part 2

25 12 2
                                    

Namaku Hifza delara, biasa dipanggil dela. aku merupakan anak perempuan terakhir dari dua bersaudara. sejak aku berusia tiga tahun, ayah dan ibuku mulai bekerja di luar negeri. sehingga aku dan kakak laki-laki ku harus tinggal dan diasuh oleh kakek dan nenek.

Aku bukan anak yang kekurangan, aku mempunyai kehidupan yang cukup tanpa kekurangan. namun hanya satu hal yang sangat sulit aku dapatkan, yaitu memiliki teman. sejak kecil, aku hanyalah gadis kecil yang selalu berteman dengan kesepian dan kesunyian.

Sejak aku berusia sepuluh tahun, aku sudah mulai mencoba untuk mencari teman. dan aku menemukannya namun, ternyata aku salah. ya mereka adalah temanku tetapi aku bukan teman mereka.

Aku hanya dijadikan seorang yang bagaikan pelayan yang siap menuruti perintah tuan putri. dijadikan sebagai mesin uang yang hanya dicari jika dibutuhkan saja.

Aku mempunyai kakek yang selalu membela dan mendengarkan cerita-ceritaku. kakek yang selalu ada disaat aku merasa sedih ataupun senang, kakek selalu menjadi orang pertama yang merangkul ku disaat aku terluka atau sakit.

Tidak hanya kakek, aku juga mempunyai nenek yang rewel dan cerewet. yang selalu mengajarkan ku banyak hal entah itu tentang agama ataupun pekerjaan dapur. dia bisa menjadi sosok yang paling aku takuti, dan dia juga bisa menjadi sosok yang paling aku butuhkan.

Hingga tibalah saat yang paling aku takuti yaitu, kepergian sosok kakek untuk selamanya. sungguh sangat menyakitkan rasanya melihat orang yang paling berharga pergi, bahkan sebuah tangisan saja tak mampu menunjukkan bagaimana sakitnya.

Waktu sangat cepat berlalu, aku juga sudah berusia dua belas tahun. saat itu adalah pertama kalinya aku menduduki bangku sekolah menengah dasar ( SMP ). dan saat itu, ibu dan ayah sudah pulang kerumah setelah sekian lama diluar negeri.

Aku menemukan banyak sekali teman. mereka datang secara bersamaan, dan aku sangat merasa bahagia saat itu, aku tertawa lepas bersama mereka tanpa harus berbolak-balik dari kantin dan bertentengan banyak ransel sekolah.

Namun, mereka bisa dibilang bandel disekolah. namun aku tidak mempermasalahkan hal tersebut, toh mereka sudah mau menerima ku sebagai teman bukan?

Dan lagi-lagi aku salah. aku mengetahui dan mendengarkan sendiri kalau ternyata mereka hanya memanfaatkan ku saja. mereka semua memusuhiku hanya karena sebuah kesalahpahaman. mereka marah dan selalu menghina ku, padahal aku bahkan tidak tau dimana letak kesalahanku. kesalahpahaman apa itu? iya, pacar dari salah seorang temanku menyukaiku, dan meng reaksi semua foto-foto di sosial media ku.

Aku sendirian saat itu, karena aku sudah terbiasa ikut gaya mereka dari awal. yah banyak yang mengataiku sebagai siswi nakal yang selalu bolos dan melanggar aturan. itu juga yang dikatakan ibuku dirumah.

Sejak saat itu, aku sudah tidak punya semangat lagi untuk berteman atau bersahabat dengan siapapun. aku rasa aku bisa berdiri dan berjalan sendiri tanpa adanya sosok teman.

tbc....

KEYLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang