"Hei anak rendahan!" Panggil salah satu anak laki-laki berusia sembilan tahun itu kepada seorang gadis kecil yang sedang mengepel lantai.
Gadis itu memilih abai dan fokus pada pekerjaannya hingga akhirnya tiba-tiba, bak yang berisi air pel itu ditendang dan membuat pekerjaannya berantakan.
Netranya menatap datar sekelilingnya dimana lantai yang tadinya sudah bersih itu kembali kotor dan basah. Karena ulah anak laki-laki yang menginjakkan kakinya disana dengan sengaja.
Anak itu mendekat kearahnya kemudian dengan kasar menarik kuat rambut panjangnya membuat tubuhnya yang ringkih hampir melayang di udara.
"Anak rendahan sepertimu mengapa sangat jelek? Lihatlah rambut hitam milikmu yang buruk itu! Astaga bahkan rupamu pun sangat buruk, seperti burung gagak!" Ejeknya sementara gadis kecil itu tetap diam. Menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam dan datar miliknya.
Sedangkan anak lelaki itu hanya menatapnya mengejek dan kembali menguatkan tarikannya. Membuat gadis kecil itu tersentak dan terpaksa harus menahan kesakitannya.
"Ayo menangis, menangislah anak bodoh!" Karena terlampau kesal dengan kasar bocah itu menendang punggungnya. Membuat tubuhnya menjaga telungkup sehingga memudahkan bocah itu untuk menginjakkan kakinya diatas punggung gadis itu dengan kasar.
"Rasakan ini!! HAHAHAHA kenapa kau tidak mati saja jelek?"
"Arnold!" Tawa bocah itu terhenti kala mendengar suara berat nan tajam yang menginterupsinya.
"K-kakak!" Wajah bocah bernama Arnold itu terlihat sangat panik. Terlebih mendapati raut wajah dari Cesare yang tidak bersahabat.
Cesare dengan segera menyingkirkan tubuh adiknya dengan kasar kemudian membantu gadis cilik itu untuk bangun dengan perlahan.
"Kau baik-baik saja? Biar aku lihat lukamu." Cesare mengecek setiap jengkal tubuh gadis cilik itu dengan teliti.
"Maryna, ayo aku bantu menuju kamarmu." Tawar Cesare dengan menjulurkan tangannya menatap iba pada sahabatnya itu.
"Aku tidak apa-apa." Maryna menatap sekilas uluran tangan. Cesare yang ditolak pun cemberut. "Kau itu apa-apa! jangan mengelak lagi! kau tau kan, Arnold itu anak nakal seperti berandal. Seharusnya kau memanggilku agar aku bisa menghajar anak berandalan itu!" ujarnya dengan nada tidak suka menatap tajam sosok Arnold yang menunduk tak berani menatap wajah sang kakak.
"Hiks, kakak maafkan Arnold. Arnold hanya kesal, karena Maryna lebih sering bermain dengan kakak dibandingkan aku hiks." jelasnya dengan terisak bahunya bergetar, tangan mungilnya diangkat guna menghapus sisa air matanya. Sedangkan, Maryna menatap tak tega pada anak yang berusia sembilan tahun itu.
"Tuan muda, tidak apa-apa. Lebih baik tuan muda membawa tuan Arnold pergi dari sini sebelum ada yang melihat dan memperburuk keadaan." Sela Maryna dengan segera kala melihat Cesare yang sepertinya ingin membuka mulutnya. Cesare merengut, sungguh Cesare bingung dengan pola pikir gadis kecil dihadapannya ini. Padahal mereka biasanya menghabiskan waktu bersama dan bermain bersama, tetapi mengapa rasanya sahabatnya itu perlahan-lahan menjaga jarak darinya? apakah dia punya salah? atau Maryna kesal karena ulah adik lelakinya ini? sungguh Cesare merasa sedih dijauhi tanpa sebab seperti ini.
"Ryn, aku ada salah denganmu?" tanya Cesare bocah berusia 15 tahun itu pada gadis yang berada dihadapannya. "Tidak, tetapi tugas saya cukup banyak hari ini. Saya harap tuan muda mengerti." balasnya seadanya membuat Cesare menatapnya lama.
"Baiklah, temui aku setelah pekerjaanmu selesai ya!" Titahnya yang dijawab anggukan oleh Maryna. Cesare pergi sembari menggandeng tangan milik sang adik, sedangkan Maryna hanya menatap kosong pemandangan dihadapannya.
Nyatanya, Maryna berbohong. Rasanya hati Cesare benar-benar sakit kala mengetahui bahwa sahabatnya tidak menepati janji padanya. Cesare dengan terburu-buru menuju kamar milik gadis itu namun pada akhirnya setibanya disana dirinya sukses dibuat terkejut dengan kondisi kamar yang sudah rapi dan bersih, bahkan tidak ada barang milik gadis itu sama sekali disana.
Cesare memutuskan untuk langsung bertanya pada sang ayah yang tengah berada di ruang kerjanya, "Ayah! Ryn tidak ada dikamarnya, ayah memindahkan Ryn ditempat lain?" tanya anak itu cepat sedangkan sang ayah hanya menatap sekilas putra pertamanya.
"Gadis itu sudah diambil oleh keluarga barunya, ada bangsawan yang mengadopsi anak itu. Dan, anak itu bersedia, maka ayah tidak ada pilihan lain selain menyetujui permintaannya kan?" jawab sang ayah membuat Cesare terdiam.
"Ryn meninggalkan aku?" lirihnya sedih, tidak mudah bagi Cesare untuk menerima ini. Mau bagaimana pun, Mayrna dan dirinya sudah bersahabat sejak kecil dan seharusnya Maryna menjelaskan hal ini padanya bukannya langsung pergi tanpa berpamitan seperti ini. Hatinya kecewa dengan perlakuan gadis itu padanya.
Dengan lesu, Cesare meninggalkan ruangan sang ayah dengan mata memerah menahan tangis. Arnold yang sedari tadi mengintip pun dibuat sedih dengan kesedihan sang kakak. "Ryn nakal, kak Cesare jadi sedih karena ulah Ryn." ucap anak itu pelan sambil menunduk menatap ujung sepatunya.
=====
MRYNA ENDELLE'S DAVERSON
tes ombaknyaaa kakk~~~><
Sebenarnya ini kayaknya pertama kali aku pake cast nyata huwee, gatau pingin nyobak aja gtu rasanyaa pumpung oleng ke seventeen semoga sukaa kaliann hehe :D
Jangan lupa votmennya..
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us- On going (Hiatus)
FanfictionKisah hubungan yang penuh dengan kesalahpahaman serta lika-liku, membuat mereka berdua memilih saling menjauhi satu sama lain dengan alasan demi kebahagian mereka sendiri, namun jauh dilubuk hati mereka yang sebnarnya adalah mereka saling menaruh pe...