1

5 2 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua merasa senang dan segera berkemas untuk pulang. Begitu juga dengan kelas IPS III yang kini mulai terlihat sepi.

"Ran? Mau ikut nonton nggak?" tanya Meira, sahabat Rania.

"Iya, mumpung ada voucher nih" seru Ira.

"Enggak ah, gue langsung pulang aja. Lagi males gue"

Mereka bertiga segera keluar kelas dan menghiasi dengan candaan disepanjang koridor. Setelah menatap mobil Meira keluar dari sekolah, Rania segera pergi ke halte untuk menunggu bis yang datang.

Sesampainya disana Rania melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya.

"Kayaknya gue harus nunggu sekitar 15 menit lagi" ujar Rania kemudian duduk dikursi halte. Gadis itu sibuk bermain ponsel tanpa menyadari bahwa ada yang sedang mengawasinya dari jauh. Dua orang berpakaian hitam dengan masker itu tampak menatap tajam Rania sembari mendengarkan instruksi dari telepon.

"Baik bos" jawab pria itu. Ia menoleh kearah temannya, seolah memberi isyarat bahwa inilah saatnya untuk menjalankan tugas.

_ _ _

Seorang pria sedang tersenyum puas di kursi kebesarannya, ia bersandar sembari memejamkan mata. Lelaki yang terkenal arogan dan kejam itu sangat jarang menampilkan senyumnya, bahkan orang menganggapnya tidak pernah bahagia.

Noah Alferd adalah pengusaha yang sangat terkenal di beberapa negara. Bisnisnya yang melesat cukup membuat semua orang tau tentang dirinya bahkan saat mendengar namanya.

Noah Alferd, seseorang yang sangat kejam. Ia bahkan dengan senang hati membunuh siapapun yang mengusik ketenangannya. Namun dibalik mata tajam itu, akan melembut saat dihadapan seorang gadis yang masih berseragam SMA.

Rania Attalaric, gadis yang ia cintai. Noah tau semua hal tentang gadis itu. Melihat latar belakangnya membuat Noah ingin sekali menjadikan Rania miliknya. Sebenarnya Noah ingin menunggu sampai Rania berusia 20 tahun.

Namun melihat Rania yang sedang bercanda ria dengan seorang lelaki di taman kota, membuat Noah geram dan tak bisa menahan kesabarannya.

"Mulai hari ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu baby"

_ _ _

Sedari tadi Rania merasa aneh dengan sekitarnya, seperti ada yang mengawasinya. Terlebih saat seorang pria berpakaian hitam duduk disampingnya, membuatnya merasa tak nyaman.

"Apa kau juga sedang menunggu bis, nona?" tanya pria itu.

"Menurutmu? Memang apa yang dilakukan seseorang di halte bus selain menunggu bis?"

Pria itu hanya diam, tak berniat menjawab perkataan Rania. Gadis itu merasa geram, andai saja rumahnya dekat ia pasti sudah segera pergi dari tempat ini.

Rania kembali memainkan ponselnya, membuat pria itu mengambil kesempatan. Pria itu mengambil sesuatu disakunya, semacam mainan kecoa dan diletakkan dileher belakang gadis itu.

"Nona! Ada kecoa dileher belakangmu!" seru pria itu.

"Hah? Mana! Mana!" panik Rania sambil beranjak, gadis itu mencari dibalik tubuhnya. Rania masih panik karena ia sangat takut dengan kecoa, namun beberapa detik kemudian Rania melototkan matanya. Saat ada sapu tangan yang menutup hidung dan mulutnya.

Tubuh Rania melemas dan perlahan memejamkan matanya, tubuhnya merosot dan langsung diangkat oleh pria itu dan dibawa ke mobil.

_ _ _

-Kamar-

Noah tersenyum smirk melihat gadis yang dicintainya sekarang ada dihadapannya. Ia tak sabar untuk segera memiliki Rania seutuhnya. Melihat Rania yang tak berdaya, dengan kedua tangan yang diborgol membuat Noah sangat ingin menerjangnya.

"Ah aku sudah tidak tahan, honey" ujar Noah dengan nafas tercekat.

Pria itu berjalan mendekati ranjang, membelai lembut pipi Rania, kemudian mengecupnya. Jemarinya membelai wajah Rania kemudian turun kebibirnya.

Pandangan Noah turun kearah gundukan yang berbalut seragam sekolah itu. Pria itu tersenyum smirk, menurunkan tangannya kearea itu dan meremasnya pelan.

"So sexy"

Noah mendekatkan wajahnya ditelinga Rania, menjilatinya dengan sensual, "Kau tau honey? Aku sudah lama menantikan ini"

"Akh aku sudah tak tahan, namun tidak menyenangkan jika tidak ada pemberontakan darimu"

Tangan Noah beralih mengecup kening Rania sayang, menyatukan kening mereka.

"Istirahatlah sayang, malam ini kita akan bersenang-senang" bisik Noah dengan emosi yang tertahan

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang