Bab 3

8 0 0
                                    

Suasana begitu mencekam.

Semuanya takut dengan Bu Kartini, bahkan lalatpun tidak berani datang karenanya.

Terdengar detik jam yang menunjukkan pyukul 07.28 WIB.

"Siapkan alat tulis kalian", perintah Bu Kartini.

"Ya sudah!", terdengar suara bantingan di bangku tengah paling depan.

"Petra! Berani sekali membentak saya!", jawabnya tak mau kalah. Suaranya menggelegar dalam ruangan.

"Maaf, Bu. Saya tidak bermaksud demikian.", jelas Petra sambil menunduk.

Melihat muridnya menyadari kesalahannya,  Bu Kartini akhirnya memaafkan

"Baik, Jangan diulangi lagi!", nasehat Bu Kartini sambil membagikan kertas soal.

"Sekarang, kerjakan soal-soalnya. Ingat, jangan mencontek!", mengacungkan jari telunjuk memberi peringatan.

Suasana kembali hening, para murid fokus untuk mengerjakan soal yang diberikan Bu Kartini.

Akan tetapi, lain halnya dengan Malik.

Ia selalu waspada dengan gerak-gerik Bu Kartini, bahkan Ia sempat melihat Bu Kartini sedang membetulkan gigi palsunya.

Tiga puluh menit berlalu, saatnya ulangan dikumpulkan
.
Dengan penuh harap, para siswa mengumpulkannya.

"Tadi soal-soalnya gampang banget ya, Pet.", sambil menyeringai.

"Ya iyalah gampang, kamu aja nyon..." Malik segera menutup mulut Petra dengan tangan kanannya, lalu Ia menarik Petra keluar menghindar dari kerumunan para siswa yang sudah mengumpulkan hasil pekerjaan masing-masing.

"Apa-apaan sih Mal! Lepas! Tanganmu bau terasi, sarapanmu sambel terasi ya?"  segera melepas tangannya, lalu mengecek denfan menciyn tangannya.

"Hehehee iya bau. Tadi sarapan sayur asem di tambah sambel terasi. Wah, jadi laper lagi nih.", Malik menyeringai.

"Jangan bilang-bilang yang tadi ya.", lanjut Malik

"Tadi? Sarapanmu yang pake sambel terasi itu?", godanya.

"Bukan. Tadi itu loh, yang liat buku" mengecilkan suaranya hampir todak terdengar.

"Kenapa? Takut?" tantang Petra.

"I.. I.. Iyaaa.", jawabnya ragu.

"Kamu itu harusnya takut sama Allah, bukan sama teman-teman apalagi Bu Kartini."

"Jangan bawa-bawa nama Tuhan deh. Dunia dan akhirat itu beda, Pet.", mendengus kesal.

"Memang, dunia dan akhirat itu berbeda, akan twtapi masih berkesinambungan. Yang kamu lakuin di dunia bakal dipertanggungjawabkan di akhirat."

"Dih, ceramah. Ya sudah, tunggu saja" potong Malik.

Tunggu sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang