Case Relationship (part 1)

106 4 1
                                    

                          Ini kisah tentang hatiku.

Sejak dulu hatiku tak pernah kosong dari sebuah nama, selalu saja ada yang datang bertamu mengisi hatiku, tapi yah seperti itu "hanya tamu". Hanya mampir sejenak kemudian pergi dan menghilang.

Diantara tamu-tamu itu ada yang senang tarik ulur denganku, ada yang hobbynya hanya berdiri di depan pintu hati dan tak jelas ingin masuk atau ingin pergi, bahkan ada diantara tamu itu yang memberiku luka sebelum dia pergi, sangat jahat.

Sebenarnya usiaku sudah tidak pantas untuk bermain, terlebih lagi untuk bermain hati. Aku sudah lelah dan mulai bosan dengan jatuh cinta, namun aku tak mampu menghentikan perasaanku sendiri.

Untuk lebih memahami kondisi hatiku, biarkan aku menceritakan sedikit dari luka itu.

Dulu, aku pernah sangat menyukai seseorang, namun perasaan sangat menyukai itu malah menamparku dengan cara yang tidak masuk akal, karena di pikiranku kami memiliki banyak latar belakang yang sama, yang membuatku yakin kalau bisa jadi dialah sang pendamping hidup.

Kami punya banyak kesamaan, seperti sama-sama suka matematika, memiliki orang tua dengan profesi yang sama, dan yang pasti kami selalu pulang sekolah bersama karena arah rumah kami yang searah.

Terlalu banyak kesamaan sampai aku berfikir bahwa dialah jodohku.

Hampir 2 tahun aku menyimpan rasa, rasa dalam diam tentunya. Tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan pernyataan rasanya kepada sahabatku.

Mendengar itu, aku tak mampu menahan air mata, bibirku terbungkam tak mampu berkata. Sangat sakit. Orang yang sangat ku sukai menyatakan cintanya pada sahabatku di depan mataku dan di hadapan semua teman-temanku.

Aku ingin berteriak "Heey, aku lebih dulu menyukaimu sebelum kau menyukainya".

Aku sangat marah dengan perasaannya, tapi aku lebih marah lagi dengan rasaku yang menyedihkan ini.

Butuh waktu untuk sembuh dari itu, namun yang tersulit adalah bersikap baik-baik saja dan merasa tidak terjadi apa-apa.

Ini bukan kesalahan sahabatku juga bukan kesalahannya. Namun untuk mengakui itu semua, aku tetap butuh waktu. Sampai akhirnya aku bisa melewati masa sakit itu dengan membuka hati untuk orang yang baru.

Dan kini aku bertemu dengannya, seorang laki-laki yang ramah dan peka terhadap perasaan.

Dia selalu datang padaku dan bertanya apa aku baik hari ini, apa aku membutuhkan sesuatu dan sangat senang tersenyum hingga terlihat lesung pipinya. Aku menyukainya. Lagi-lagi perasaan ini datang menyapaku.

Hingga di suatu hari di ruangan ekskul pramuka, aku baru saja mengetahui kalau dia sudah menjadi kekasih seseorang, bahkan sudah sejak lama. Aku baru saja menyukainya, aku baru saja mendapat ganti dari orang yang sebelumnya, namun rasa kali ini harus ku paksa untuk berhenti sebelum tumbuh menjadi lebih besar.

Tapi aku tetap merasa kesal, mengapa dia berlaku baik pada banyak perempuan jika sudah memiliki kekasih. Seakan tak ada batasan dalam perhatian. Apa dia sedang bercanda dengan hati? Ataukah hanya aku yang terlalu percaya diri ?

Sekarang aku sangat benci untuk mencintai, aku lelah dengan permainan hati yang tak memiliki garis finish, dan kini aku terluka dengan hal yang sama lagi namun dengan peristiwa yang berbeda.

Sangat melelahkan.

Saat ini aku hanya ingin mengistirahatkan hatiku. Ku tutup pintu hatiku dari dunia nyata dan beralih ke dunia perhaluan.

Sedikit lebih menenangkan, tidak ada rasa yang tak terbalaskan. Hanya saja dunia halu menarikku terlalu jauh, karakter laki-laki yang begitu sempurna dalam tokoh cerita novel dan para idol idaman wanita yang memiliki paras tampan serta perwatakan dingin namun perhatian, membuat hati kian penuh dengan cinta walau tak nyata.

Kisah kami hanya terpisah oleh dimensi, dimensi nyata dan dimensi halu. Walau begitu aku terus saja bahagia jika melihatnya. Tapi, perasaan semacam ini cukup rumit bagiku. Aku terus saja menyukai banyak idol laki-laki dan tak mampu untuk setia pada satu orang saja.

Keolengan hati sering terjadi.

Bukan hanya itu, standar pasangan yang ku inginkan pun menjadi semakin tinggi, harus setampan oppa dengan karakter romantis seperti pada drama korea dan novel bergenre romance, hatiku memang dipenuhi dengan cinta namun otakku terus saja meronta agar menyudahi rasa itu.

Logikaku selalu berkata kalau "mereka tak akan pernah nyata dan tidak akan ada laki-laki romantis seperti dalam drama ataupun novel romance yang ku baca".

Otakku yang selalu saja berusaha menyadarkan hatiku, namun hatiku tak pernah mau menerima perkataanya. Sebab itu, hampir genap 3 tahun aku hidup di dunia perhaluan. Hingga dia yang sungguh mampu menarikku keluar dari dimensi halu.

Saat ini kami berpacaran selama 6 bulan, itu karena dia melakukan banyak usaha untuk merebut hatiku, dia juga selalu berhasil membuatku terpesona dengan caranya memperlakukanku. Sangat menyenangkan jika mengingatnya.

Namun, akhir-akhir ini aku sibuk dengan persiapan ujian skripsi, hingga tak sadar sudah 3 bulan kami tak pernah bertemu sebab banyaknya program dan persiapan ku untuk maju ke ujian sidang akhir.

Sebenarnya dia cukup berbeda denganku mengenai akademik, boleh dibilang dia cukup santai sementara aku terlalu berambisi untuk memiliki nilai yang baik. Walaupun begitu dia tetap pengertian padaku dan menyemangati setiap kegiatan belajarku.

Tapi lagi-lagi itu semua hanya bersifat sementara, sampai disaat aku melihatnya jalan bersama teman organisasiku di cafe tempat kami berkencan.

Awalnya aku tetap berpositif thinking saja, mungkin ada hal penting yang perlu dibicarakan dengannya, tapi mengapa harus menyentuh pipi ? Kenapa mereka bergandengan tangan ? Kenapa ?

Masih perlukah aku berfikir positif saat ini ?

---------------—----—————————------------

Jangan lupa vote dan komen yah kalau suka 🤗❤️
Follow ig @mozhi.story jg untuk postingan bermanfaat lainnya. Jangan lupa tag di status yah Hoomanie

THE BROKEN PERSONALITY (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang