Twenty Four

17 4 0
                                    

Malam hari ini terasa sangat dingin, ditambah lagi karena Ten dan Soo Hwa yang terguyur air hujan. Bahkan sudah begitu mendekati fireplace, Ten tetap saja tidak bisa menghentikan gemetar tubuhnya akibat kedinginan.

Soo Hwa tersenyum saat melihat punggung Ten yang masih gemetar. Dia pun menghampiri Ten dengan membawa dua cangkir coklat panas untuknya dan Ten.

"Ini yang kau bilang ingin mengulang momen, huh? Baru sebentar terkena hujan saja sudah seperti ini." protesnya yang memberikan satu cangkir.

Ten terkekeh pelan, tak bisa mengelak, sambil menerima coklat panas buatan Soo Hwa dan langsung menyesapnya, "Aahhh~ Hangat sekali. Oh iya, kemarilah. Kau juga pasti kedinginan." tuturnya yang setelah itu langsung mengembangkan selimutnya, mengundang Soo Hwa untuk masuk ke dalamnya.

Soo Hwa pun menuruti Ten, "Hmm, tapi karena sepertinya ada yang lebih kedinginan dariku, aku tidak begitu merasakannya." ledeknya.

"Ish, apa kau membalasku sekarang, huh?" protes Ten sambil mengeratkan pelukannya dengan Soo Hwa di dalam balutan selimut.

Soo Hwa hanya terkekeh dan ikut mengeratkan pelukannya yang membuat Ten terkekeh.

"Lihatlah siapa yang tambah mengeratkan pelukannya ketika baru saja mengatakan jika tak begitu merasa kedinginan, huh?" ledek Ten.

Soo Hwa tertawa, "Ish, dasar tidak mau kalah." jawabnya namun ledekan Ten kali ini tak membuatnya melepaskan pelukannya dari Ten sedikitpun.

Ten ikut tertawa lalu mencium pipi Soo Hwa gemas.

"Rencananya, bulan depan keluargaku akan datang ke Korea. Tern sudah selesai mengikuti ujian semester pada saat itu." tutur Ten membuka percakapan baru.

"Benarkah?" tanya Soo Hwa yang melonggarkan pelukannya agar membuatnya bisa menatap wajah Ten.

Ten mengangguk, "Oh dan tahun ini, tapi aku belum tahu kapan tepatnya, Ji Na akan kembali ke Korea."

"Ji Na?" bingung Soo Hwa.

"Sepupuku Ji Na. Kau tidak ingat?"

Soo Hwa nampak berpikir sejenak, "Ah. Ji Na yang membantumu untuk melakukan presentasi online di Berlin itu?"

Ten tersenyum, "Hmm, that's her." jawabnya, "I told her a lot about you, and she said that she can't wait to see you in person."

"Does she?" balas Soo Hwa.

Ten mengangguk lalu bergerak untuk merapikan rambut Soo Hwa, "And I think she can be a good friend for you." bisiknya yang membuat Soo Hwa tersenyum.

"Jadi bagaimana? Apa kau siap bertemu dengan keluargaku dengan status barumu, hm?"

Napas Soo Hwa mulai terasa berat, "Apa mereka akan menyukaiku?" tanyanya yang tak percaya diri.

"Of course they will, Honey." balas Ten dengan yakin, "They do love you. Kau ingat saat kita melakukan video call hari itu, kan? Apa ayah dan ibuku, bahkan adikku, terlihat tidak menyukaimu, hm?"

Soo Hwa tersenyum tipis, "Bukan begitu. Aku hanya tiba-tiba merasa gugup saja jika bertemu dengan mereka nanti."

Ten tersenyum, "Kau mungkin akan merasakannya sekarang, tapi kau akan melupakannya saat bertemu mereka nanti, kan? Bahkan mereka juga yang akan melupakan siapa anak mereka sendiri." tuturnya yang mengingat betapa keluarganya menyukai Soo Hwa, sampai hampir melupakan kehadirannya.

Soo Hwa tersenyum lalu kembali memeluk Ten sambil menyandarkan kepalanya di dada Ten, "Aku masih tidak mengerti, kenapa mereka bisa menyukai patung sepertiku."

You Are the OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang