Bab 4

118 20 0
                                    

"Ibu, kita mau kemana?" Tanyaku.

"Pertandingan memanah, Fumiko." Ucap Ibu sambil menggenggam tanganku.

Hari itu, sepertinya ada pertandingan umum, deh. Aku gak tau apa-apa soal ini. Tapi, banyak orang dari generasi muda hingga tua. Mereka semua memakai baju yang sama. Aku juga gak tau apa-apa soal baju itu. 

"Ibu, itu baju apa?" Tanyaku kembali.

"Itu hakama, Fumiko. Bagus bukan pakaiannya?" Tanya ibu.

Aku mengangguk. Bajunya keren sekali. Aku ingin memakainya. Tanganku yang digenggam ibuku menarikku sedikit lebih cepat. Ibu terlihat buru-buru. Tapi, ibu tersenyum.

"Kita lihat ayahmu bertading, ya, Fumiko." Ucap ibu tersenyum gembira.

Aku yang mendengar hal itu, mataku langsung berbinar-binar. Ikut berlari mendahului Ibu. Ibuku mengerjarku dari belakang. Oh ya, ini arahnya kemana ya? :D. Aku melihat orang-orang yang memakai hakama menuju salah satu pintu. Aku mengikuti mereka.

"Woah..." Aku terkagum-kagum melihat orang-orang membawa busurnya. 

Kayaknya mereka sedang bersiap-siap. Aku lanjut berjalan. Tapi aku akan kemana? :'D. Semua orang sedang sibuk dengan busurnya masing-masing. Oh tidak, aku salah masuk pintu. Aku terdiam lama disitu.

"Adik, sepertinya kamu tersesat, ya?" Tanya kakak laki-laki yang berjongkok di depanku. Mentang-mentang aku pendek.

Rambutnya biru gelap, Matanya juga biru gelap, rambutnya gondrong, matanya seperti ada semangat, umurnya sekitar 12 atau 13 an, entahlah. Aku mengangguk meminta tertolongan. Dia malah tertawa. Apa banget.

"Sini, kamu mencari ibumu kan? Sepertinya ada di luar." Ucap kakak itu berdiri sambil mengulurkan tangannya.

Aku menerima uluran tangan kakak itu. Kami berjalan keluar dari tempat itu. Mencari ibu. Tapi di luar sepi. Tidak ada orang. Sepertinya kakak ini mengerti apa yang aku pikirkan. Dia membawaku ke tribun sebelah kiri dari aula panahan. Banyak sekali orang di sana. 

"Kakak, nama kakak siapa?" EH, kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku.

"Namaku? Masaki Takigawa." Ucapnya sambil mencari ibuku di tribun.

"Sepertinya itu ibumu, dik. Ayo!" Ucap Kak Masaki (?) menuntunku berjalan ke arah ibu.

Ternyata memang benar ibu. Aku langsung berlari memeluk ibu. "Ibu!"

"Fumiko! Dari mana saja, Kamu?" Tanya ibu mengelus punggungku.

"Dia tersesat di area dalam, Bu. Sepertinya dia baru pertama kali ke sini." Jawab Kak Masaki.

Ibu langsung berdiri lalu membungkuk. Aku juga mengikuti ibu. Untungnya kali ini ibu tidak memegang kepalaku untuk menunduk. Aku malu. Aku malu ibu tahu tentang hal ini.  Setidaknya, jangan mengucapkan 'Sepertinya dia baru pertama kali ke sini.'

"Maafkan anakku dan juga terima kasih sudah mengantar anakku kesini." Ibu bangkit dari tundukannya.

"Ah, tidak apa-apa, Bu." Ucap Kak Masaki ikut menunduk.

Aku menatap Kak Masaki dengan tatapan tajam. Kalau misalnya aku bertemu dengannya lagi, akan ku jambak rambutnya. Kak Masaki seperti menahan tawa melihatku. Membuatku jengkel saja. Kak Masaki berpamitan dengan ibuku lalu melangkah pergi. Aku pun duduk di sebelah ibuku.

Pertandingan sepertinya telah dimulai sedari pagi. Aku melihat ke arah aula 1. Ada kakak-kakak cantik yang memakai baju hakamanya. Postur tubuhnya sangat indah saat kakak itu menarik busurnya panahnya. Keren! Dia pun melepas anak panahnya.

Childhood Memories Takehaya Seiya x My OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang