Depression (21+)

420 22 2
                                    

Warning: Shonen Ai, Boy x Boy, 18+, Rape, Mpreg, OOC, Typo

Pairing: Sebastian Moran x Fred Porlock

Slight: John Ruskin x Fred Porlock

Semoga Kalian Suka ^^, Don'Forget Memvote dan Berkomen ya

Selamat Membaca
______________________________________

Sebuah kertas berukuran sedang kadang mengalihkan perhatian Moran.

Tangannya masih memainkan kertas tersebut. Kertas putih itu pun semakin kucal karena ia berkali-kali meremas lalu merapihkannya kembali demi agar bisa melihat tulisan yang ada di dalamnya.

Wajah Moran semakin mengeras. Warna gelap dari pupilnya semakin kelam seiring dengan garis nadi yang terlihat di kedua sisi pelipisnya.

"Sial!!" ia mengumpat kesal. Kertas itu pun menjadi pelampiasan emosinya.

Moran bukanlah orang yang sabar. Ia bisa saja meluapkan amarahnya dengan membanting semua barang di sekitarnya. Meninju sekuat tenaga tembok tebal ruangan itu tanpa henti seakan-akan itu samsak. Kemudian ketika logika meredakan emosi, tetesan darah keluar dari buku-buku jari tangannya, tentu ia tidak akan merasakan sakit pada luka fisiknya karena rasa nyeri di dadanya jauh lebih menyakitkan. Penutupnya, Moran akan berteriak keras sebelum akhirnya ia kembali berpikir jernih.

"Ahhh!!"

Moran mengusap kasar wajah dan rambutnya. Semua keinginan -pelampiasan emosi- itu harus ia simpan sekarang. Ia berusaha agar tetap berpikir jernih. Berusaha agar logikanya tetap terjaga demi pemuda yang masih terlelap itu.

Moran menghela napas. Matanya terlihat lelah namun tidak bisa terpejam.

Gerakan pemuda itu membuat Moran tidak bisa tidur. Terakhir ia ingat saat gerakan pelan itu kemudian menjadi hentakan keras lalu seiring dengan suara lirih yang berujung teriakan merintih. Pemuda itu membuka matanya ketika itu. Warna gelap irisnya semakin kusam, tidak secerah terakhir yang Moran ingat. Ia hampir tidak mengenali Moran, padahal sebelum kejadian itu mereka pernah menghabiskan malam bersama, berbagi tempat tidur dan kehangatan tubuh bersama.

'Bagaimana ini bisa terjadi padanya ... pada tubuh kurusnya itu. Tubuh yang bisa saja patah saat aku menambah kekuatanku walau hanya sedikit saja.'

Keningnya mengerut, wajah Moran mengeras saat batinnya membuat dadanya terasa sakit lagi.

"Mereka harus menanggung rasa sakitnya ... berkali-kali lipat ... lebih kejam dari yang mereka lakukan padamu. Aku bersumpah. Aku bersumpah Fredy."

Moran meremas genggamannya. Tangan yang Moran genggam bergerak perlahan. Moran mendongakkan wajahnya. Sepasang mata dengan warna yang sama dengannya menatapnya kosong. Untuk pertama kali tidak ada teriakkan, atau ekspresi ketakutan setiap kali dia membuka mata.

Moran tersenyum tipis, hatinya sedikit lega melihat perkembangan kecil setelah 3 hari Fred terbujur di ranjang rumah sakit.

"Fredy," Moran memanggilnya dengan lembut, "Kau sudah bangun."

Fred tidak merespon. Ia menatap Moran tanpa ekspresi.

"Kau ingat aku? A-aku Moran," suara Moran bergetar saat ia menggenalkan dirinya. Lagi-lagi rasa sakit seperti teriris dia rasakan di dadanya. "Kau ingat aku. Sebastian Moran, a-aku ... aku merindukan omelettmu Fredy," ucapnya diselingi tawa kecilnya.

Belum ada respon yang berarti. Kedua mata gelap itu masih kosong sementara bibir pucat itu masih mengantup.

Moran menundukkan kepala. Moran menggenggam lebih erat seiring ia dekatkan punggung tangan itu ke dahinya.

YOU ARE MY MISTAKE (MORIARTY THE PATRIOT FANFICTION) 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang