Bab 15 (Pulang Bersama Suna)

70 10 4
                                    

Bab 15
(Fetish)
.
.
.
.
.
.
.

"Ayo jalan." kata Suna kepada Anita

"Tadi Atsumu bilang.. "

"Tinggalkan saja mereka." potong Suna

Suna dan Anita pun jalan menuju arah gerbang. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan sama sekali karna keduanya diam.

Di perjalanan menuju rumah juga begitu. Sepi, karna tidak ada yg mau memulai percakapan. Keduanya juga tidak mempermasalahkan itu.

Tapi pada akhirnya Anita tidak suka dengan kesunyian. Meski dia bukan orang yg friendly, tapi tetap saja ini membuatnya agak gimana gitu.

"Mau dilanjutkan? Soal taruhannya?" Anita memulai percakapan

"Ya"

"Sepertinya kau tidak percaya kalau aku cenayang. Meski menurutku aku memang bukan sepenuhnya cenayang sih." Anita hanya tersenyum.

Anita itu soalnya terbiasa senyum terus.

Suna melirik Anita, "hmn"

'Aku tidak mengharapkan dia menjawab ku sih.'

Anita tidak marah diacuhkan seperti itu. Bisa berada di sini saja sudah membuatnya senang.

Lama mereka diam seperti itu. Sampai Suna membuka kembali percakapan

"Kau.. Aneh."

Anita langsung nge-blank

"Apa karna kau bukan orang Jepang ya."

"Takeru dan Kotaro juga bilang begitu." balas Anita, "Oh iya, Suna-san, bahasamu bukan logat kansai. Kau bukan orang asli sini?"

Suna hanya ngangguk.

"Dan.. Apa boleh aku merekam suaramu?" tanya Anita tiba-tiba gaje, dia tidak mau pikir panjang soal ini.

"Hah?" Suna mengernyitkan kedua alisnya

"Soalnya aku punya fetish dengan suara." jawab Anita enteng, dia hanya senyam senyum saja

"Mesum"

"Aku tidak mengatakan ini ke tiga temanku. Hanya kukatakan padamu seorang. Soalnya aku tertarik dengan suaramu. Meski suaramu mirip kayak om om." Anita terkekeh

"Kau jago bikin orang merinding."

Anita tertawa, tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya bisa lihat Suna seperti itu. Sesuatu yg tidak mungkin diperlihatkan di anime. Ini sangat seru, pikir Anita.

Suna menatap Anita seperti natap orang gila.

Sebenarnya Anita tidak mau melanjutkan lagi percakapan ini. Dia tidak mau tiba-tiba dicap sok akrab sama Suna.

"Jadi? Apa boleh?" tapi Anita masih bersih keras ingin ngerekam

"Tidak."

"Padahal kau hanya perlu bilang. Omae kimochi warui."

"Cuma itu?"

"Iya. Kan tidak mungkin aku suruh kamu mendesah atau semacamnya." kata Anita dengan wajah tanpa dosa

"Kupikir kau itu orang lugu dan bodoh, ternyata kau orangnya mesum dan masokis."

"Wah! Ini pertama kalinya kau bicara panjang." Anita tertegun, tidak peduli dengan ucapan Suna barusan.

Anita terlihat kecewa berat karna Suna tidak mau direkam suaranya. Siapapun tidak akan mau mungkin.

"Hentikan itu." kesal Suna lihat Anita sedari tadi seperti akan mati saja.

Padahal hanya kecewa berat, tapi terlihat seperti orang tanpa nyawa begitu. Suna pikir Anita malu.

"Hahhh.. Maaf, aku begini saat kecewa." Anita menghela nafas panjang

"..."

"Oh iya, Terima kasih. Karna mau pulang bersamaku."

"Hn"

'Padahal aku pengen sebisa mungkin ngehindar mandi malam.' lesu Anita, 'mana besok harus bangun pagi dan pergi ke sekolah jam 7. Padahal sudah senang karna masuk jam 8 karna di Jepang. Eh, malah jam pergi ke sekolahnya sama dengan di Indonesia sekarang.'

"Besok.. Harus pergi jam 7 pagi?" gumam Anita

Tapi Suna mendengarnya, "Datang jam setengah 7."

"Huh? Oh, ok."

Untuk mengusir kebosanannya, Anita pun bersenandung kecil. Sementara Suna, dia jalan sambil main HP. Anehnya Suna tidak pernah nabrak sesuatu atau semacamnya. Membuat Anita terheran-heran, mau nanya tapi ini dunia anime. Apa sih yg tidak bisa di dunia anime?

Tidak lama mereka pun sampai di depan apartemen yg ditinggal Anita
.
.
.
.

"Terimakasih, Suna-san." Anita melambai kecil ke arah Suna

Suna hanya ngangguk malas, lalu pergi begitu saja.

Anita hanya terkekeh, dia cukup senang bisa menghabiskan waktu dengan karakter Haikyuu favoritnya.

.
.
.

Tbc

Dream But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang