Bab 5

7 0 0
                                    

Setelah tujuh tahun menempuh pendidikan, akhirnya Petra dapat menjadi seorang antropolog.

Pekerjaan yang Ia cita-citakan sejak dulu.

Ia sudah bekerja selama satu tahun bersama para arkeolog dan sejarawan untuk menyelesaikan misi penelitian.

Menurutnya, bekerja atas dasar kesukaan itu menyenangkan.

"Petra! Tunggu saya!", panggil Wahyu sedikit tergesa-gesa.

Wahyu adalah teman Petra semasa kuliah.

Meskipun mereka berbeda prodi, mereka tetap solid.

Petra mengambil jurusan antropologi, sedangkan Wahyu mengambil ilmu sejarah.

Mendengar panggilan temannya itu, Ia pun berhenti.

"Iya, kenapa? Hmm?", merangkul Wahyu.

"Ini loh, temen kamu yang sering diceritain itu, siapa namanya? Malak? Valak?" tanyanya dalam satu helaan nafas.

Petra memutar bola matanya malas.
"Malik, Wahyu. Namanya Malik", jelas Petra.

"Kamu tau kalo dia menjadi direktur di perusahaan transportasi?" tanya Wahyu sambil membaca berita online.

"Iya iya iya, kan sudah aku ceritakan. Kamu lupa ya?", tanyanya memggoda.

"Dengerin dulu, jangan dipotong!", mendengus kesal.
Petra pun melepas rangkulannya, lalu mendengarkan dengan seksama.

"Jadi gini, Malik temenmu itu terjerat kasus tindak pidana korupsi. Dia terkena Operasi Tangkap Tangan atau OOT di rumah mewahnya.", jelas Wahyu.

"Rumah yang di Jakarta itu?", potong Petra.

"Iya mungkin. Disini tidak tertulis.", menunjuk ke gawainya.

"Kejadiannya kapan?"

"Sekitar satu bulan yang lalu dan minggu ini hasil putusan hakim dan dia akhirnya di penjara.", jelasnya dengan membaca berita itu.

"Aku harus kunjungi dia. Ayo kita selesaikan dulu pekerjaan kita. Lebih cepat selesai lebih baik siapa tau kita bisa pulang sebelum target. Sudah tidak sabar aku pengen ke Jakarta ", katanya antusias

"Siap bosku" hormat kepada Petra.
####

Tunggu sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang