Setelah tabib datang dan memeriksa keadaan Arnold, Cesare dan Zayn dengan setia menunggu si bungsu karena terlampau khawatir untungnya tabib hanya menjelaskan bahwa trauma yang dimiliki Arnold kambuh tetapi tidak berefek parah seperti sebelumnya. Sepeninggalnya tabib, Cesare berjalan menuju sisi ranjang menatap sendu wajah pucat milik sang adik yang tengah tertidur pulas namun masih terdapat jejak airmata di sekitar matanya.
Cesare mengelus lembut surai sang adik membuat Zaryn menatap kedua anaknya iba, "Maafkan ayah, karena perbuatan ibu kalian Arnold menjadi kambuh lagi." Cesare menatap wajah sang ayah yang tengah menatap mereka sendu itu.
"Tidak apa-apa, bukan masalah. Lebih baik ayah istirahat terlebih dahulu, ini sudah malam." ujar Cesare membuat Zaryn mengulas senyum tipis menatap putra sulungnya.
"Arnold pasti akan bersedih nanti, jika tau kakak kesayangannya akan masuk academy." kata Zaryn tiba-tiba membuat Cesare menatap wajah sang adik. "Sebenarnya, aku tak mau meninggalkannya sendirian disini. Ayah tau bagaimana ibu kan? ibu selalu berusahan untuk menjadikan kami sebagai bonekanya, dan kami selalu dituntut untuk menjadi sempurna oleh ibu. Jika itu adalah aku, aku tak masalah karena aku sudah terbiasa. Tetapi---" Cesare menatap wajah sang adik dengan tatapan sedih.
"Tetapi, jika dia memperlakukan adikku sama sepertiku dulu, aku tidak akan menerimanya. Cukup aku saja yang merasakan penderitaan yang dibuat oleh ibu, adikku jangan. Aku ingin melihat adikku tumbuh besar seperti anak usianya pada umumnya, tanpa memikirkan atau merasakan rasa sakit yang disebabkan oleh keluarganya sendiri. Aku tidak ingin, adikku besar dengan rasa sakit. Dia, harus bahagia." lanjutnya kemudian menatap arah lain menghindari tatapanZaryn yang tertuju padanya.
Zaryn menepuk bahu sang anak kemudian tersenyum bangga, "Kau berhasil menjadi seorang kakak yang baik nak. Ayah yakin, jika adikmu mengetahui perkataanmu tadi dia pastinya akan sangat bangga pada kakaknya."
Cesare tersenyum tipis kemudian menatap sendu langit malam dari balik jendela kamar sang adik. 'Ryn, aku akan menjadi kakak dan pria yang baik dan bertanggung jawab. Sama seperti keinginanmu padaku saat ulang tahunku tahun lalu.' batinnya menatap bulan yang bersinar terang itu.
Ryn side:
Maryn menatap langit malam dari balkon kamarnya, biasanya dia akan menghabiskan waktu bersama Cesare untuk melihat langit malam, menunggu bintang jatuh dan berdoa. Tetapi, sayangnya mulai sekarang dia akan melakukannya sendirian.
Maryn tersenyum menatap langit malam, "Benar kata nyonya Claudy, aku dan kau, sangat berbeda. Bahkan, ibarat bintang dan bulan, aku hanyalah sebuah bintang yang kau bantu untuk bersinar dilangit malam karena cahayamu. Jika tanpamu, maka aku hanyalah batuan langit biasa yang tidak ada gunanya." lirih Ryn kala perasaan menyesakkan itu muncul dihatinya.
Sebenarnya, Maryn mengerti bahwa sang nyonya dulu sangat membneci kehadirannya disekitar Cesare entah karena dia yang hanyalah seorang pelayan atau karena Cesare yang berubah menjadi lebih berani melawan semenjak bersamanya. Namun, ingatan itu segera ditepis olehnya.
"Mulai sekarang tidak ada yang bisa menghina diriku lagi, aku akan menjaga jarak dan tidak pernah muncul dihadapan Cesare lagi, untuk selamanya. Cesare harus bahagia walaupun tanpa kehadiranku, aku tidak apa-apa. Asal Cesare dapat bahagia tanpa harus tertekan karena ulah ibunya."
Karena tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan Maryn memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu balkon kemudian berjalan menuju rangjangnya dan lekas tidur.
Keesokan paginya,
Maryn diminta ayahnya untuk menemuinya di ruang kerja milik sang ayah, kata Bianca padanya. Dan disinilah dia berada saat ini, dimana di ruangan kerja, sang pemilik tengah berbincang dengan seorang pemuda disampingya yang tidak dikenali oleh Maryn. Frans yang melihat putrinya sudah tiba itupun memintanya untuk masuk.
"Nak, kemarilah dan duduk di dekat ayah." ajaknya pada Maryn yang dibalas anggukan oleh sang empu. Setelah Maryn duduk, dapat dilihat jelas wajah pemuda yang berhadapan dengannya. Satu penilaian Maryn pada pemuda itu adalah, tampan. Maryn rasa mereka hanya berbeda beberapa tahun karena tampaknya pemuda itu lebih dewasa darinya.
Frans menatap dua anak muda dihadapannya dengan seksama, "Nak, dia adalah Michael. Putra dari Marquess srawsky untuk beberapa waktu dia akan menjadi guru privatmu, karena sepertinya kami tidak bisa mengizinkanmu untuk masuk academy, apa tidak apa-apa?" tanya Frans dengan hati-hati takut menyinggung putrinya.
Maryn tidak masalah dengan itu, justru dia bersyukur tidak masuk academy. Pastinya itu akan menyulitkannya jika dia masuk academy dan bertemu banyak bangsawan. "Tidak masalah ayah, aku lebih nyaman jika tidak bercampur dengan banyak orang." jawab Maryn yakin membuat Frans bernafas lega.
Frans beralih menatap Michael kemudian tersenyum tipis, "Mulai sekarang dia adalah muridmu, kau tidak perlu sungkan untuk menegurnya jika dia melakukan kesalahan. Perlakukan dia dengan semestinya, aku tidak ingin putriku menjadi manja jika diperlakukan khusus. Putriku harus tumbuh menjadi gadis cantik yang berpendidikan dan memiliki etika yang bagus, dan itu adalah tugasmu mendidiknya, Michael."
Michael mengangguk mantap. "Baik paman, akan aku laksanakan dengan sebaik mungkin." kedua pria itu saling melemparkan senyumana sebelum akhirnya Michael pamit terlebih dahulu karena harus mengurus kepindahannya kemari. Karena dia akan menjadi guru privat itu artinya dia akan tinggal di mansion Enderson dalam jangka waktu lama sampai putri keluarga itu dinyatakan lulus olehnya.
Sepeninggalnya Michael, Frans menatap menggoda pada putrinya yang masih menatap kearah pintu. Maryn yang merasa puas pun menyudahi kegiatannya dan dikejutkan dengan raut wajah sang ayah yang sudah berada dihadapannya.
"Ayah? ada apa?" ujarnya bertanya sebab merasa bingung dengan sikap sang ayah yang seperti menggoda dirinya.
"Hmm, Michael adalah murid ayah dulu karena ayahnya adalah sahabat ayah dimasa pelatihan dulu. Saat ini jika tidak salah usianya sudah 19 tahun dan putri ayah 15 tahun. Baguslah, jarak usia kalian tidak terpaut cukup jauh. Selera putri ayah bagus juga yaa.." goda Frans membuat kedua pipi Maryn bersemu.
"Ayahh!!!" pekiknya malu sedangkan Frans tertawa terbahak-bahak.
Bersambung.....
jangan lupa votmennya!! thankyouu><
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us- On going (Hiatus)
FanficKisah hubungan yang penuh dengan kesalahpahaman serta lika-liku, membuat mereka berdua memilih saling menjauhi satu sama lain dengan alasan demi kebahagian mereka sendiri, namun jauh dilubuk hati mereka yang sebnarnya adalah mereka saling menaruh pe...