, dirinya tak akan puas sebelum benar-benar tahu akan hal itu.

.

.

.

Tap!

Langkah terakhir yang Sakura pijakan pada anak tangga, emeraldnya bergulir menatap pemuda yang dibicarakan teman-temannya tadi kini berada tepat didepan matanya, berjalan sembari menenteng ransel yang terlihat berat. Kaum hawa manapun pasti akan terpesona melihat pemuda tampan Uchiha ini, dan tidak bisa dipungkiri Sakura juga sebenarnya merasa cukup tertarik walaupun baginya Sasuke itu menyeramkan, aneh?

"Tunggu!" cegah Sakura begitu berpapasan dengan Sasuke.

"Kurasa aku tak ada urusan dengamu." desis Sasuke merasa sedikit terganggu tapi tetap menghentikan langkahnya.

"Lukamu," tunjuk Sakura pada bercak darah yang mulai mengering pada tangan Sasuke. "Biar aku obati." lanjutnya. Sakura merasa berkewajiban untuk menolong karena kebetulan dirinya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR disekolahnya.

"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri." tolak Sasuke masih memunggungi dan mulai berjalan lagi.

Grep!

Merasa tak puas Sakura nekat meraih tangan Sasuke dan segera mengeluarkan kotak P3K dari ranselnya, aneh juga Sasuke tidak menolak?

"Tak apa, ini sudah jadi kewajibanku." senyum tulus mengembang diwajah cantik gadis musim semi itu, dan memaksa Sasuke duduk disalah satu anak tangga, Sakura pikir ia akan ditolaknya lagi ternyata tidak.

Pertama Sakura menuangkan cairan alkohol pada kapas guna untuk membersihkan sisa darah yang mulai mengering, usainya Sakura meneteskan obat luka gores pada lengan Sasuke, dan terakhir Sakura membalut lukanya dengan kain kasa dan perban. Semua itu Sakura kerjakan dengan sangat hati-hati.

Tanpa disadari Sasuke begitu intens melihat perlakuan lembut Sakura yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya, menyisakan debaran abnormal setiap kali melihat lekuk wajah gadis itu.

Sakura tahu, sebenarnya tidak ada yang perlu ditakuti Sasuke hanya kesepian itu semua terlihat jelas pada onyx kelam pemuda itu, dan itu semua masih terlihat samar karena Sasuke terlalu menutup diri.

'Manis.' batin Sasuke tak bisa berbohong gadis itu memang terlihat manis, tapi egois tetaplah egois cepat-cepat Sasuke menggeleng, menepis apa yang barusan terlintas dibenaknya. Itu tidak boleh terjadi, atau semua yang rencana yang sudah tersusun rapih akan gagal.

Sasuke beranjak bangun, seperti sesuatu telah menyadarkan dirinya cepat-cepet pemuda itu berlalu meninggalkan Sakura tanpa mengucapkan 'terima kasih' atau hanya sekedar ungkapan basa-basi, meninggalkan Sakura yang masih terbengong karena sikap anehnya.

Sakura mengangkat bahu, kembali merapihkan kotak P3K miliknya, tak masalah baginya jika tak mau bicara.

Destiny~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang