"Hai, sedang apa?"
Pop up pesan text membuat si gadis tersenyum lebar di balik masker lab-nya. Tangan menari-nari di atas keyboard handphone, dan sebuah balasan terkirim. Gotcha, centang dua! batinnya. Tak seperti biasa, jaringan sangat lancar.
"Wow, pasti terlihat luar biasa. Saya sedang istirahat siang," balasan dari si pemuda.
Si gadis memutar otak mencari topik. Baru akan mengetik, sebuah pesan kembali masuk.
"Apakah kamu ada waktu sore nanti? Ayo bicara."
Mengeryit sejenak, si gadis mengetik cepat.
"Mau bicara soal apa? Sekarang?"
"Nanti malam saja. Lowong?"
Si gadis makin tak mengerti. Disimpannya sejenak gadget itu, lalu memilih mendengarkan pemberitahuan dari asisten dosen praktikumnya.
.
.
.18.00
Dering ke 2, telepon diangkat.
"Kak, udah di mana?"
Bosan, si gadis menyundul-nyundul Avatar chat.
"Sedikit lagi sampai parkiran."
"Kita bicara malam saja." Selang beberapa menit, orang di seberang telepon menjawab.Si gadis mengiyakan.
.
.21.00
Malam Minggu, malam yang harusnya meriah. Tapi, si gadis tergeletak di sofa, menunggu chat dari pacarnya.
Seakan mendengar dengus malas, notifikasi chat muncul di bagian atas layar.
"Sibuk?"
"Tidak juga, ada apa?"
"Bagaimana pendapatmu tentang aku?"
"Baik, tampan, pekerja keras."
"Kau suka padaku?"
"Jangan ditanya. Bagaimana harimu? Apa yang akan kita bicarakan?"
Si pemuda mengetik.
"Aku masih menyukai dia ...."
"Maukah kamu putus?"Si gadis masih mengeryit, menantikan pesan selanjutnya. Namun, tak ada lagi yang masuk sampai sekian menit.
"Masih di sana?" tanya si pemuda lagi.
Si gadis mulai mengetik.
"Kamu masih suka dia? Tapi kok bisa pacaran denganku?"Balasannya, "Saya hanya coba-coba, tapi sadar akan menyakiti kamu karena benar benar tidak bisa melupakan dia. Maaf."
Si gadis membalas,
"Okee. Mari berhenti di sini. Selamat malam, selamat beristirahat."
.
.
.21.30
Si gadis masih tak merasakan apa-apa..
.21.40
Isak tangis mulai menggema dalam ruangan tamu 2 X 2 meter itu.
Apa yang istimewa sebenarnya?
Tak ada. Hanya saja, hal yang sama berlanjut di beberapa waktu selama 7 hari berikutnya.
Disertai sedikit sedih, kehilangan, dan penyesalan.
.
.
.
.Untuk 25 hari, terlalu singkat bagi orang-orang telmi untuk menangkap dan menafsirkan. Lagian, perkenalan 3 hari yang dilanjutkan dengan percakapan intens 25 hari berikutnya dalam label pacaran terlalu naif jika dianggap sebagai cinta.
.....
Pesan moralnya adalah si gadis paham, bahwa tidak ada hal yang sederhana dalam hubungan. Dia akan tergerak untuk mencari tahu lebih dalam, menebak-nebak, dan kisahnya akan menjadi lebih menarik—harapku.
Secara keseluruhan, aku menyebutnya ketertarikan sejenak.
Ini adalah bagian 'akhir' untuk kali ini.
Penutupan yang cukup dingin.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Have Good Days!
De TodoTulisan ini dipersembahkan untuk orang-orang yang ingin mencoba berpacaran. Sebagai bahan pertimbangan juga jawaban atas pertanyaan "Kenapa pacaran bisa bertahan hanya 1 bulan?" #ShortStory