Ingin sekali rasanya Ten mencoba untuk menjabarkan tentang bagaimana tahap awal sejak dia menyadari jika dia menyukai Soo Hwa. Tentang hal-hal yang menarik yang ada pada Soo Hwa yang membuatnya jatuh hati pada wanita yang bahkan sulit untuk menolehkan kepalanya untuk menatap Ten. Tapi Ten mengurungkannya karena dia takut jika dijabarkan, itu hanya menjadi sebuah alasan yang dibuat-buat. Jadi, Ten lebih memilih untuk terus mengikuti perasaannya pada Soo Hwa.
Namun sejak hari itu, Ten seakan mendapatkan sinyal jika perlahan wanita itu mulai membuka pintu hatinya untuk Ten. Sejak hari itu, Ten terus mendapatkan balasan senyuman dari Soo Hwa. Kedua mata Soo Hwa yang sebelumnya terus terlihat hampa, perlahan menjadi terlihat berbinar tiap kali dia menangkap tatapan Ten.
Seperti hari ini, seperti yang sudah Soo Hwa duga, kerja sama Ten dan Kun pasti akan mendapatkan keuntungan besar. Setelah menyelesaikan desain secara keseluruhan, lengkap dengan uji coba scanning, Ten pun mulai memutar otak dalam langkah-langkah promosi yang akan dilakukan untuk menarik rasa penasaran dan rasa ketertarikan pada calon customer-nya secara mendalam.
Hari ini adalah hari ketiga setelah mereka membuka Pre-Order-nya. Seperti biasa, Ten memulai harinya dengan meminta tolong Soo Hwa untuk meminta data ke bagian marketing terkait grafik penjualannya. Angka penjualan semakin meningkat, tapi entah kenapa rasa gugup itu seakan terus menyelimuti Ten. Karena sistem Pre-order ini juga bisa saja memberikan kerugian untuknya, jika ada calon pembeli yang membatalkan pesanan. Itu yang Ten takutkan. Mengingat ini termasuk projek besar pertama yang Ten ambil.
"Waeyo, Na Biseo? Ada yang cancel order ya? Atau kau menemukan komentar negatif di artikel semalam tentang perilisan projek ini?" Tanya Ten yang berusaha keras menutupi kegugupannya, karena Soo Hwa masih memasang raut serius sambil terus menatap iPad yang ada di tangannya.
Ten menghela napasnya, dia pun beranjak dan kursinya, karena tak sabar menunggu jawaban dari Soo Hwa. Begitu sudah berdiri tepat di samping Soo Hwa, Ten pun langsung merebut iPad itu dan melihat sendiri grafik penjualannya.
Soo Hwa menahan senyumnya saat napas Ten terlihat menggebu saat baru saja menggenggam iPad itu. Namun, perlahan mulai terlihat lengkungan senyum dari bibir atasannya itu sambil memainkan jarinya di atas iPad. Memastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau tidak.
"Wah… Na Biseo, ini…" Ten seakan tak bisa melanjutkan ucapannya. Yang dia tau, dia benar-benar senang dengan apa yang ditampilkan iPad itu padanya.
Soo Hwa tersenyum, "Chukkaeyo, Daepyonim. Pemesannya meningkat sangat tinggi. Tadi aku juga mendapat pesan dari Kun Daepyonim, kalau para user lamanya pun turut mengikuti Pre-Order ini. Mereka bilang…"
GREP.
Ucapan Soo Hwa terpotong saat Ten dengan tiba-tiba menarik Soo Hwa ke dalam pelukannya. Tubuh Soo Hwa membeku sejenak saat menerimanya. Namun Ten. Dia bahkan menarik napasnya dalam-dalam sambil mengeratkan pelukannya.
"D-daepyonim?" Akhirnya Soo Hwa bersuara dan mulai menggeliat, bermaksud agar Ten melepaskan pelukannya. Dia takut jika akan ada staff lain yang melihatnya.
"Gomawoyo, Na Biseo. Jika bukan kau yang membantuku untuk meyakinkan diriku atas project ini, mungkin tak akan ada hari ini." Bisiknya.
Soo Hwa menghela napasnya sambil tersenyum tipis, "Aniya, Daepyonim. Itu semua tak ada apa-apanya dibandingkan semua usaha kerasmu. Hari ini ada berkat dirimu sendiri."
Ten terkekeh pelan, "But still… Thank you, Na Biseo. I'm glad to have you."
I'm glad to have you.
Tunggu.
Apa-apaan ini?
Jantung Soo Hwa mulai berdetak kencang saat mendengar ucapan Ten. Bisa-bisanya dia membuat Soo Hwa berdebar di saat seperti ini, terlebih Ten seperti masih enggan untuk melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are the One
Fanfiction"Unpredictable person" Mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan Ten. Pria itu datang dan mencoba untuk masuk ke dalam hidup Soo Hwa. Dia berusaha sekeras mungkin agar dapat mencuri hati Soo Hwa. Tapi sayangnya, Soo Hwa terlanjur...