9

2.4K 400 7
                                    

Alasanku ingin kuat...

Musim semi, sakura yang indah mulai berguguran. Gadis kecil itu jatuh tersungkur di tanah dengan lututnya yang berdarah.

"Jangan main sama kami dasar raksasa!"

"Kamu gak imut! Pergi saja!"

"Hiiy pantas gak punya teman."

Empat gadis lainnya meninggalkannya sendiri. Kepalanya tertunduk, rambut yang tadinya dikuncir kencang sekarang tampak mengendur. Tak lama kemudian setetes air membasahi tanah itu.

"..uh..hu..hiks.." telapak tangannya yang kotor ia gunakan untuk menahan suaranya. Menangis sendirian di taman bermain, ah itu nampak menyedihkan.

"(Name)!" Suara itu membuatnya mendongak. Matanya yang sembab terlihat jelas oleh anak laki-laki yang berlari itu.

"(Name) berdarah! Lututnya berdarah! Siapa yang bikin begini?!" Anak itu tampak panik melihat lututnya. Raut wajahnya sangat kentara khawatir.

"Nii-chan.."

"Ya?!"

"Gendong, bawa (name) pulang.."

"Ayo, ayo,"

Seishiro, kakakmu menempatkan dirimu dipunggung kecilnya. Tampak berusaha berdiri dan membenarkan posisimu lalu berjalan pelan.

"(Name) berat?"

"Enggak"

"Tapi (name) tinggi...pasti berat dan gak imut..." Suaramu mulai parau.

"Enggak. Gak berat. (Name) juga imut. Paling imut."

Kamu menaruh dagu pada pundak kecilnya. Dan melingkarkan tangan gempal mu pada lehernya.

"Kamu itu enggak tinggi. Mereka aja yang pendek." Lanjutnya.

"Hm? Heh...hehehe.."

"Hehehe" Kalian tertawa bersama.

"....Sei nii-chan, terima kasih.." ucapmu hampir tak bersuara. Tentu bocah itu tak akan mendengarnya.

"(Name) kakinya!" Lamunanmu buyar. Kini kamu dalam keadaan terkunci.

"Eh?" Kini fokusmu sepenuhnya ada pada lawanmu. Menggunakan teknik andalanmu, kamu berhasil membuat celah untuk keluar dan beralih membanting lawanmu ke matras walau dengan susah payah.

"Yak! Kerja bagus semua!"

Kamu menunduk hormat, lalu berjalan ke ruang ganti untuk langsung mengganti baju.

"(Name) gak istirahat dulu?"

"Ah, enggak, aku mau langsung pulang. Daah!"

Kamu berjalan terus menunduk. Matamu menatap kosong ke luar jendela kereta. Entah apa yang kamu lamunkan.

"(Name) harus bisa lindungi diri sendiri. (Name) kan kuat. Jangan mau diejek lagi."

Tangan kecilnya menutup luka itu dengan plester berwarna pink.

"Iya..tahu..."

"Tapi nii-chan pasti datang buat (name)."

"Sei-nii..."

"Hoi melamun?" Kamu menoleh, mendapati dirimu versi laki-laki yang tampak ngantuk itu.

"Pinjam bahu (name), nanti kalau udah berhenti bangunin." Kamu melihat pucuk putihnya di pundakmu.

Bibirmu membentuk kurva yang melengkung ke atas. Kamu ingat, walau dulu kamu tak punya orang yang disebut teman, kamu punya keluarga yang selalu ada dan menyayangimu.

"Iya.."

...adalah karena dia.

HEY SISTER! Nagi Seishiro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang