Chapter 2

108K 3.1K 309
                                    

07:03 a.m

-JungkookPov

"JIMIN HYUUUUNGNG!!!" Teriak ku saat aku baru bangun. Bagaimana aku tidak berteriak?! Aku benar benar baru tidur pukul 3 pagi, dan pinggang ku sangat sakit sekarang. Aku tidak akan bisa berjalan kalau begini. Sial.

"Ya! Jangan berteriak! Aku masih ingin bisa mendengar. Ada apa?" Ada apa katanya?! Dia sudah sudah bosan hidup.

"AKU TIDAK BISA BERJALAN SEKARANG! DAN AKU HARUS UJIAN JAM SETENGAH 10 NANTI!" Bentakku kencang. Persetan dengan penghuni lainnya yang akan menegur kami nanti. Salahkan Jimin hyung yang sudah membuat ku begini hanya karna penyakit sialannya itu!!

"Lalu aku harus apa? Memandikanmu?" Tanyanya dengan seringaian menjijikannya.

"MENURUTMU SAJA KAU HARUS APA!!" Bentakku seraya melempar bantal kearahnya.

"Bantu aku berjalan!" Perintahku.

-AuthorPov

Saat Jimin baru 2 langkah mendekati Jungkook, Jungkook sedikit mencegahnya.

"Chakaman!" Jungkook sedikit melilitkan selimutnya pada tubuh nakednya untuk menghindari kejadian semalam terulang lagi.

"Bahkan aku sudah melihatnya semalam." Jawab Jimin dengan nada meledek.

"Baiklah cepat!" Perintah Jungkook lagi sambil sedikit mengulurkan tangannya seperti anak kecil meminta di gendong ibunya.

Perlahan, Jimin melingkarkan tangan kiri Jungkook di lehernya, dan menuntunnya beranjak dari kasur. Sangat pelan.

"Aaarggh" Jungkook sedikit merintih saat tubuhnya berusaha berdiri.

"Ish, jangan mendesah!! Kau membangunkannya!" Kesal Jimin sedikit menjitak kepala Jungkook.

"Aku tidak mendesah bodoh. Ini sak-aaarrghhh iitthh." Rintih Jungkook sambil mencengkeram kaos bagian pundak Jimin.

.

.

"Yeoboseo?"

"Kau dimana sekarang? Apa sudah dari supermarket?"

"Baru ingin berangkat. Waeyo?"

"Bisakah kau nanti membuat makanan untuk temanku? Mereka ada tujuh orang."

"Teman mu? Banyak sekali. Teman yang mana?"

"Kalaupun aku beritau, kau tidak akan tau. Jadi tolong ne."

"Aniya. Aku malas masak terlalu banyak. Akan menghabiskan banyak tenaga."

Tuut.. Tuut.. Tuut..

Setelah memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak, Soojun berjalan keluar apartemen, dan menguncinya. Sedikit berjalan menuju lift, memasukinya, dan menekan tombol "D". Saat baru di lantai 3, lift tiba tiba berhenti dan pintunya terbuka menandakan ada yang masuk. Seorang namja. Di dalam lift itu, hanya ada Soojun dan namja itu.

Soojun sedikit menyelidik namja disebelahnya yang baru saja memasuki lift. 'Tampan, badannya lumayan bagus, sedang mengetik pesan, dan warna rambutnya aneh. Hitam kehijauan.' Pikir Soojun masih setia menyelidik namja itu.

"Ekhem." Dememan namja itu sontak membuyarkan lirikan Soojun. Tak lama dari deheman namja itu, pintu lift kembali terbuka di lantai dasar. Soojun segera keluar dari lift, dan mencari taksi menuju supermarket terlengkap di seoul.

25 menit berlalu...

"Terimakasih." Ucap Soojun seraya memberikan uang kepada supir taksi, lalu pergi.

Soojun berjalan memasuki supermarket sambi mendorong troli. 'Ini akan sangat banyak.' pikirnya melihat daftar belanjaan yang sudah ia catat sebelumnya.

Tak butuh waktu berjam jam untuk mencari bahan makanan yang Soojun butuhkan di supermarket ini. Setelah selesai, ia langsung membawa trolinya menuju kasir.

Saat Soojun berjalan menuju kasir, seorang namja mendahului langkahnya, dan menempati antrian yang harusnya untuk Soojun.

"Tidak bisakah kau sedikit mengalah ha?" Tanya Soojun sesopan mungkin sambil membuang nafasnya kasar.

"Ani. Mianhae. Aku buru buru." Jawab namja itu tanpa menoleh ke arah Soojun.

"Sopan sekali dia." Gumam Soojun membuang muka.

.

.

Ddrrtt... Ddrrtt...

Saat Soojun baru memasuki kamar apartemen dan meletakan beberapa kantung belanjaannya, nama Choi Zico tertera di panggilan masuknya.

"Hng? Ada apa lagi?"

"Hehehe, mianhae ne. Aku tidak bisa menjemput mu. Hehehe. "

"Ya, ya. Kau selalu seperti ini."

"Mianhae ne. Tapi aku sudah meminta tolong temanku mengantarkanmu"

"Temanmu? Kau mempunyai teman di sekitar sini? Tidak usahlah. Kasihan dia."

"Tidak apa apa. Dia baik. Dia tinggal di sebelah kamar kita."

Deg...

"D-di kamar s-sebelah? M-maksut mu sebelah mana?"

"Sudahlah. Tidak usah banyak tanya. Namanya Kim Seok Jin."

Tuut.. Tuut.. Tuut..

Kali ini Zico yang memutuskan sambungannya secara sepihak.

"Tadi dia bilang apa? Temannya yang di kamar sebelah?" Gumam Soojun menuju kamarnya untuk mengganti pakaian setelah meletakan kantung belanjaannya di dapur.

08:45 a.m

Tok tok tok..

"Ne, ne. Sebentar." Soojun segera menaruh remote televisinya dan bergegas membukakan pintu.

Ceklek

"Kau, Choi Soojun?" Tanya seseorang yang berada dihadapan Soojun saat ini.

Deg...

'Dia, bukannya namja yang tadi?' Soojun terkejut saat melihat namja di hadapannya.

"N-ne. K-k-kau, siapa?" Tanya Soojun gugup. Bagaimana tidak? Orang yang dihadapannya saat ini adalah namja yang tadi satu lift dengannya, dan yang tadi di tegurnya di supermarket.

"Aku Kim Seok Jin. Zico sudah memberitaumu kan?" Tanya namja bernama Seok Jin itu.

"S-s-sudah. M-m-masuklah dulu. Aku akan bersiap siap." Jawab Soojun masih setia dengan kegugupannya.

-SoojunPov

Hey, ada apa ini? Berdetaklah seperti biasa. Dan, apa apaan ini? Kenapa harus si Seok Jin itu? Tidak bisakah namja yang lain?

"Apa kau masih lama?" Tanya Seok Jin sedikit berteriak. Tidak bisakah dia sabar sedikit huh?

"B-baklah. Kajja Seok Jin-ssi."

-AuthorPov

Seok Jin berjalan mendahului Soojun menuju parkiran.

"Cepat masuk" Perintah Seok Jin membukakan pintu penumpang untuk Soojun.

"N-ne. Kamsahamnida." Dan tanpa menunggu lama, Seok Jin langsung berputar memasuki pintu kemudi, dan melajukan mobilnya.

.

.

~*~*~*~

Hello^^ Author balik lagi bawa chaper 2^^

Semoga enjoy ya bacanya :)

Vomentnya ditunggu :)

Bad Boy [BTS Fanfiction] (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang