02

40 10 0
                                    


Mansion Duke Daverson, 

Setelah menempu perjalanan kurang lebih selama 4 hari, akhirnya Maryna tiba di 'rumah' barunya. Entah bagaimana kedepannya, tetapi Maryn berdoa agar ini adalah keputusan yang tepat. Tatapannya penuh selidik menatap ruangan itu serta orang-orang didalamnya. Tidak ada yang berani mengangkat wajahnya dengan angkuh padanya, Tidak ada pula yang dengan terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya. 'Apakah mereka lebih parah dari yang sebelumnya?' batin gadis itu bertanya-tanya. 

Tanpa gadis itu sadari, sebenarnya apa yang tengah dilakukan terawasi oleh 'ayah' angkatnya. Duke Frans tersenyum tipis melihat bagaimana tingkah dari sang anak. Kemudian tatapannya berubah menjadi dingin kala melihat seluruh orang yang  berdiri dihadapannya guna menyambut kedatangannya. 

"Mulai sekarang, Maryna adalah putriku. Putri satu-satunya dari Grand Duke Frans Daverson, layani putriku dengan baik. Karena, mulai sekarang dia adalah nona muda dari kediaman ini." perintah Duke Frans yang dipatuhi oleh seluruh orang yang ada disana.

Frans menatap sosok Maryna disampingnya sebelum akhirnya mengelus puncak kepala gadis itu dengan lembut, "Istirahatlah, Bianca akan mengantarmu menuju kamar barumu." titah Duke Frans yang disetujui oleh Maryn.

"Terimakasih atas kebaikan hati anda tuan, karena sudah mengadopsi pelayan rendahan seperti saya." Ucap Maryna dengan mengangkat ujung dressnya menunjukkan kesopanannya. Frans yang mendengar perkataan dari gadis yang memiliki tinggi sebatas dadanya itu menggeleng tak setuju. 

"Jangan berkata seperti itu, mulai sekarang panggil aku ayah! karena aku ayahmu. Setelah ini, kita akan bertemu ibumu pada jam makan malam. Usahakan untuk datang nanti malam ya?"pintanya dengan wajah memohon membuat Maryna bingung dan kasihan. Tidak baik juga, jika dirinya menolak. Sebab, dia juga perlu mengenal 'ibu' angkatnya. "Baik ayah, saya akan datang." balasnya yang kemudian mendapatkan pelukan singkat dari sang ayah.

Setelah itu, Frans benar-benar pergi dan menyuruh Bianca selaku pengurus kediaman untuk mengantarkan Maryna menuju kamarnya. Dalam perjalanan, sesekali Bianca mengajak gadis itu berbincang entah dari tanggapan gadis itu tentang kediaman ini ataupun kegiatan apa saja yang diinginkan oleh gadis itu. Maryna tidak masalah dengan itu. Jujur, awalnya dia takut menatap wajah Bianca yang terlihat tegas dan tajam itu. Namun, akhirnya dia dapat mengenyahkan pikiran itu karena menurutnya, Bianca adalah orang yang cukup'asik' untuk diajak berbincang.

Karena asik berbincang, tanpa mereka sadari, mereka sudah sampai di depan pintu kamar milik Maryna. "Silahkan masuk nona, jika anda membutuhkan bantuan panggil saja prajurit dan pelayan yang berjaga didepan kamar." ujar Bianca setelah membukakan pintu kamar untuk sang nona mudanya yang saat ini terpaku pada desain kamar barunya.

Maryna terharu. Sungguh, untuk pertama kalinya di hidupnya dia diperlakukan spesial seperti saat ini. Tidak, walaupun Cesare selalu memperlakukannya dengan baik dibandingkan Arnold yang merupakan adik kandungnya, gadis itu merasa bahwa Cesare hanyalah mengasihaninya. Lain halnya dengan ayah barunya, entah mengapa Maryna merasa nyaman kala berdekatan dengan ayah barunya terlebih perlakuannya.

"Tuan Duke sendiri yang memilih dekorasi kamar anda, begitu dia mendapatkan izin untuk membawa anda, Tuan Duke sangat bersemangat bahkan menghias kamar ini sendiri tanpa bantuan siapapun." jelas Bianca membuat kedua manik mata milik Maryna berkaca-kaca.

Bianca tersenyum tipis melihat reaksi dari nona mudanya. "Anda harus menghadiri makan malam nanti agar bisa berterimakasih langsung pada tuan Duke serta nyonya Duchess." saran Bianca membuat Maryn mengangguk cepat, "Tentu aku akan menghadirinya!" balasnya dengan semangat membuat semua orang yang berada disana tersenyum hangat.

About Us- On going (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang