07. Sebuah amanat

49 11 0
                                    

Halo guys

Kemarin ga up ya hehehe

Sebelum lanjut, vote dulu lah

Happy reading



Udara yang semula sejuk kini sudah terasa panas, jalanan yang semula sepi kini sudah dilintasi berbagai kendaraan. Biasanya di jam segini, suasana kemacetan sudah menguar di berbagai kota.

Di hari Senin ini, banyak yang sudah memulai aktivitasnya. Tetapi terkadang, sebagian orang nampak malas karena harus bangun untuk memulai aktivitas.

Seperti halnya para pelajar, mereka diharuskan untuk bangun lebih awal agar bisa mengikuti upacara bendera.

Nampaknya semua siswa sangat malas untuk mengikuti kegiatan itu, apalagi jika sang mentari sangat terik untuk menyinari dunia.

Seorang remaja nampak bersiap-siap, ia bahkan sangat bersemangat untuk hari ini. Hal itu membuat temannya sedikit keheranan.

"Tumben banget lo pagi-pagi semangat, mana pas hari Senin lagi. Kesambet lo?" ucapnya sedikit heran.

"Keinget sama ucapan Sherly," balasnya dengan buku-buku yang berada di kedua tangannya.

Sang empu langsung mengangguk mengerti. "Beneran udah bisa nerima?"

"Ck, udah gue bilang kan berapa kali? Gue udah ikhlas Alaska." Sang pemilik nama hanya cengengesan, ia hanya memastikan saja.

"Tapi kok cepet banget lo move on?"

Gatha menoleh ke arah Alaska. "Siapa yang udah move on? Gue udah ikhlas, bukan move on,"

"Lupain Sherly itu susah, apalagi dia pernah sepenting itu di hidup gue." Ia melanjutkan ucapannya sembari mengambil kunci motor yang berada di meja belajar.

"Lo mau berangkat jam segini?" Gatha mengangguk, ia segera memanaskan motornya yang sempat dingin.

"Mau mampir dulu." Oke, Alaska mengerti kata itu. Gatha akan mampir ke pemakaman untuk sekedar menebar bunga.

"Hati-hati lo, awas ketemu sama banci lampu merah."

Gatha hanya menggelengkan kepalanya, setelah melihat motornya yang sudah menghangat, ia segera menaiki motor itu.

Sebelum sampai ke tempat tujuan, ia mampir terlebih dahulu ke toko bunga. Seperti biasa, sebelum sampai ke pemakaman ia membeli buket bunga terlebih dahulu.

Setelah melakukan transaksi, barulah motor itu berjalan kembali. Ia sedikit bersenandung untuk menghalau sebuah kesunyian.

"Lah, tumben bang Nico ke sini." Gatha yang baru saja sampai sedikit mengernyit melihat motor Nico yang sudah bertengger manis di area pemakaman.

Ia pun segera menelusuri berbagai macam makam untuk sampai ke makam milik Sherly. Dilihatnya Nico yang tengah mengelus nisan itu dari kejauhan.

"Bang, udah lama?" tanya Gatha sembari berjongkok. Hal itu membuat Nico menoleh ke arahnya.

"Baru aja, lo udah biasa ya ke sini?" Gatha mengangguk pelan.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang