ITPC||02

695 22 0
                                    

Hai?

Happy reading

°•°

"Tai ah, gue gamau woiii!" Nadira berucap, ia sangat frustasi dan mencurahkan semuanya kepada dua sahabatnya, Kania tertawa membuat Nadira geram sendiri kepada sahabatnya.

"Cup, cup, nikmatin aja kali," kata Kania membuat Nadira langsung melotot dan itu membuat Kania kembali tertawa terpingkal-pingkal sampai mengeluarkan air mata. Jika ini bukan video call mungkin Nadira sudah memukul atau mencakar wajah Kania.

"Ck, Gue kabur ya ke rumah lo, Za," Nadira bertutur memohon kepada sahabatnya, Zahira, bukan Kanaya, jika Kanaya ia tak akan mungkin bertahan berada di rumahnya.

"Serah," ucap Zahira datar.

"Makasih, lopyu dah," Tanpa ba bi bu Nadira langsung mematikan video call nya dan mengambil kunci mobil miliknya, ia berjalan menuruni tangga.

"Ma! Aku pergi dulu ya!" Pamit Nadira setengah berteriak.

"Hati-hati! Jangan telat pulangnya!" Alana menjawab dari dapur.

"Oke!" Nadira langsung berjalan keluar rumah dan menuju garasi, ia mengeluarkan mobil kesayangannya dan melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.

Beberapa menit kemudian ia sampai pada pekarangan rumah Zahira, Zahira juga sudah menunggu Nadira dengan duduk di kursi yang berada di taman kecil dengan air mancur dan kolam ikan juga terdapat bunga-bunga yang bermekaran indah di sana.

Zahira berdiri dari duduknya menghampiri Nadira, "Kunci mobil lo," ucap Zahira menyodorkan tangannya, Nadira segera menyerahkan kunci mobilnya kepada Zahira.

Zahira menyerahkan kunci itu kepada salah satu penjaga untuk memarkiran mobilnya di garasi yang kosong. Zahira berjalan memasuki rumah di ikuti Nadira, mereka berjalan dan duduk di ruang tamu.

"Makasih ya, batu," Zahira hanya berhendem untuk menjawab Nadira, wajahnya yang selalu datar membuat Zahira di panggil batu oleh Kanaya dan Nadira.

"ASSALAMUALAIKUM, GESS," Tiba-tiba teriakan terdengar membuat Nadira terkejut, itu adalah suara Kanaya, sahabat laknatnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Zahira.

"Wa'alaikumussalam," Nadira yang baru tersadar menjawab salam Kanaya.

"Eh- wait, lo Kristen woyy!!" Ucap Nadira yang baru menyadari bahwa Kanaya berbeda agama dengan mereka.

"Lah iya anjir," Kanaya menepuk kepalanya, ia juga baru sadar kalau mereka berbeda.

"Tau ah, mending nonton ae yok!" Ucap Nadira dengan semangat.

"Nonton-nonton ae lo! Pikirin nanti kalo keluarga lo nyariin gimana?" Nadira mulai melemaskan diri, kenapa sahabatnya ini harus mengingatkannya tentang hal itu?!

"Nyebelin banget sih," Nadira mengacak rambutnya frustasi, ia ingin sekali berteriak sekarang. Nadira mengambil bantal sofa dan menenggelamkan kepalanya disana, ia berteriak sekencang-kencangnya.

"Buset, kayaknya Lo emang lagi sefrustasi itu," ucap Kanaya, Kanaya dengan santai mengambil cemilan yang tersedia di depannya.

"Gue nginep boleh kan Za? Paling engga tujuh hari tujuh malem dah, kalo bisa gue bayar deh," Nadira bertutur pasrah, ia ingin kabur dari rumah karena besok adalah hari pertunangannya.

"Kek ritual pesugihan malah, tujuh hari tujuh malam," komentar Kanaya, Nadira hanya acuh tak menanggapi.

"Boleh, asal lo ga ngelarang gue jujur kalo gue di tanyain sama bonyok lo," ucap Zahira, Nadira melemas, dan mengangguk pasrah.

"Gue nginep semalem aja deh, besok siang gue pindah ke apartemen, baju-baju gue yang sengaja gue tinggal masih ada kan?" Zahira mengangguk menanggapi, ia menyimpan beberapa baju sahabatnya dalam koper dan ada juga yang berada di dalam lemarinya, untuk berjaga-jaga siapa tau mendadak menginap.

"Gue tidur di kamar mana? Kamar Lo aja ye? Males sendirian gue di kamar tamu," lanjut Nadira, Zahira kembali mengangguk.

"Kalo gitu gue juga ikut nginep, biar bareng-bareng cui," Kanaya menimpali.

"Rumah gue jadi asrama," Zahira berkata, itu membuat Kanaya dan Nadira tertawa.

°•°

"Dek, kamu tau kakak kemana?" Tanya Alana, ia sudah sangat panik karena dari tadi Nadira belum kembali pulang. Jam kini sudah menunjukkan pukul 19.30, dan Nadira pergi sekitar jam 15.25.

"Engga mah," jawab Liana, ia dengan segera membuka halaman chat nya dengan sang kakak dan langsung menekan ikon bergambar telepon.

'Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, coba sesaat lagi'

Suara operator menggema di ruang tamu, Alana bertambah panik.

"Kamu telpon ayah, terus Galang, siapa tau dia bisa suruh bodyguardnya buat ngebantu," Liana segera menelfon sang ayah.

"Iya sayang? Kenapa? Bentar lagi papa sampe kok,"

"Ayah, Kak Nadira dari tadi sore belum pulang, tadi di telpon ga bisa, terus ponselnya juga ga bisa di lacak, kayanya kak Nadira sengaja biar kita ga bisa nemuin keberadaannya,"

"Hah?! Oke ayah bakal suruh beberapa bodyguard buat nyari keberadaan kakak,"

Tut Tut

Alex menutup ponselnya, Liana segera mencari nomor Galang untuk di hubungi.

"Hallo? Ada apa Liana?"

"Kak, lo bisa tolong cari kak Nadira kemana? Dari tadi sore kak Nadira belum pulang,"

"Oke, lo jangan panik, gue bakal nyari Nadira,"

Tut Tut

"Gimana? Udah kan?" Tanya Alana.

"Udah mah, mereka bakal nyari kak Nadira, mama jangan panik ya, kak Nadira pasti ketemu," ucap Liana menenangkan. Ia membawa Alana untuk duduk di sofa.

"Dek, kamu coba telpon Zahira atau kanaya, siapa tau kakak kesana," ucap Alana. Liana segera mengangguk dan kembali menelusuri ponselnya untuk mencari kontak Zahira.

"Halo kak?"

"Lo pasti nelpon, mau tanya dimana kakak lo kan?"

"Kok lo tau kak?"

"Dia ada di sini,"

"Hah?! Yang bener aja lo!"

"Hm"

"Yaudah, thanks kak,"

Tut Tut

Liana segera mencari nomor Alex dan galang untuk mengabari mereka bahwa Nadia ada di rumah Zahira.

°•°

Maaf dan terimakasih..

7 April 2023

ISTRI Tengil Pilihan CEO -ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang