14. Invented

36 9 0
                                    

Kringg

Suasana yang semula tenang kini sudah riuh oleh para siswa. Mereka merasa senang karena bel pulang sudah berbunyi.

Sebagian sudah menuju ke parkiran untuk langsung pulang, sebagian juga masih stay di sekolah untuk mengikuti sebuah kegiatan.

Suasana sekolah mulai sepi, hanya tersisa para murid yang akan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.

Lain halnya dengan para murid yang tengah berbondong-bondong untuk pulang, salah satu gadis hanya duduk diam sembari melamun.

Kepalanya sedari tadi menoleh seperti mencari seseorang, hingga suara deruman motor mengagetkan dirinya.

"Nyari siapa?" tanyanya spontan, hal itu membuat sang empu tersenyum lebar.

"Nyari kamu. Aku mau ngomong sesuatu." Sang empu mengangguk mengerti, setelahnya ia mempersilakan gadis itu untuk naik ke atas motornya.

Keduanya pergi. Mencari sebuah tempat yang nyaman untuk bercerita. Taman contohnya.

Kebetulan area taman sedang sepi, mungkin anak-anak yang biasanya bermain di sini tengah pergi mengaji.

Setelah mendapat tempat duduk yang nyaman, sang pemuda membuka percakapan terlebih dahulu.

"Kamu mau ngomong apa?"

Sebelum menjawab, sang gadis menatap netra coklat itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Penawaran kamu waktu itu masih berlaku Tha?"

Sang empu yang mendapat pertanyaan itu langsung mengernyit, setelah beberapa detik kemudian ia mengangguk. Mengerti arah pembicaraan ini.

"Masih dong, masa ada batas waktunya buat jadiin kamu pacar?" Tangannya refleks mengelus rambut legam yang dimiliki gadis itu.

"Gatha, maaf ya aku bikin kamu nunggu." Gatha tersenyum, ia tak masalah untuk menunggu berapa lama pun.

"Aku ga masalah, yang penting kamu ngerasa nyaman sama pernyataan waktu itu." Cia menunduk, tak sanggup lagi untuk menatap netra coklat itu.

Dirinya merasa insecure jika nanti menjadi pacar seorang Agatha Majendra.

"Gatha, maaf--" Air muka Gatha menjadi sendu, ia tau lanjutan kalimat itu.

"Gapapa Cia, aku ga masalah kalo kamu nolak pernya--"

"Siapa yang nolak kamu?" Gatha menoleh, merasa heran dengan pertanyaan itu.

"Kamu kan?"

Cia tersenyum geli, apalagi melihat raut muka Gatha yang tampak lucu. "Aku belum selesai ngomong loh, kamu udah potong aja."

"Jadi?" Gatha mendekat, menatap harap gadis yang berada di depannya ini.

"Kamu maunya gimana?"

Gatha tersenyum lebar. "Pacaran lah!" Mendengar nada antusias itu membuat Cia tertawa.

"Seneng banget ya pak." Cia menggeleng pelan. Ada-ada saja pacarnya ini. Eh?

"Kamu nerima aku? Wahh makasihh cantikk." Gatha langsung memeluk Cia, gerakan spontan itu membuat seseorang terkejut.

"Gatha! Ga bilang-bilang kalo mau peluk ihh." Gatha tertawa, ia langsung melepaskan pelukan itu. Tak lupa tangannya mengacak gemas rambut Cia.

"Maaf pacar," seru Gatha yang membuat rona merah di pipi Cia bertambah. Jujur saja ia merasa malu.

"Aduhh ini pipinya merah, pake blush on ya?" goda Gatha yang membuat Cia bertambah malu.

"Gathaaa." Rengekan itu membuat Gatha tertawa, gemas sekali dengan pacar barunya ini.

𝐋𝐨𝐧𝐞𝐥𝐲 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang