Menunda Setahun

1 0 0
                                    

Aku adalah pejuang gap year. Di sini aku akan menceritakan pengalamanku dalam mengisi waktu luang dan berjuang untuk lolos seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Bagiku, ini adalah salah satu hal yang membanggakan dalam pencapaian diriku. Sungguh, akupun tak pernah menduga.

Iya, aku adalah salah satu penikmat gap year dari sekian banyak teman-teman yang merasakan hal sama sepertiku. Mungkin hanya beda kondisi saja atau bahkan ada yang sama. Dalam hal ini aku memutuskan untuk jeda setahun demi masuk kuliah karena kendala biaya. Selain itu, aku juga terkendala dalam pemilihan jurusan yang nantinya akan dipilih. Aku juga tidak pernah ikut les khusus untuk bisa masuk PTN impian.

Aku akan membahas kondisiku terlebih dahulu. Pertama, aku dulunya adalah siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kalian pasti tahu biaya yang harus dikeluarkan untuk menempuh sekolah kejuruan terkhusus di yayasan swasta, seperti yang aku alami.

Karena aku berasal dari desa dan latar belakang keluarga tergolong menengah kebawah, menurutku biaya sekolahku waktu itu dianggap mahal. Oleh sebab itu, orangtuaku sendiri memintaku untuk menunda satu tahun terlebih dahulu. Selain itu, aku juga masih bimbang dalam memutuskan jurusan yang akan aku ambil di perkuliahan. Alhasil sembari orangtuaku menabung untuk biaya kuliahku, aku mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat pula.

Dalam satu tahun tersebut, aku mengisi waktu luang dengan ikut mengajar di yayasan sekolah milik saudara orangtuaku. Di yayasan tersebut aku menjadi guru bantu sekaligus pengelola
tabungan siswa. Karena dulu aku dari jurusan akuntansi, alhamdulillah aku dipercaya untuk mengelolanya. Selain itu, malam harinya aku mengisi waktu luang dengan membuka les untuk siswa sekolah dasar. Lumayan, hasilnya untuk uang jajan dan tambahan tabungan.

Tepatnya di bulan Desember akhir, aku iseng-iseng tanya temanku yang sudah berkuliah di Politeknik mengenai biaya kuliah, biaya hidup dan kosan. Aku mencari informasi tambahan dari internet tentang perguruan tinggi dan jurusan yang aku ingini. Ya, aku memilih kota Semarang, Solo dan Yogyakarta waktu itu. Namun ternyata tidak semudah itu untuk benar-benar menentukan dimana PTN yang aku ingini dari ketiga kota tersebut, sebab aku harus diskusi terlebih dahulu dengan orangtua. Disisi lain, aku ingin kuliah di kota Yogyakarta sedangkan orantuaku menginginkan di Semarang agar dekat dengan mereka. Sungguh, saat itu aku sangat dilema. Namun, karena aku berpikir bahwa restu orangtua adalah doa, aku memutuskan untuk memilih PTN yang ada di Semarang.

Setelah memutuskan untuk berkuliah di Semarang, aku belajar materi SBMPTN yang aku dapat dari internet. Disini aku belajar dua materi, yaitu tentang tes SBMPTN dan juga tes untuk seleksi masuk Politeknik (UMPN). Bahkan sejujurnya, aku lebih giat dalam belajar materi masuk Politeknik daripada materi tes masuk Universitas. Ya, karena aku ingin sejalur dengan apa yang aku ambil semasa SMK. Namun, lagi-lagi orangtuaku lebih menginginkan aku masuk universitas.

Waktu yang dinanti tiba, aku ikut tes SBMPTN (Universitas) dan UMPN (Politeknik). Dengan niat dan usaha yang sudah aku lakukan selama ini aku berusaha sebisa mungkin mengerjakan soalsoal yang ada. 

Beberapa minggu waktu yang dinanti pun tiba. PENGUMUMAN !!

Yang pertama adalah pengumaman kelolosan masuk politeknik. Dengan percaya diri aku membuka pengumuman tersebut di laman web resmi namun ternyata hasil yang aku dapat adalah dinyatakan, "BELUM LOLOS". Betapa sedihnya aku waktu itu. Merasa tidak ada kesempatan untuk bisa berkuliah. Namun, orangtuaku berusaha menenangkan diriku sebab masih ada pengumuman dari SBMPTN. Dengan ketidak yakinanku dan rasa pasrahku kali ini setelah tiga minggu pengumuman SBMPTN pun tiba. Rasa takut dan trauma akan penolakan waktu itu membuat aku enggan membuka pengumuman SBMPTN. Tak disangka ternyata hasilnya sungguh membuatku berteriak dan menangis sejadinya. Ya, aku, "LOLOS!!". Alhamdulillah.

Dari sini aku belajar bahwa, apa yang kamu usahakan tidak akan sia-sia dengan "DUIT" yaitu Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal, insyaallah. Bagi teman-teman yang gap year atau menunda dan berniat melanjutkan ke jenjang perkuliahan jangan berkecil hati, insyaallah ada jalan. Bagi teman-teman gap year yang tadinya berniat mengejar pendidikan nemun rejekinya belum disini, semoga mendapat rejeki yang lain. Intinya bersyukur dan semangat atas rejeki yang ada. Semangat.  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengalaman PribadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang