1. Dua Sahabat

224 4 0
                                    

Di bawah kubah senja berwarna jingga kemerahan, angin berhembus tenang dan menjatuhkan dedaunan yang mengering. Warna cokelat, kuning, jingga, dan merah berjatuhan dengan anggun seakan ingin mencumbu remaja tampan yang berada di bawahnya. Dengan latar belakang itu, Hans terlihat seperti malaikat dengan rambut hitam berkilau. Mata obsidian jernihnya terlihat lebih indah daripada batu mulia dan lebih dalam daripada jurang.

Tertangkap oleh sosok seindah lukisan itu, Dika membeku. Dia hanya bisa terhanyut oleh membaranya latar belakang musim gugur dan tersihir oleh wajah Hans yang sedang menyentuh pipinya. Bibir kemerahan Hans terlihat tersenyum indah dan menawan jiwa. Tidak satu orangpun yang mampu mengabaikan pesona itu. Tidak terkecuali Dika.

Diapun pasrah ketika Hans memeluk pinggangnya dan merekatkan bibir mereka. Di tengah kelembutan cumbuan pasangannya, Hans menyelipkan tangannya di bawah kaus yang Dika kenakan. Suasana romantis kemudian berubah panas, seluruh yang mereka kenakan terlepas dan semua tabu dilanggar. Keduanya bersatu di bawah meronanya langit yang seperti terbakar.

...

Dika terbangun dari mimpi indah itu dengan wajah merah. Jantungnya berdetak kencang dan sensasi membahagiakan masih melekat di tubuhnya. Wajah Hans masih memenuhi kepalanya dan rasa cinta masih meledak di dadanya. Tanpa berdaya, dia memimpikan hal berdosa itu lagi. Dia tidak percaya dirinya berkali-kali bermimpi melakukan hal memalukan itu dengan sahabat baiknya. Ini sudah yang kedua kali untuk minggu ini.

Merasa begitu kotor, dia menutup wajah sambil memaki dirinya. "B*ngk*! Lo ngga boleh kayak gini terus! Hans br*ngs*k itu ngga bakal suka sama elo! Elo itu cowok! Sadar!" Bentaknya pada dirinya yang tidak bisa menghentikan perasaan.

Sialnya perasaan itu ditujukan pada sahabatnya yang sejauh ini hanya mengoleksi perempuan. Hans adalah playboy yang berganti pacar setiap bulan dan tidak jarang memacari beberapa cewek sekaligus. Dika selalu prihatin melihat cewek-cewek yang hanya digunakan sebagai pengisi waktu luang oleh teman baiknya itu. Dia juga tidak mau memasuki harem itu namun hatinya tidak bisa diajak berkompromi.

Karena itulah beberapa bulan belakangan dia menyiksa dirinya dengan menyimpan perasaannya rapat-rapat. Di depan Hans dia masih sahabat yang akrab dan bisa diajak hang out kapan saja. Sementara itu, di belakang Hans, dia selalu membayangkan hal yang tidak-tidak.

Ah, Dika benci dirinya dan benci cinta yang menjeratnya.

Di tengah dilemanya, suara pesan masuk terdengar mengganggu. Dika menoleh ke ponselnya dan mendapati kalau Hans mengajaknya pergi.

***

Beberapa jam kemudian.

Di restoran Burger Queen, Dika duduk sambil mengutak-atik ponselnya.  Kaki kanannya menyilang di atas kaki kiri dan punggungnya disandarkan dengan santai. Sepasang mata hazelnya berkonsentrasi pada dua layar ponsel bergantian.

Dia memiliki wajah oval yang manis dengan bibir penuh dan kelopak mata ganda bergaris tegas. Dengan wajah oriental itu, Dika sebenarnya terlihat seperti anggota boyband korea. Tidak jarang orang yang lewat meliriknya karena dia terlihat mencolok.

Tidak lama Dika asik dengan dua ponsel di tangannya, seorang remaja berambut hitam berkilau datang mendekat. Orang itu memiliki perawakan tinggi dengan kaki panjang. Mata obsidiannya terlihat jernih dan menyihir sedangkan ketampanan wajah mulianya akan memerangkap siapapun yang melihat.

"Vina tadi WA lo." Kata Dika sambil meminum matcha lattenya yang sudah mulai kehabisan es. Dia menyodorkan ponsel Hans yang dia buka tadi. Rencananya dia mau menggunakan benda itu untuk mengirim koin game dari akun Hans ke akunnya namun di tengah permainan, sebuah pesan dari pacar baru Hans muncul.

"Oh, dia bilang apa?" Tanya Hans yang baru kembali dengan membawa dua hamburger besar yang kejunya terlihat meleleh di tepian roti. Dia santai saja ponselnya digunakan Dika karena sudah terlampau sering terjadi. Dika bahkan bisa membuka ponsel Hans dengan face recognition.

Jangan Bikin Gue Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang