New Life begin

75 13 5
                                    

Suara ayam berkokok membuat gadis itu terbangun, ia berkata didalam hati sejak kapan dirumahnya ada ayam, bahkan dikomplek sekitar tidak ada orang yang pelihara ataupun berternak ayam.

"Latusya Bangun! Astaga gadis macam apa kamu, bahkan ayam lebih cepat berkokok daripada bangunnmu yang seperti seorang putri."

Matanya masih belum terbuka, namun ia bisa jelas mendengar suara itu, suara perempuan yang bahkan ia tak rasa asing. Gorden yang tadi setengah terbuka kini semakin dibuka lebih lebar membuat cahaya tersebut dengan cepat menusuk indra penglihatan sang gadis. "Ah siapasih, tutup lagi dong, gue ngantuk banget please, baru tidur jam 3, ya Tuhan berikan hambamu ketenangan." Ujarnya sedikit keras.

"Latusya! Bahasa mana yang kamu gunakan?!" Sontak sang gadis membuka matanya.

"Ha?!" Ia melihat ke arah sekelilingnya, semua benda, terlihat berbeda, rumah mewahnya yang elegant entah kenapa berubah menjadi susunan batu yang menurutnya tidak sedap untuk dilihat  mata. "OH FUCK! GUE DIMANA?!"

"Hey! Apa yang kamu maksud? Latusya jangan banyak drama lagi, cepat mandi, dan kerjakan tugasmu!" Kini matanya beralih ke seorang wanita yang cukup berumur didepannya.

"Bunda? Ini beneran Bunda? Aku gak mimpikan?"

"Latusya apa kamu sudah hilang ingatan?" Bingung sang wanita paruh baya itu. "Badan mu tidak panas, berarti kamu tida sakit. Habis makan apa kamu kemarin Latusya, katakan pada ibu! Main kemana saja kamu bersama Galatea?" Ucapnya marah, sedangkan gadis yang dimarahi hanya bisa terdiam membisu.

Selama beberapa detik ia tersadar, ada banyak keanehan disini, yang pertama rumahnya entah mengapa menjadi gubuk derita yang sangat jelek, dan yang kedua, Bunda nya yang dulu sudah meninggal tiba-tiba hadir didepannya.

"Latusya, nak cepat bersiap-siap, kita harus pergi ke kota bersama paman John." Dan yang ketiga, Ayahnya yang sibuk setengah mati bahkan hampir tak pernah pulang, kini bisa ia lihat dengan jelas kehadirannya.

Kini gadis itu menangis dengan keras. "Bunda, Ayah... Akhirnya aku bisa bareng kalian lagi, aku kangen kalian. Ratu gak mau sendirian lagi Bunda. Ratu gak mau ditinggal Ayah kerja. Ratu mau bareng kalian terus!" Tangisnya memeluk sosok yang ia panggil Bunda dengan erat.

"Latusya ada apa nak? Kenapa kamu menyebut dirimu sebagai Ratu. Namamu Latusya Celestiar dengan marga keluarga kita Nadeleine"

"Namaku Ratusya Asareena bunda, bunda lupa?" Bingungnya

"Ya Tuhan Leonard, sepertinya anak kita benar-benar lupa ingatan, kita harus membawanya ke tabib penyembuh."

"Ayolah Latusya, jangan bercanda lagi, kita sudah terlambat." Suruh sang Ayah Leonard.

"Ini dimana Bunda?"

"Hentikan memanggil ibumu sebagai bunda. Panggil Aku Ibu Latusya, kita tinggal di desa kecil Magenchill, dan cepat bangun karena kamu harus pergi ke kota Gardianham dan bantu ayahmu."

Setelahnya sang ibu menarik tangan putrinya menunu kamar mandi, yang bahkan tak bisa disebut kamar mandi. Lantaran itu hanya berupa kotak kecil yang bahkan atapnya tak ada penutup, jadi bisa saja ada orang yang mengintip dari atas sana.

Tak pernah terpikirkan dalam pikiran Ratu bahwa ia akan hidup semelarat ini, lihatlah bahkan bathub yang indah sering ia pakai kini berubah menjadi sebuah bak besar yang bahkan airnya harus ditimba terlebih dahulu dari sumur.

Setelah beberapa menit ia keluar dari ruangan kecil yang sangat menjijikan menurutnya. Matanya kaget mendapati seorang gadis muda yang entah tak ia ketahui berapa umurnya. "Lo siapa?" Tanya nya sedikit jutek.

That's Our QueendomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang